18) Perkataan Itu

29 19 0
                                    

Di kediaman Akro......

Akro keluar dari kamarnya. Ia telah rapi mengenakan seragam sekolahnya. Akro segera turun ke lantai bawah (kamar Akro terletak di lantai 2).

Di bawah Akro cukup dibuat terkejut ketika melihat Ibunya tengah duduk dimeja makan. Sementara Riani yang telah menyiapkan sarapan.

Yap, jarang sekali Ibunya sarapan di rumah. Sebagai wanita karir  Ibunya, Yunita Arta sudah berangkat pagi sekali sebelum Akro bangun dan pulang setelah Akro tidur.

Akro kembali berjalan menuruni tangga. Sesampainya di bawah Ibunya  langsung menyambutnya.

"Sayang, ayo sarapan dulu! " ajak Ibunya.

Akro tersenyum tipis, sangat tipis.

"Nggak usah bu," jawab Akro datar.

"Kenapa? Nanti kamu sakit perut lho? " kata Ibunya lagi.

Kali ini senyum Akro agak melebar, tapi senyuman itu begitu aneh. Bukan senyum senang karena mendapat perhatian Ibunya, tapi.....

"Sejak kapan Ibu peduli aku sarapan atau nggak? " kata Akro yang sontak membuat Ibunya kaget.

Riani juga terlihat kaget.

"Akro, kenapa kamu bilang seperti itu, nak? " tanya Ibu bingung.

Akro menghela nafas.

"Apa selama ini Ibu pikirkan aku sarapan atau nggak? Tidak kan kenapa sekarang jadi gini? Kenapa Ibu nggak pikirin karir Ibu saja? "

Seperti ada petir yang menyambar kepala Ibunya. Ia tak menyangka apa yang ia lakukan selama ini berdampak buruk bagi Akro.

"Akro, Ibu cuma mau,"

"Ibu cuma mau aku hidup bahagia, itu sebabnya baik Ayah maupun Ibu membiarkan aku tumbuh tanpa kasih sayang dari orang tua, Bu kebahagiaan itu nggak cuma diukur dengan harta," potong Akro.

Riani cuma bisa diam melihat semua itu. Yang paling ditakutkan Riani terjadi juga. Selama ini Akro memang memendam rasa kekecewaan pada orang tuanya. Biasanya Riani selalu menasihatinya agar sabar, tapi setelah kejadian waktu itu antara Akro dan Riani, Riani jarang berkomunikasi dengan Akro.

Sementara Bu Yunita (Ibu Akro) masih terdiam tak mampu bicara apa-apa lagi.

"Ya, sudah aku mau berangkat sekolah, ayo Riani! "

Akro langsung menarik tangan Riani. Riani dibuat tetkaget-kaget olehnya. Ia tak sempat menolak atau bahkan menjawab, tau-tau Akro telah menarik tangannya.

Akro segera menuju mobilnya dengan Riani yang tangannya masih digenggam Akro. Akro langsung menyuruh Riani masuk mobil. Riani hanya menurut saja, ia tau keadaan Akro sedang tidak stabil. Lalu Akro juga langsung naik. Beberapa detik kemudian mobil itu telah melaju dijalan raya.

***

"Farish tunggu sebentar! " panggilan Azdi menghentikan langkah Farish yang sedang berjalan menuju lapangan.

"Ada apa,Bang? " tanya Farish.

"Apa benar kamu mau berhenti menggambar? "

Farish terdiam sesaat. Ia menghela nafas panjang.

"Iya, pasti Mery yang memberitahukan? " tebak Farish.

"Kenapa kamu mau berhenti? "

"Pasti Mery sudah memberitahu alasannya kan,"

"Ya, tapi aku tau bukan itu alasan sebenarnya,"

"Kenapa Abang tidak percaya? "

"Aku tau siapa kamu, tidak mungkin minder melihat karya orang lain,"

Drawing ArtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang