23 - PATAH HATI

948 117 13
                                    

Ada yang bilang, patah hati itu seperti membuat luka yang cuma punya satu obat; waktu. Ada yang bilang juga, patah hati itu rasanya kayak mau mati.

Farra pernah merasakan pahitnya patah hati. Tapi tidak pernah terfikir bahwa ia akan dua kali mengalaminya.

Tetapi bukan itu poin yang membuatnya 'sakit', melainkan fakta bahwa Revan lebih baik tidak mengetahui apapun soal perasaan dan rasa sakit yang ia alami. Ia harus mengupayakan berbagai cara agar bisa melihat Revan sebagaimana Revan melihat dirinya; sebatas sahabat dan tidak akan pernah lebih.

"Gue perhatiin lo diem terus, Far. Badmood lagi?"

Aneh kan? Revan itu tingkat kepekaannya tinggi, tapi anehnya ia bisa tidak peka dengan perasaan Farra sedikitpun.

"Engga. Gue capek banget abis kuis tadi" keluh Farra yang tidak sepenuhnya berbohong karena ia memang ada kuis hari ini.

Revan mengambil alih laptop di pangkuan Farra "Sini gue yang gantiin ngetik. Lo pura-pura dengerin aja"

Farra mengangguk tanpa perlawanan, hingga tanpa sengaja netranya menangkap Shasha yang diam-diam menatap Revan.

"Van..."

"Hmm?"

"Gue capek"

Revan menoleh dan langsung menepuk bahu Farra "Tahan, dikit lagi rapatnya selesai. Mau gue anterin pulang sekalian?"

Farra menggeleng "Kenapa sih lo ga kayak dulu aja? Kalo gue bilang capek, lo malah nyuruh gue kerja lebih banyak. Jujur gue lebih suka lo yang dulu"

"People change, Far. Lo kalo mau tidur, tukeran duduk aja sama siapa kek tuh yang di belakang" ucap Revan lagi.

"... Lo ga ngerti maksud gue ya?" Tanya Farra pelan.

Revan mengangkat alisnya tinggi-tinggi "Maksudnya? Lo capek kan? Tidur aja kalo capek"

Farra memejamkan matanya frustasi "Ini bukan capek yang bisa ilang cuma pake tidur, Van..."

"Ya udah nanti gue beliin vitamin sama buah-buahan. Muka lo lesu banget hari ini" ucap Revan yang memang benar-benar membuat Farra naik darah.

Farra membuang napasnya kesal "Terserah lah"

"Yah ngambek..." Revan terkekeh.

Farra memeluk lututnya dan mendengarkan apa yang sedang dibahas oleh Azri. Tapi tetap saja, Revan menyita sebagian besar otaknya.

"Kemaren gue liat map yang lo bawa" ucap Revan sambil terus mengetik.

"Map apa?"

"Harusnya gue yang ngomong gitu. Kenapa lo bisa bawa map pendaftaran student exchange?" Tanya lelaki itu lagi "—Mau ikutan?"

Farra meneguk salivanya "I think so"

"Tiba-tiba banget? Gue bukannya ngelarang sih, cuma... harus banget lo pergi?" Tanya Revan sambil menatap Farra.

"Gue cuma iseng doang. Kalo lolos ya gue pergi" ucap Farra seadanya.

"Ntar lo di Jepang sama siapa? Disana ga ada gue loh" ucap Revan dengan maksud bercanda.

Justru karena ga ada lo, Van. – Batin Farra.

"Ya emang kalo ga ada lo, terus kenapa?" Tanya Farra sok kesal.

Revan menarik satu sudut bibirnya "Ya ga ada yang bisa bikin lo kesel lagi lah! Kan cuma gue yang bisa."

"And you proud of that?"

Ethereal | Ineffable vol.2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang