#SMA Citra Bangsa
Juna memarkirkan motornya di parkiran sekolahnya dulu. Ia melihat-lihat ke sekeliling dan setiap inci dari tempat ini mengandung kenangan. Entah kenangan baik ataupun kenangan buruk, dan dua hal itu sukses membuat Juna larut dalam nostalgia.
Ketika ia memasuki lorong utama, ia langsung mengecek arloji karena keadaan lorong nampak lebih ramai. Dan ternyata ia datang disaat jam istirahat berlangsung. Beberapa siswi kedapatan menutup mulutnya begitu melihat Juna. Juna yang ngerasa ganteng cuma senyum-senyum doang.
Setelah berjalan dengan banyak tatapan kagum dari para siswi, sampailah Juna di Hall of Fame sekolah mereka. Ia melihat foto dan namanya berada di beberapa kategori prestasi non akademik. Selain dirinya, ada Genta, Nathan, kedua kakaknya, dan bahkan Lentera disana.
Senyuman Lentera itu selalu menjadi favoritnya karena perempuan itu seolah membawa kedamaian di dirinya. Ibarat kata, Juna itu bom nya, Lentera penjinaknya.
"Looking for someone, Prince Charming?"
Sebuah suara membuatnya menoleh.
Ia mengerutkan dahinya sebentar untuk mengingat perempuan di depannya ini "Kak Cecil?" Ucapnya setelah berhasil mengingat sosok ini.
"Masih inget ternyata" ucap Cesil sambil tertawa kecil, lalu ia mengajak Juna bersalaman yang berakhir pelukan hangat antara keduanya.
"Setelah sekian tahun, kenapa lo malah makin ganteng?" Tanya Cesil jujur.
Juna tertawa "I have to assume that's a flirt or compliment?"
"Well... Both maybe?" Tanggap Cesil bercanda.
Cesil adalah kakak kelas paling populer pada zamannya. Dia cantik, pintar, mudah bergaul, dan dikelilingi oleh orang-orang populer lainnya. Pertama kali Juna dan Cesil bertemu adalah saat masa OSPEK.
Kala itu, Cesil bertugas mendampingi kelompok Juna karena ia adalah anggota OSIS. Awalnya tidak ada yang spesial sampai suatu saat ketika ia sedang menjadi pemandu sorak untuk tim basket sekolahnya, Juna menghalau bola yang hendak mengenainya. Oh belum, Cesil belum menyukai Juna ketika itu. Tetapi ketika mendengar suara Juna yang menanyakan "Lo gapapa?" seketika dunia Cesil ditumbuhi taman bunga.
Bukan hanya itu alasan Cesil menyukai Juna. Karena setelahnya mereka terus-menerus bertemu tanpa direncanakan, hingga akhirnya Cesil memutuskan mengutarakan perasaanya pada lelaki yang berusia dua tahun lebih muda darinya itu.
Jawaban Juna masih sangat ia ingat karena begitu membekas.
Juna tersenyum kala itu, lalu ia berkata "Jujur, gue kaget lo suka sama gue, kak. Seorang Cesilia Regitha, cewek yang bisa bikin belasan cowok bunuh-bunuhan cuma buat sekedar lo sapa malah suka sama gue yang ga ada apa-apanya. But I'm so sorry... gue ga pernah nganggep lo lebih dari kakel gue... Bohong kalo gue bilang gue ga suka sama lo, kak, but not in that way."
Setelah itu, Cesil patah hati cukup lama, karena Juna adalah lelaki pertama yang mampu membuatnya jatuh cinta. Untungnya tidak sampai setahun karena Cesil sudah lulus dari SMA ini, yang membuatnya tidak perlu bertemu lelaki berjuta pesona itu.
Melihat Cesil yang disalami oleh banyak murid membuat Juna mengerutkan dahinya. Terlebih pakaian gadis ini mirip dengan guru-guru lain.
"Wait... Lo jadi guru kak?" Tanya Juna dengan mata melebar.
Cesil mengangguk "Ada mata pelajaran baru. Bahasa Korea, ga wajib sih, tapi peminatnya lumayan banyak."
"Wah seriusan? Pasti dominan cewek ya?" Ucap Juna yang mengikuti kemana perempuan itu pergi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ethereal | Ineffable vol.2 [END]
Genel Kurgu[Ineffable Universe Phase 1] [END] "Dari sini gw belajar, musuh lo bisa jadi temen lo, temen lo bisa jadi musuh lo, dan orang yang ada disisi lo sekarang, belum tentu jadi pendamping masa depan lo" -Abercio Arjuna Danendra from;13 Juli 2020