37) Biarkan Aku Berharap

15 5 0
                                    

Hari kembali berganti. Pagi kembali menyapa penduduk, sinar matahari memaksa semua orang untuk bangun dari mimpi indahnya.

Azdi sampai di sekolah. Ia segera melangkah cepat memyusuri setiap koridor sekolah. Ia tentu saja akan menuju kelasnya. Baru beberap meter dari kelasnya Farish dan Rayiz sudah menghadangnya.

"Hei ada apa ini? " tanya Azdi saat kedua orang itu menahannya.

"Ada yang harus kami katakan, ini penting, " kata Farish penuh penekanan pada Azdi.

"Penting soal apa? " tanya Azdi masih tak mengerti.

"Ini soal Kak Shishi, " kali ini Rayiz yang menjawab.

Mendengar jawaban itu Azdi membulatkan matanya, ia jadi tertarik untuk mendengarkan.

"Kenapa dengan Shishi? " tanya Azdi.

"Kami tau alasan kenapa Kak Shishi marah pada Bang Azdi, " ucap Rayiz.

"Kenapa? Ayo cepat katakan! " desak Azdi.

"Ini semua karena Rin, " jawab Farish.

"Hah? Apa hubungannya semua ini dengan Rin? " tanya Azdi bingung.

"Dasar Abang ini memang nggak peka ya, Bang! Kak Shishi itu cinta sama Abang tapi Abang justru akhir-akhir ini dekat sama Rin yang juga mencintai Abang, cewek mana sih yang nggak cwmburu? " jawab Farish.

"Apa!!!" Azdi tercengang mendengar penjelasan Farish itu.

"Ya, pasti Kak Shishi cemburu, apalagi Rin itu juga memiliki hobi sama seperti Abang, " kata Rayiz.

"Aku dan Rin itu nggak ada hubungan apa-apa, mungkin kami dekat tapi itu karena kami memiliki hobi yang sama, yaitu menggambar, lagipula..." kata Azdi terhenti dengan nada sangat menggantung.

"Lagipula apa? " tanya Farish dan Rayiz.

"Lagipula...aku...aku...cuma mencintai Shishi, " kata Azdi dengan gagap.

"Cieee, kalo gitu Abang harus kejar Kak Shishi, Abang harus perjuangin dia, " kata Farish.

"Ya, tapi aku tidak mungkin juga menjauhi Rin, aku tidak bisa menjauhi seseorang yang tidak ada salah apapun padaku, " kata Azdi.

"Ya, Abang tidak perlu menjauhi Rin, cukup yakinkan Kak Shishi kalau Abang cuma mencintai dia, " kata Farish.

"Iya, itu kelihatannya yang paling baik untuk dilakukan, terima kasih ya, " ucap Azdi.

"Ya Bang, kita kan sahabat, harus saling membantu kan, " kata Farish.

"Ya, " ucap Azdi.

Azdi tersenyum, ia lega karena telah mengetahui alasan kemarahan Shishi dan kini ia yakin akan menyatakan perasaannya pada Shishi.

***

Shishi sedang membalik-balikan lembar demi lembar buku yang berada di depannya. Perasaannya masih kacau. Nama Azdi masih berputar-putar di benaknya. Ia sebenarnya tidak bisa fokus dengan buku yang ia baca. Rasanya nama Azdi memenuhi setiap halaman buku itu.

Tak lama Azdi muncul di depan pintu. Shishi bersikap seakan-akan cuem, padahal hatinya berkata lain.

Azdi menghela nafas melihat Shishi yang bersikap cuek padanya. Perlahan-lahan ia melangkah ke arah Shishi. Ia merasakan jantungnya berdegup kencang. Semakin dekat jaraknya, semakin kencang pula degup jantungnya.

Shishi terkejut saat Azdi telah berada di samping mejanya.

"Shi....hmm...aku mau mengatakan sesuatu sama kamu, " kata Azdi.

Drawing ArtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang