18. Sedikit Rahasia ✓

4.4K 268 11
                                    

HARI Minggu memanglah hari kemerdekaan bagi semua orang yang biasanya menjalankan aktivitas padat seperti Sekolah, Bekerja, atau bahkan Pengacara (Pengangguran banyak Acara).

Pada hari inilah mereka menikmati waktu liburnya untuk sekedar bermain bersama keluarga, teman, atau rebahan saja di rumah, tidur seharian, nonton Drakor. Dan masih banyak hal lagi.

Sama seperti Kezia yang ingin menikmati hari Minggu ini dengan menonton Drakor sendirian di atas kasur kesayangan.

Jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Sebenarnya ia pun belum mandi. Katanya sih males, nanti saja sekalian sore. Ya sudah semerdeka Kezia saja. Sebelum mulai menonton ada baiknya Kezia mengambil cemilan dulu untuk menemaninya menonton sampai puas.

Akhirnya kaki jenjang namun mungil itu beranjak dari atas ranjang. Berjalan menuju dapur di lantai bawah. Rumah terlihat sepi, hanya ada Riri dan Bi Jum -pembantu keluarga Kezia yang sudah balik dari kampungnya- bermain di ruang keluarga.

Kezia menghampiri mereka. "Papa mana Bi?"

"Oh Tuan ada non di kamarnya, kalau Nyonya sedang pergi arisan." Jawab Bi Jum sopan, tangannya memberikan mainan kepada Riri.

"Aku gak nanyain Wanita itu." Bola mata Kezia memutar muak.

Bi Jum meringis sungkan. Lanjut menemani Riri yang sejak tadi asyik dengan mainan Barbienya.

Kezia melongos. Kembali berjalan kearah tujuan awalnya, dapur. Setelah mengambil cemilan yang ia inginkan, ia segera kembali ke kamarnya.

Namun belum juga ia menaiki tangga. Ia melihat Sang Ayah memakai baju serba hitam dan ada sebuket bunga lili di dalam pelukannya.

Papa mau kemana? Alis Kezia mengerut bingung menatap Papanya seksama.

Masih ia melihat Papanya yang duduk di kursi roda. Di dorong oleh Pak Mansyur -Supir Pribadi Galih- keluar dari rumah.

Kezia menjadi penasaran. Sebenarnya sih ia sudah penasaran dari dulu. Karena Galih memang selalu bepergian di hari Minggu, bahkan rutin, memakai pakaian serba hitam dan membawa sebuket bunga.

Meletakan cemilan di atas kursi yang kebetulan ada di bawah tangga. Ia mengikuti Galih dalam diam. Kali ini Kezia harus tahu apa yang di lakukan Galih setiap hari Minggu.

Tanpa mau membuat Galuh curiga dengan membawa si Unyil -Mobil mungil Merah miliknya- lebih baik ia naik ojek saja.

Segera ia menghentikan ojek yang barusan saja lewat di depan rumahnya. Mengikuti sang Papa yang mulai pergi menggunakan mobil pribadi miliknya.

"Pak ikutin mobil itu yah."

"Siap neng!" Tukang ojek itu bergerak patuh.

Akhirnya Kezia seperti penguntit saja. Mengikuti Galih yang sangat mencurigakan. Kening Kezia mengerut saat melihat mobil Galih memasuki sebuah pemakaman umum.

"Makam? Ngapain Papa kesini?"

Kezia semakin penasaran saja. Untuk apa papanya itu ke pemakaman, siapa yang meninggal? Atau siapa yang akan papanya datangi berziarah? Karena setahunya tidak ada saudara yang di makamkan di pemakaman ini.

"Pak, tunggu sini dulu yah. Saya kedalam dulu sebentar. Nanti saya balik lagi."

"Oh iya neng siap. Bapak tinggi di warkop itu yah neng." Sang tukang ojek menunjuk sebuah warung kecil yang tak jauh dari pemakaman.

Kezia mengangguk, mengiyakan apa kata tukang ojek tersebut. Ia pun turun dari motor tukang ojek. Berjalan mengendap-endap mengikuti Galih yang di dorong oleh Pak Mansyur melewati blok demi blok di pemakaman ini.

BAD LIAR (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang