4 - MASIH SAMA

1K 141 8
                                    

23.12

"Makasih banyak yang udah mau dateng di rapat perdana kita ini. Untuk rapat selanjutnya nanti gue sebar lewat humas. Sekarang doa menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Berdoa mulai."

Semua orang menundukkan kepala dan mulai berdoa dengan cara yang berbeda tetapi dengan maksud yang sama.

"Amin" Azri menutup doanya sekaligus tanda bahwa rapat hari ini selesai.

"Yang ga bawa kendaraan ga usah malu buat nebeng sama yang lain ya. Jangan sampe pulang sendiri, udah malem. Bahaya." Ucap Azri yang dijawab oleh beberapa orang.

Revan memasukan segala macam buku-bukunya. Lalu ketika ia berdiri, netranya tidak sengaja melihat ke arah Shasha yang terlihat sedang mengabaikan telfon yang masuk ke ponselnya.

Ah, soal kejadian 3 hari lalu di cafe itu, Revan tidak banyak bertanya. Ia tidak merasa perlu mencampuri urusan orang lain. Walaupun ia sedikit skeptis, karena menurutnya Shasha bukanlah orang yang tega merebut pacar orang. Malahan, selama ia kenal Shasha, gadis itu cenderung jutek pada kaum lelaki.

"Ngeliatinnya gitu banget? Masih dendam?" Tanya Farra membuyarkan lamunan Revan.

"Apaan sih! Ga usah sotoy!" Revan menyentil dahi Farra. Kalau kalian fikir ini adalah adegan menggemaskan atau penuh keuwu-an, kalian salah! Kata uwu tidak pernah ada di kamus Revan.

"Ck! Kebiasaan banget sih! Kalo otak gue mundur gimana?!" Protes Farra sambil memegangi dahinya yang benar-benar terasa sakit.

"Bagus lah. Siapa tau selama ini emang geser kan?"

"Sialan lo, Van!"

Begitu Revan ingin melihat ke arah Shasha lagi, gadis itu sudah tidak ada. Apa mungkin sudah pulang?

"Giliran ada sinis, giliran ga ada dicariin. Dasar!" Cerca Farra sambil bersiap untuk kabur karena sudah pasti dahinya akan kena lagi.

"BACOT LO FARRA AGNIA!" Revan berteriak cukup keras karena perempuan itu sudah benar-benar kabur. Bahkan ia masih sempat meledek Revan dengan menjulurkan lidahnya.

Sialan.

Akhirnya Revan berjalan keluar dari ruang rapat. Ia berniat memasang airpod nya dan mendengarkan beberapa lagu, tapi belum sempat ia menekan tombol play, sesuatu yang lain mengalihkan fokus perhatiannya.

"Gue ga marah, Der! At least sama lo. Gue cuma ga mau kejadian kemaren itu keulang lagi. Sekarang mending lo pulang deh."

Itu suara Shasha. Revan ingat, lelaki yang diajak bicara oleh Shasha itu adalah laki-laki yang sama yang berada di cafe malam itu.

"Seenggaknya biarin gue anter lo pulang, Sha." Ucap Dery dengan wajah penuh penyesalan.

"Duh, sumpah ya Der. Gue ga mau ambil resiko yang lebih parah dari kemarin. Atau kalo perlu lo ga usah kontakan dulu deh sama gue. Semingguuuuuuu aja!" Shasha kembali menolak.

Revan masih bersembunyi di tempatnya. Walaupun ia sendiri heran kenapa ia rela menguping masalah yang harusnya bukan urusannya.

"Seriously, Sha? Lo dengerin apa katanya Via? Lo masih Shasha sahabat gue bukan sih? Apa jangan-jangan lo alien?" Tanya Dery yang tidak percaya mendengar sahabatnya yang paling keras kepala itu mau mendengarkan apa kata orang lain.

Masalahnya Shasha aja ga pernah dengerin apa kata Dery walaupun udah temenan lumayan lama. Kurang lebih setahunan lah. Setahun tuh buat Dery lama banget, soalnya dia aja pacaran sama Via belom ada 5 bulan.

Revan menarik senyumnya tanpa sadar ketika ia mendengar kata sahabat keluar dari mulut Dery. Seperti yang ia duga, Shasha tidak mungkin menjadi seorang PHO.

Ethereal | Ineffable vol.2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang