Ten

1K 171 9
                                    

Happy Reading^^

















...

Kyungja menatap luar jendela, duduk memeluk lutut di ranjang kamar rawatnya. Menatap kosong taman di luar dalam diam. Entah apa yang sedang dipikirkannya. Tatapannya tampak sendu dan lemah. Tadi sore dia menangis di pelukan Kyungsoo, teringat sang ibu yang setiap hari ia harapkan datang menjenguknya. Sedetik kemudian Kyungja tersenyum dan tertawa sendiri mengingat adik cantiknya. Ya, kedatangan Kyungsoo selalu dapat membuatnya senang dan lebih tenang.

Satu demi satu anggota keluarganya ia pikirkan, sampai pada yang terakhir dia memikirkan sosok pria yang sangat dibencinya. Ya, ayahnya. Tak lama air mata menetes ke pipinya dengan bibir bergetar. Kedua tangannya terkepal kuat menahan amarah. Tidak, dia teringat kembali masa-masa dimana dia kehilangan kepercayaan, kehilangan seorang ayah, karena setelah kejadian itu, dia sudah tidak menganggap pria tua itu ayahnya. Dia terlalu takut, terlalu benci, terlalu tidak ingin bertemu lagi dengan pria tua itu.

Ayahnya, merenggut kehidupannya. Kehidupannya yang awalnya tenang, damai, penuh senyuman, walaupun mungkin senyuman itu hanya bisa ia lakukan ketika hanya sedang bersama adiknya atau sedang di luar bersama teman-temannya. Karena, jika ia berada di rumah, dia hanya akan melihat ayahnya mengasari ibunya. Memukul, mengeluarkan kata-kata kasar, sampai Kyungja stres sendiri, berusaha membuat Kyungsoo tidak melihat pertengkaran itu. Membawa Kyungsoo ke dalam kamar, membacakannya buku dongeng sampai tertidur, sampai ketika dia menutup buku dongeng, dia meneteskan air matanya di atas buku. Ayahnya, apa yang terjadi pada ayahnya?

Seiring berjalannya waktu, semakin bertambah usia Kyungsoo kecil dan juga dirinya. Kyungsoo menjadi tau pertengkaran orangtuanya. Perlakuan ayahnya pada ibunya. Kyungsoo tumbuh di tengah-tengah pertengkaran, membuatnya menjadi pendiam dan tertutup.

Kyungja selalu meminta ibunya untuk meninggalkan ayahnya saja. Ayahnya sudah berubah, Kyungja sendiri sudah tidak tahan. Kyungja terus memohon pada ibunya untuk tinggalkan saja ayahnya dan mereka bertiga pergi dari kehidupan pria tua itu, daripada ibunya harus terkena pukulan setiap saat. Tapi ibunya menolak, dengan dalih ibunya sangat mencintai ayahnya. Dan sekali lagi, Kyungja muak pada ibunya yang terlalu dibutakan oleh cinta. Kyungja, hanya tidak tega melihat ibunya disakiti. Kyungja menyayangi ibunya, sangat sayang, seperti rasa sayangnya pada Kyungsoo. Tapi jika pada ayahnya, rasa sayang dan benci seakan bersatu. Kyungja tidak tau.

Sampai pada usianya yang menginjak 21 tahun dan Kyungsoo 14 tahun, terjadilah kejadian itu, kejadian yang sangat tidak diinginkan, sangat buruk dan benar-benar buruk.
.
.
.
.
.
Flashback on:

Hari sudah gelap menunjukkan pukul 7 malam. Kyungsoo sedang duduk di sofa ruang tamu, menunggu kakaknya pulang kuliah. Remot tv yang ada di tangannya terus ia pencet memindah-mindahkan channel televisi. Keadaan rumahnya sangat, sangat.. Hening. Hanya ada suara tv yang menembus keheningan itu. Ibunya mungkin berada di kamar, baguslah jika memang iya. Karena Kyungsoo tidak mau jika ibunya sedang di luar kamar dan bertemu ayahnya yang baru saja datang harus terkena lampiasan stres pria tua itu. Pria tua gila, Kyungsoo membencinya.

Di rumah saat ini hanya ada dia dan ibunya. Ayahnya pergi entah ke mana, yang jelas bukan pergi untuk bekerja. Sedetik kemudian Kyungsoo mendengar suara pintu terbuka, lantas dia menoleh.

"Eonni" tersenyum.

Kyungja balas tersenyum sambil membuka sepatunya. Dia melangkah mendekati adiknya dan duduk di sebelahnya.

Yes. It's Me! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang