51) Bangunlah!

19 5 2
                                    

Dokter dan beberapa perawat baru saja selesai melakukan penanganan kondisi Shishi. Sekarang kondisi Shishi telah stabil, tapi ia masih koma. Sekarang satu-satunya yang bisa dilakukan adalah berdo'a dan berharap untuk keselamatan Shishi.

Dokter menyarankan agar keluarga dan para sahabat untuk mengajak Shishi mengobrol walaupun ia belum sadar. Itu berguna untuk mempercepat kesadaran otak Shishi.

Mulai dari Ibu dan Ayah Shishi, Kak Indah, Mery, Rin, Farish, Rayiz, dan tentu saja Azdi.

Azdi duduk di kursi yang berada di samping tempat tidur Shishi. Azdi begitu kasihan melihat kondisi Shishi. Terbayang olehnya Shishi yang ceria dan periang kini harus terbaring tak berdaya dengan berbagai alat bantu di tubuhnya.

Azdi berusaha menahan air matanya. Ia harus kuat dan yakin kalau Shishi pasti sembuh.

Ditatapnya wajah Shishi yang nampak sangat pucat.

"Shi, ini aku Azdi, apa kamu bisa mendengarnya? " ucap Azdi pelan dan lirih pada Shishi.

"Shi, kamu tau nggak, aku menang lomba Dtawing Art Competition lho, " ucap Azdi lirih sambil menahan air matanya yang seakan memaksa keluar.

"Aku berhasil mengalahkan Akro dan mendapat izin dari orang tua aku untuk menggambar, " ucap Azdi.

Mata Azdi semakin berair, ia mengusapnya. Ia harus kuat agar Shishi juga kuat.

"Aku senang banget Shi, tapi...sekarang semua itu nggak ada artinya lagi, sekarang aku cuma ingin kamu bangun...kamu bangun agar kita bisa bercanda, agar kita bisa kepasar sama-sama lagi, agar kamu bisa nolongin aku nawar harga barang lagi, agar aku bisa suapin kamu roti kacang ijo lagi... " Azdi tak mampu menahan air matanya, ia biarkan semua berjatuhan. Dia menahan isaknya.

"Aku ingin mengulang semuanya lagi, aku ingin kita bisa mengulang semua kenangan kita....kamu tau aku sudah menggambar kamu Shi, aku ingin nunjukinnya ke kamu saat ulang tahun kamu nanti, karena itu kamu harus bangun, kamu harus bangun Shi...aku mohon, aku mohon..." perkataan Azdi tertahan di isaknya.

Azdi mengenggam tangan Shishi yang terasa dingin.
Semua kenangannya dan Shishi berputar-putar di benaknya. Semuanya membuat isaknya tangisnya semakin kuat.

"Bangun Shi, aku ingin gombalin kamu lagi, aku ingin liat kamu tersipu malu lagi, aku ingin kamu cerewet lagi jika aku menggambar sampai tengah malam lagi, aku ingin..." Azdi tak kuasa melanjutkan katanya.

Ia tatap wajah Shishi lekat-lekat. Shishi masih tak merespon apa-apa.

"Ku mohon Shi, aku cuma minta kamu bangun, cuma itu, kamu sudah janji akan selalu bersama aku kan, kamu harus menepatinya Shi, kamu nggak boleh ingkar. "

Semua moment kebersamaannya dengan Shishi kembali memenuhi otaknya. Kini ia teringat saat pertama kali bertemu dengan Shishi.

***

Azdi menghela nafas lega, MOS baru saja selesai. Sebagai murid baru pastinya MOS harus diikuti dan tentu saja itu tidak disukai Azdi.

Azdi memutuskan berjalan menyusuri sekolah barunya ini untuk melihat-lihat. SMA Pelita Jaya namanya, di sini nantinya ia akan mempertaruhkan semuanya demi menggapai impiannya .

Ketika berjalan melewati perpustakaan ia melihat seorang siswi yang juga murid baru nampak kesusahan membawa buku. Pasti murid itu baru saja meminjam buku pelajaran di perpustakaan. Buku yang dibawanya lumayan banyak dan terlihat berat. Tak sebanding dengan tubuhnya yang nampak agak kurus. Azdi kasihan melihat gadis itu. Ia segera memghampirinya.

Drawing ArtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang