Tidur tenang Revan pagi itu harus terganggu dengan lagu Beyonce yang terputar di penjuru rumah. Dengan mata yang masih belekan, Revan sudah menggerutu dan mengutuk orang yang mengganggu pagi indahnya.
Siapa lagi kalau bukan Cassie?
"Lo ada masalah hidup apa sih?! Ga tau gue lagi tidur?!" Bentak Revan ketika melihat Cassie dengan piyama sutranya tengah asik bersenandung sambil berjoget kecil di sofa ruang tamunya.
"Good morning Revan~~~ wah kalo diliat liat, kesannya kita kayak pengantin baru ya?" Ucap Cassie sambil mengedipkan sebelah matanya.
Revan mengangkat satu alisnya "Lo mau gue usir sekarang juga?"
Cassie berubah cemberut "Lo tuh ga berperikemanusiaan banget sih!"
"Gue bisa bedain mana yang beneran manusia, mana yang bukan" jawab Revan sambil mengerdikkan bahunya dengan wajah yang amat sangat tidak santai.
Perempuan ber-iris kecoklatan itu menghembuskan nafas kesal, kenapa sulit sekali berbicara dengan Revan tanpa nada tinggi?
Revan memutar kedua bola matanya dan kembali ke atas untuk mandi. Di kepalanya sudah tersusun list hal-hal yang harus dilakukan setelah mandi. Tapi sayangnya semua sirna ketika ia selesai mandi dan turun ke ruang tamu.
Cassie tengah asik meminum coklat panas, masih dengan piyamanya.
Oh bukan, bukan itu yang membuat Revan ingin hilang dari Bumi.
Tapi karena ada Shasha yang duduk di depan Cassie dengan sorot mata kosong.
"Sha?" Tanya Revan dengan mata melebar.
Shasha menatap Revan lurus, tanpa ekspresi.
Cassie menatap keduanya dengan senyum geli. Berbagai khayalan penuh drama terputar di otaknya, membayangkan kedua sejoli itu bertengkar.
"Kok disini?" Tanya Revan gugup.
"Emang gue ga boleh ke rumah PACAR GUE SENDIRI?" Tanya Shasha dingin.
"B-bukan gitu. Maksudnya..." Revan kehilangan kemampuannya berbicara.
Shasha masih menatap Revan datar.
"I-ini Cassie, anaknya temen bisnis mama" ucap Revan yang mau tidak mau harus memperkenalkan Cassie pada Shasha untuk menghindari kesalahpahaman.
"Kita udah kenalan" jawab Shasha datar "—dia juga bilang dia nginep disini tadi malem."
Rasanya Revan mau pindah ke neraka aja, soalnya bukan apa-apa nih, disini posisinya Revan ga bisa dibilang posisi yang bener. Jadi dia ga bisa ngebela diri di depan Shasha.
"I...ya. Iya dia nginep disini, tap—" Ucapan Revan terhenti begitu Shasha tiba-tiba berdiri dan menghampirinya.
"Lo belom sarapan kan?" Tanya Shasha masih tanpa ekspresi.
Revan menggeleng.
Tanpa basa-basi Shasha langsung menyeret Revan menuju keluar rumah. Revan yang cuma pake kaos rumahan + celana training diseret paksa ke warung bubur ayam deket gerbang perumahan.
Di warung bubur ayam itu cuma ada satu ibu-ibu yang bawa anak, dan dua bapak-bapak yang kayaknya abis selesai jogging. Untunglah, Revan jadi ga tengsin banget keluar rumah tanpa pakaian yang 'layak'
"Mas, bubur dua ya. Yang satu ga pake kacang, yang satu ga pake seledri." Ucap Shasha dengan senyum tipis pada mas-mas tukang bubur langganannya itu.
"Siap mbak Shasha" ucap si tukang bubur yang memang sudah akrab dengan Shasha.
Revan sudah mem-booking satu kursi untuk pacarnya itu. Shasha langsung duduk di sebelah Revan tanpa banyak berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ethereal | Ineffable vol.2 [END]
Fiksi Umum[Ineffable Universe Phase 1] [END] "Dari sini gw belajar, musuh lo bisa jadi temen lo, temen lo bisa jadi musuh lo, dan orang yang ada disisi lo sekarang, belum tentu jadi pendamping masa depan lo" -Abercio Arjuna Danendra from;13 Juli 2020