44. Move On √

5.7K 303 50
                                    

SUDAH 3 hari sejak kejadian dimana Alden memarahinya dan memutuskannya di taman sekolah, dan juga Rafa yang ikut membencinya karena semua yang telah Safira lakukan pada mereka semua.

Safira memiringkan kepalanya, menatap keluar jendela ruangan serba putih dengan aroma obat yang sangat mencekam.

2 hari ia berada disini karena penyakit jantungnya kambuh makin parah, dan juga karena Safira mogok makan. Terlalu jatuh & patah hati membuatnya berbuat nekat.

Sudah berkali-kali Safira menghubungi Alden untuk meminta maaf dan mengajak balikan, tapi lelaki itu tidak menghiraukannya, membuat Safira semakin stress dan drop.

Air mata kembali mengalir dimatanya. Tiba-tiba suara pintu terbuka mengalihkan perhatiannya. Safira menoleh ke arah pintu, namun sedetik kemudian ia langsung melengos.

"Hai Fira. Masih hidup Lo?"

Safira bergeming, enggan untuk menatap sosok yang kini sudah berdiri di ujung ranjang bawahnya, bersedekap dada.

Sosok itu terkekeh pelan. Mengelus kaki Safira yang terbalut oleh selimut Rumah Sakit.

"Lo kapan sih matinya? Udah jantungan, patah hati, di benci orang, tapi masih aja hidup. Lo tau gak sih, hidup Lo tuh kerjaannya nyusahin orang tau gak, Gue juga bosen liat Lo di muka bumi."

Safira mendelik kearah sosok itu. Berdecih. "Brengsek kamu Lea!"

Sosok itu Lea, tergelak seakan umpatan Safira itu lucu baginya. Lea berjalan menghampiri Safira, hingga tepat di samping gadis ringkihnya itu.

"Lo tau Fir. Kalo gue benci banget sama Lo."

"Kenapa kamu benci sama aku? Salah aku apa?"

"Oh Lo tanya kenapa gue benci sama Lo? Gue benci sama Lo karena Lo udah rebut perhatiannya Mama dan Papa. Lo membuat gue di asing kan. Lo membuat gue jadi tinggal di rumah Om Alex. Dan apa Lo tau, gue tertekan di rumah Om Alex. Tapi apa Lo peduli?"

Lea menatap Safira dengan tatapan bengis. Terlihat sekali jika Lea sangat membenci Safira dan ingin Lea segera lenyap dari peradaban.

"Lo rebut semua kebahagiaan gue Fir. Mulai dari kasih sayang Mama Papa, bahkan Alden, orang yang gue suka."

Lea membalikan tubuhnya, menatap lurus ke arah jendela. "Lo itu cuma anak pungut, tapi kenapa Lo begitu di sayang dari pada gue yang anak kandung. Kenapa?!"

Dada Lea naik turun menahan segala gejolak emosi di dadanya, tatapan matanya kosong seakan ia sedang menerawang pada masa lalu.

"Gue gak berharap punya Adik atau saudara walaupun gue merasa kesepian. Tapi Mama sama Papa tiba-tiba bawa Lo kerumah, memberi tahu kalau Lo itu adik angkat gue. Gue gak terima, gue merasa terancam. Dan ternyata benar, Lo masuk kedalam keluarga gue cuma sebagai parasit. Lo sakit-sakitan, ngabisin duit bokap gue."

"Aku juga gak mau sakit-sakitan begini Lea. Aku juga mau sehat!"

Lea membalik badannya, menutup mulut Safira agar berhenti bicara. Menatap Safira dengan tajam.

"Gue gak butuh bacotan Lo. Lo itu cuma orang yang sok polos dan sok lemah, yang memanfaatkan sakit Lo itu untuk mengancam dan menyingkirkan orang lain. Termasuk gue."

"Apa Lo tau, kenapa gue bisa Mama kirim ke rumah Om Alex? Itu karena Lo fitnah gue. Waktu Lo jatuh dari tangga, itu Lo jatuh sendiri, Lo kesandung karena fokus main hp, tapi Lo malah mengkambing hitamkan gue, membuat Mama gue marah, dan akhirnya gue tersingkirkan dari rumah gue sendiri." Lea mengambil napas sejenak, sebelum melanjutkan ucapannya.

"Lo seneng kan? Lo itu iri kan karena gue punya orang tua, punya kekayaan tapi Lo.. Lo cuma anak dari panti asuhan yang gak di harapkan oleh orang tua Lo sendiri." Lea menyeringai, menatap tajam Safira dari jarak dekat.

BAD LIAR (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang