Cklek!
Tiga orang yang berbeda kesibukan itu sama-sama menoleh ke sumber suara. Juna yang sibuk mencari dimana Lia, dan juga Revan yang membantu Nathan mengerjakan tugas. Jelas mereka bertiga terkejut melihat Genta yang belum dua jam sudah keluar dari kamar.
"Mau makan?" Tanya Juna.
Genta hanya mengangguk dan langsung masuk ke kamar mandi.
Juna, Revan dan Nathan saling berpandangan. Tentu saja mereka melihat hal yang sama, mata sembab Genta.
"Anjir... Ga tega banget gue..." Ucap Revan pelan sambil mengacak-acak rambutnya.
"Udah sekarang mendingan lu berdua bantuin gue masak" ucap Juna sambil beranjak berdiri dan menuju dapur.
Kemampuan memasak Juna dan Nathan itu setara. Nathan lumayan bisa masak karena dari SMA memang sudah tinggal sendiri. Kalau Juna, dia memang ada bakat turunan dari ibunya, atau kata lainnya born with it. Nah, kalau Revan...
"Gue bantu rebus air aja gimana?" Tanya Revan serius.
"Mana ada masak nasi goreng pake air, Revan Manggalaaaaaaa????" Ucap Juna dongkol.
"Gue ga bisa megang alat dapur, nyet! Ga bakat!" Ucap Revan bersungut-sungut.
Nathan menunjuk wastafel "Tuh, lu bagian nyuci sayur aja. Sampe ga bisa juga gue gampar ya lo, Van!"
Walaupun sebenarnya selama hidupnya ia tidak pernah yang namanya mencuci sayuran, tapi harusnya itu bukan pekerjaan yang memerlukan pengalaman kan?
"Itu sih bisa gue" ucap Revan sambil menggulung baju lengan panjangnya hingga sebatas siku.
Mereka sibuk di dunianya masing-masing. Juna dan Nathan membagi tugas untuk memasak. Juna kebagian membuat nasi goreng, dan Nathan yang membuat omelet karena memang itu bidang keahlian mereka.
"Buset, Van! Lu nyuci sayur apa mandi?? Basah semua tu baju!" Pekik Juna yang heran setengah mati dengan manusia semodel Revan.
"Ini tuh gue menghayati biar bersih!" Ucap Revan tak mau disalahkan.
Juna geleng-geleng kepala "Ganti baju sana! Pake baju gue tuh, ambil sendiri di kamar."
Revan memberikan mangkuk berisi sayur sambil cengengesan. Lalu ia masuk ke kamar Juna untuk mengambil baju.
Tak lama Revan dan Genta sama-sama keluar menuju dapur.
Genta langsung duduk di meja makan. Diam. Tidak mengatakan sepatah katapun.
"Gue pesenin Starbucks ya! Lu pada mau apa?" Tanya Revan yang kembali menunjukkan salah satu keahliannya, buang-buang duit.
"Gue Americano yang biasa." Sahut Juna yang masih fokus memasak.
"Gue Dark Mocha, Van" Nathan ikut menyahut.
"Oke. Lu apa, Ta?" Tanya Revan pada Genta.
Dengan tatapan kosongnya Genta menjawab "Terserah"
"Oke. Caramel Macchiato ya?" Tanya Revan lagi.
Genta sempat terdiam sebentar karena mengingat sesuatu tentang jenis kopi itu, tapi dia hanya merespon sebisanya
"Mmm-hmm"
Revan menghela nafas lalu memesan semua kopi yang diminta teman-temannya. Revan tidak tau harus bagaimana menghibur Genta. Apalagi Genta bukan anak yang gampang marah atau down. Dan ini benar-benar membuatnya pusing.
18.24
Piring serta bergelas-gelas besar bekas kopi menjadi saksi acara makan besar dadakan mereka. Juna dan yang lainnya selalu melempar canda untuk memperbaiki mood Genta, tapi yang lelaki itu lakukan hanya diam dan tidak merespon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ethereal | Ineffable vol.2 [END]
General Fiction[Ineffable Universe Phase 1] [END] "Dari sini gw belajar, musuh lo bisa jadi temen lo, temen lo bisa jadi musuh lo, dan orang yang ada disisi lo sekarang, belum tentu jadi pendamping masa depan lo" -Abercio Arjuna Danendra from;13 Juli 2020