29. Tengah Malam ✓

3.9K 279 7
                                    

LAGI dan lagi Kezia harus menjadi orang bodoh dengan masih menunggu kedatangan Rafa yang katanya hanya pergi sebentar, namun hampir jam 11 Rafa belum juga datang untuk menjemputnya.

Kenapa Kezia belum juga pergi padahal sudah menunggu 3 jam? Karena dia yakin, kalau Rafa sayang padanya, lelaki itu akan menjemputnya. Jam berapa pun itu.

Berkali-kali Kezia menatap garang, mengomel, mencak-mencak saat anak-anak jalanan dengan kurang ajarnya menggoda dirinya.

"PERGI LO! ATAU GUE TERIAK?!"

Sumpah. Kezia ingin menangis saja.
"Rafa. Kamu pasti tepatin janji kamu kan? Aku gak apa kamu telat jemput. Asalkan jangan sampai tidak sama sekali. Kalau malam ini kamu tidak menjadi menjemputku. Maka aku akan semakin tenggelam dalam rasa sakit kala aku menjadi seseorang yang tidak kamu prioritaskan. Aku terluka. Karena mu. Jangan membuat aku berpikir jika kini kamu sedang bersenang-senang bersama Safira. Karena itu menyakitkan."

Gadis itu menunduk, meremat tali Sling Bag dan juga ponselnya. Ia menghitung dalam hati, jika dalam hitungan ke-10 Rafa belum datang juga. Maka Kezia akan pulang naik taksi dan akan menunjukkan aksi merajuk pada Rafa.

"Satu..." Kezia mulai menghitung dengan harap-harap cemas.

"Dua..."

"Tiga..."

- Delapan..."

"Sembilan..."

Kezia memejamkan matanya yang mulai berkaca-kaca.

"Sepu-"

"Kezia."

Suara itu? Suara yang sangat ia kenali. Suara yang berhasil membuat gadis itu menahan tangis. Sakit...

Saat harapan tinggal harapan...

"Alden..."

Runtuh sudah pertahanan Kezia. Kezia yang kuat dan selalu ceria kini menjadi wanita lemah hanya karena cinta. Bahkan Kezia mampu menahan luka dari keluarganya, tapi kenapa hanya karena Rafa dia bisa menjadi wanita paling di hindari sifatnya dari Kezia.

Seseorang itu. Alden. Membelalakkan matanya, turun dari motor besar milik lelaki tampan itu kemudian berdiri di hadapan Kezia yang menatap dirinya dengan air mata yang mengalir dari netra indah itu.

"Hei.. Lo kenapa?" Tangan Alden terulur untuk menghapus air mata Kezia yang mengalir di pipi kemerahan itu. "Lo kenapa disini malem-malem? Lo sama siapa? Kenapa gak pulang? Nungguin siapa?"

Kezia hanya diam menatap Alden. Mengabaikan pertanyaan bertubi-tubi yang Alden lontarkan. Bukannya menjawab, Gadis itu malah melesakkan tubuhnya kedalam pelukan sosok berdada bidang di hadapannya.

"Hiks... Alden..."

Alden terdiam. Tangannya terulur mengusap kepala belakang gadis cantik yang tampak menyedihkan di dekapannya, dengan usapan berirama berharap hal itu dapat mengurangi kesedihan Sahabatnya ini.

"2 kali Kez." Ucap Alden yang tidak di mengerti oleh Kezia. "2 Kali gue liat Lo lagi nangis sendirian. Yang pertama karena Pacar Lo itu. Kalau sekarang karena apa? Hm?"

BAD LIAR (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang