BAGIAN 33. perjuangan

722 67 12
                                    

Panasnya terik matahari menjadi saksi perjuangan seorang laki laki yang sedang mencari rupiah untuk hajatnya. Setelah mendapatkan gelar yang sangat di dambakan itu. Kini aban sudah berbaris bersama para pejuang rupiah untuk mendapatkan pekerjaan. Ia tak ingin bersantai santai ria. Karna mencari pekerjaan itu sulit dan ada sesuatu tujuan yang harus ia gapai dalam waktu yang tidak singkat.

Hari ini aban akan mengikuti interview bersama beberapa teman seperjuangannya di salah satu kantor di bidangnya.

Aban sangat senang ternyata ia ke terima di salah satu kantor yang ia inginkan. Dan akan mulai kerja besok. Akhirnya ia bisa tidur nyenyak malam ini. Ya walaupun ia tau dunia yang ia akan hadapi saat ini akan lebih sulit di banding dunianya saat masih menjadi pelajar atau mahasiswa.

🌸🌸🌸

Hidup itu terkadang bisa menjadi sebuah pilihan. Tergantung si pemain peran yang menjalani. Mau maju atau hanya tetap diam di tempat. Jika sudah berusaha tapi Allah belum memberikan rezeki.. Ya sudah lah.. Tugas kita hanya terus berusaha dan berdoa. Jangan mudah mengeluh dan putus asa. Kehidupan memang keras. Sekeras batu yang berada di tepi sungai. Tapi mau sekeras apapun kehidupan kita harus tetap berjalan. Jangan biarkan waktu kalian terbuang sia sia.

Selama 3 bulan ini sudah mempunyai niat baik. Ia menjalankan shalat istikharah meminta petunjuk kepada Allah. Apa keputusan yang ia ambil sudah sangat benar atau tidak. Karna semua yang terjadi itu izin Allah. Pertanyaan yang ia tanyakan selalu sama setiap malam dan jawabannya pun juga sama.

Dan akhirnya ia memutuskan bahwa keputusan yang ia ambil saat ini adalah benar.

Hari ini aban melaksanakan kegiatannya seperti biasa. Berangkat ke kantor pagi dan pulang pada sore hari.

"Assalamu'alaikum.." Ucap aban setelah sampai di rumahnya.

"Wa'alaikumsalam.." Jawab sisil dan mafin yang sedang menonton tv. Aban pun tersenyum lalu berjalan ke arah mereka dan mencium punggung tangan mereka layaknya orang tuanya sendiri.

"Seneng banget kayanya.." Selidik sisil.

"Seneng apaan.. Cape iya.. Udah ah aban mau mandi terus shalat magrib.." Jawab aban. Lalu beranjak pergi menuju kamar.

"Mas kayanya ada yang di tutupin sama aban ya?" Tanya sisil.

"So tau kamu.." Jawab mafin.

"Ga bisanya kaya gitu mas.." Ucap sisil.

"Mba ga boleh ngomongin orang.." Teriak aban.

"Tuh dengerin apa kata aban.." Ucap mafin.

"Ish ngeselin.." Gerutu sisil. Sementara mafin hanya tertawa. Sebenarnya mafin juga merasa seperti itu. Ia juga sering melihat aban shalat istikharah beberapa bulan belakangan ini. Tapi ia tetap menunggu adiknya berbicara sendiri dengannya.

👣👣👣

Setelah melaksanakan shalat magrib kami kembali berkumpul di ruang keluarga untuk menonton tv seperti biasa.

"Mba mas satu minggu besok kalian ada acara ga?" Tanya aban.

"Engga kayanya.." Jawab sisil.

"Engga.. Syubban juga ga ada jadwal kota.. Cuma sekitar sini aja.." Jawab mafin.

"Ada apa dek?" Tanya mafin.

"Emm.. Ini mba mas.. Aban ada hajat.." Jawab aban ragu.

"Hajat apa?" Tanya sisil.

"Aban ada niat mau menta'aruf ukhty.." Jawab aban. Sontak mafin dan sisil pun kaget. Tiba tiba adiknya yang satu ini memberikan kabar baik dengan mendadak. Kaget sekaligus senang.

AISWA (TAHAP REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang