Setelah pengumuman hasil juara dan sesi pembagian hadiah selesai. Yoan berjalan kesana kemari untuk mencari seseorang yang tak lain adalah Karin. Yoan tak sabar ingin menunjukkan kemenangannya pada Karin. Tapi entah kemana gadis itu, sampai akhirnya Yoan bertanya pada Reina dan Kinar yang sudah siap untuk pulang.
"Pada liat Karin gak sih?" Tanya Yoan pada dua sahabatnya itu.
"Kagak" balas Kinar.
"Tadi gua nyuruh dia buat jaga jarak dulu sama Lo, biar lo gak tegang pas tampil" ucap Reina yang seketika membuat Yoan panik.
"Hah, terus dia kemana?" Tanya Yoan.
"Lah mana gua tau, cari aja sendiri" ucap Reina sambil mengangkat bahunya.
Yoan pergi tanpa pamit dan meninggalkan tempat kedua temannya itu berdiri.
"Awas serangan jantung lagi" teriak Kinar yang berniat mengejek Yoan.
Yoan POV
Setelah perlombaan berakhir, gua nyari Karin kemanapun tapi gak ketemu juga. Gua juga udah tanya sama Reina dan Kinar, mereka juga gak tau Karin dimana. Apa Karin pulang duluan ya?.
Dengan segera gua menelpon ke nomor Karin, tapi nihil karena Karin gak bisa di hubungi. Gua bener-bener ngerasa bersalah karena udah bersikap kayak gitu ke Karin. Tapi apa boleh buat, kelemahan tetap kelemahan.
Cukup lelah, akhirnya gua memutuskan untuk pulang ke rumah Karin untuk mengecek apakah Karin sudah benar-benar pulang atau belum.
Author POV
Saat Yoan menuju tempat parkir motornya, Yoan melihat ada seorang gadis yang duduk di kursi taman SMA Garuda. Gadis yang perawakannya tak asing di mata Yoan. Yoan pun menghampirinya untuk memastikan.
"Karin..." Sapa Yoan dengan ragu-ragu pada gadis itu.
"Ehh, udah selesai?. Gimana tadi?" Balas Karin kikuk.
"Eum, maaf soal tadi, aku bener-bener gak bisa kontrol diri aku" ucap Yoan yang merasa bersalah.
"Sekarang udah gak papa?" Tanya Karin sambil tersenyum.
"Masih sih, tapi udah gak segugup tadi, hehe" ucap Yoan sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal"
"Kamu gak liat aku tampil ya tadi?" Tanya Yoan kikuk.
"Enggak, aku takut fokus kamu buyar, jadi aku ngehindar. Tapi aku dengerin suara kamu kok dari sini, keren banget" puji Karin dengan senyumnya.
"Makasih ya" ucap Yoan sambil menunjukkan piala kemenangannya.
"Kamu menang?" Tanya Karin dengan takjub.
"Iya berkat kamu" ucap Yoan sambil tersenyum malu.
"Kok berkat aku, karena aku kamu hampir kalah lho" jelas Karin bingung.
"Aku mau hadiah dari kamu" ucap Yoan sambil tersenyum manis pada Karin.
"Ahh.. hadiah rupanya. Nanti malem ada pameran seni, aku tau kamu suka seni, jadi gimana kalo kita kesana malam ini" ucap Karin dengan semangat.
"Ok, ayuk pulang" ajak Yoan sambil menarik tangan Karin.
Di perjalanan pulang menuju rumah Karin. Tiba-tiba sepasang tangan melingkar erat di perut berotot Yoan. Bisa Yoan rasakan juga, suara Karin dari balik helmnya.
"Jangan tegang lagi ya" ucap Karin sambil mengeratkan pelukannya.
Yoan hanya tersenyum mendengar perkataan Karin, sambil berusaha menetralkan perasaannya supaya tidak gugup.
Setelah sampai di rumah Karin, Yoan mengambil pakaiannya semalam dan berpamitan pulang pada Karin.
"Aku pulang ya, nanti aku jemput jam 8" ucap Yoan sambil tersenyum sekilas lalu mengenakan helm full face nya.
"Ok hati-hati ya" balas Karin sambil tersenyum manis pada Yoan.
----
Jarum jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Waktunya Yoan menjemput Karin untuk pergi bersamanya.
Mama dan papa Yoan sama-sama belum pulang. Biasanya mama Yoan pulang jam sepuluh malam, lebih awal satu jam dari papanya yang biasanya pulang jam sebelas malam.
Tapi Yoan sudah menelepon mamanya kalau dia akan pergi ke pameran seni bersama dengan temannya malam ini.Setibanya di rumah Karin, Yoan mengklakson beberapa kali sampai akhirnya Karin turun dari kamarnya dengan pakaian kasual yang terlihat elegan di mata Yoan.
"Udah siap?" Tanya Yoan sambil menatap Karin.
"Udah, ayok" ucap Karin dengan semangat.
Drttt.... Derrttt....
Suara telepon dari saku celana Yoan menggetarkan pahanya.
"Siapa sih ganggu banget" sambil mengangkat teleponnya dengan malas.
"Halo napa? Tanya Yoan pada Kinar yang menelponnya.
"Jadi pergi?" Tanya Kinar di sebrang sana.
"Jadilah, kenapa?" Balas Yoan.
"Pake jaket gak?" Tanya Kinar.
"Pake bawel" balas Yoan malas.
"Bawa tolak angin gak?" Tanya Kinar pada temannya yang mudah sekali meriang itu.
"Apaan sih kayak mau ngapa aja, dahlah nanti kemaleman gua, bye" balas Yoan lalu menutup teleponnya.
"Siapa?" Tanya Karin.
"Kinar, biasa" jawab Yoan sambil memberikan helm pada Karin.
"Ohh" balas Karin yang kesulitan mengenakan helmnya.
"Sini aku bantu" ucap Yoan sambil memasangkan pengait di helm Karin.
"Makasih" ucap Karin kikuk.
Sesampainya di tempat pameran, Yoan langsung terkesima dengan pemandangan indah yang ia lihat. Berbagai macam lukisan dan patung yang luar biasa indahnya terpampang nyata di sana. Berbeda dengan Karin yang malah terkesima melihat ketampanan Yoan daripada karya-karya yang di pajang di sana. Bagi Karin Yoan lah karya yang paling indah di sana.
Jarum jam sudah menunjukkan pukul sebelas, tapi Yoan masih belum bosan dengan apa yang di lihatnya. Tak terasa, angin malam membuat suasana menjadi dingin. Yoan yang merasa kedinginan, tapi saat melihat Karin menggosok-gosok lengannya malah merasa tak tega dan melepaskan jaketnya untuk di kenakan Karin.
"Kamu kedinginan?" Tanya Yoan sambil melepaskan jaketnya.
"Hehe dikit" balas Karin sambil tersenyum.
"Nih pake biar gak masuk angin" ucap Yoan sambil memasangkan jaketnya ke tubuh Karin.
"Gak usah nanti kamu sakit lagi" ujar Karin dengan memegang tangan Yoan.
"Lebih baik aku yang sakit, daripada kamu" ucap Yoan dengan nada lembutnya yang membuat Karin terdiam dalam senyuman.

KAMU SEDANG MEMBACA
Yoan [ Completed ]
Romance"Aku gak bisa kar, ini terlalu jauh buat aku lakuin" ucap Yoan pada Karin "Aku yang mau, lakuin sekarang" ucap Karin sambil meletakkan tangannya di ceruk leher Yoan Yoan hanya tertunduk diam dan tak tau harus berbuat apa.... Ada beberapa adegan 18+...