Karin POV
Apa yang ku dengar tadi dari mulut Yoan membuat ku benar-benar bahagia. Yoan terlihat sangat perhatian padaku, tapi itu bisa jadi juga hanya sebatas pertolongan biasa.
Karena angin malam yang semakin dingin membuat aku dan Yoan akhirnya memutuskan untuk pulang, di tambah lagi jam sudah menunjukkan hampir tengah malam.
Yoan mengendarai motornya hanya dengan kaos pendek putih yang ia kenakan. Suasana yang dingin, membuat Yoan sesekali mengelus-elus tangannya. Aku yang peka terhadap Yoan langsung memeluk tubuhnya dengan erat karena tak ingin dia sakit lagi.
Yoan hanya terdiam saat aku memeluknya, aku tau kalau dia sangat tak tahan dengan hawa dingin. Akhirnya setelah 15 menit perjalanan, kami sampai di rumah, lebih tepatnya rumah ku. Karena sudah terlalu larut, aku meminta Yoan untuk menginap di rumah ku lagi malam ini.
"Nginep sini aja udah malem" pintaku pada Yoan.
"Eumm, gak ngerepotin?" Tanya Yoan sambil menggosok-gosok kedua tangannya.
"Nggaklah, ayok masuk udah malem banget ini" ucapku yang langsung di turuti oleh Yoan.
Yoan memakirkan motornya di garasi mobil rumah ku. Dia langsung berlari ke dalam rumah sambil meniup-niup telapak tangannya yang mulai kedinginan.
"Dingin banget ya?" Tanyaku yang langsung memegang kedua tangan Yoan.
"Ehm iya nih" ucap Yoan yang mulai menggigil.
"Kamu gak papa Yo?" Tanyaku cemas karena melihat Yoan yang menggigil.
"Aku ke--keding-inan" ucap Yoan yang mulai terbata-bata.
Tanpa pikir panjang aku langsung menyelimutinya dan mendekapnya erat di pelukanku. Aku sudah tidak bisa membedakan Yoan yang sedang menggigil dan Yoan yang sedang gugup. Yang bisa kurasakan hanyalah rasa dingin di kulit Yoan dan getaran dari gigi Yoan yang mulai saling bertumbuk.
Tanpa ragu atau mungkin tanpa sadar, Yoan membalas pelukan ku dengan erat. Bahkan perlahan aku tenggelam dalam dekapannya di posisi tertidur. Yoan yang masih mendekap ku dengan erat, perlahan sadar dan melepaskan pelukannya.
"Maaf.." ucap Yoan lirih.
"Gak papa, aku tau kamu kedinginan" balasku lalu kembali memeluknya.
"Aku mual kar" ucap Yoan sambil melepaskan pelukannya.
"Kamu kenapa?" Tanyaku pada Yoan.
"Kayaknya aku masuk angin deh" ucap Yoan sambil menunjukkan wajah pucat.
"Aku ambilin minyak kayu putih ya" ucapku lalu beranjak dari ranjang untuk mencarikan minyak kayu putih.
Aku memberikan minyak kayu putih yang telah ku ambil kepada Yoan.
"Makasih" balas Yoan lalu membaluri perutnya yang tampak sixpack itu dengan minyaknya.
Aku tertegun sejenak melihat perut Yoan yang begitu indah itu.
"Uekk.....uwekkk.... uwekk" Yoan berlari ke kamar mandi sambil menutup mulutnya.
Aku yang sadar langsung menghampiri Yoan di kamar mandi dan membantunya menekan tengkuknya.
"Aduh kenapa jadi gini sih, maafin aku ya" ucapku pada Yoan setelah dia selesai muntah.
"Kenapa minta maaf?" Tanya Yoan sambil mengelap bibirnya yang basah.
"Gara-gara kamu minjemin jaket ke aku, jadi sakit lagi kamunya" ucapku dengan nada merasa bersalah.
"Ini bukan salah kamu, akunya aja yang ringkih, kena angin dikit aja meriang" ucap Yoan sambil tersenyum manis.
"Aku kerokin kamu ya biar enakan?" Ucapku sambil menggandeng tangan Yoan keluar kamar mandi.
Author POV
Sejujurnya Yoan agak canggung jika harus membuka bajunya di hadapan Karin. Tapi apa boleh buat, dia juga tak mau terus-terusan mual dan kedinginan.
"Buka kaosnya" pinta Karin sambil memegang koin dan minyak kayu putih di tangannya.
"Ehh--- iya" ucap Yoan yang langsung menuruti perintah Karin.
Melihat tubuh Yoan yang benar-benar gagah layaknya seorang pria, membuat Karin terdiam sejenak memandangi perut Yoan yang tampak sixpack itu. Di tambah lagi pemandangan dada Yoan yang tampak sangat berbeda dengan wanita pada umumnya, membuat Karin bertanya kepada Yoan dengan spontan.
"Kamu masih pake miniset?" Tanya Karin sambil mengernyitkan keningnya.
"Eumm iya, punyaku kecil. Kalo pake bh nanti malah kedodoran" balas Yoan sambil menutupi bagian depan tubuhnya dengan kaos.
"Ehh--maaf aku lancang" ucap Karin lalu dengan segera mengoleskan minyak ke punggung Yoan.
"Iya gak papa" balas Yoan sambil tersenyum.
Setelah acara kerok mengerok Yoan selesai dan jam sudah menunjukkan pukul satu malam. Karin pergi ke toilet untuk mengganti pakaian tidur yang akan dia kenakan seperti biasanya. Sedangkan Yoan sudah berbaring di pinggir ranjang sambil memejamkan matanya.
Karin keluar dari kamar mandi dengan celana pendek yang memperlihatkan dengan jelas paha mulus miliknya dan juga tank top putih yang memperlihatkan jelas putingnya yang menjiplak karena ia tidak mengenakan bra. Karin langsung menuju tempat tidurnya, dan melihat di sana ada Yoan yang sudah tertidur di pinggir ranjang. Karena tak mau mengganggu Yoan, Karin melangkahi Yoan untuk tidur di tepi tembok.
Ketika Karin sudah mulai menutup matanya, tiba-tiba ada bibir yang mengecup dahinya.
"Makasih ya buat hari ini, lu udah buat ngerasa berbeda. Gua cuma mau lu tau ini kar,, kalo gua juga sayang sama lu. Gua tau kalo gua bakal sakit kena angin malem, tapi gua tetep mau pergi sama lu dan ngasih jaket gua demi lu, tapi itu buat gua seneng banget. Padahal gua sendiri sakit, tapi ngeliat lu perhatian ke gua membuat gua jadi bahagia" ucap Yoan dengan lirih karena tak ingin membangunkan Karin.
Tiba-tiba tanpa aba-aba, Karin menekan tengkuk leher Yoan hingga bibir Yoan bertemu dengan bibir Karin. Yoan yang menyadari hal itu langsung melepaskan ciumannya.
"Ka--kamu belum tidur?" Tanya Yoan yang kembali merasa gugup.
"Aku belum ngasih kamu hadiah yang aku janjiin tadi" ucap Karin sambil mengigit bibir bawahnya.
"Apa hadiahnya?" Ucap Yoan dengan setenang mungkin.
Perlahan tangan Karin mengarahkan tangan Yoan untuk menyentuh dua bukit kembar miliknya yang tak terbungkus oleh bra.
"Ini hadiahnya" ucap Karin dengan nada sensualnya.
"Apaan ini kar?" Ucap Yoan dengan wajah tak percaya.
"Kamu mau ini kan kemarin?" Ucap Karin sambil tersenyum.
Yoan berfikir sejenak tentang apa yang dikatakan Karin padanya. Lalu dia tersadar akan perkataan Karin, dia salah paham akan sentuhan tidak sengaja yang di berikan Yoan padanya kemarin malam. Tapi bagaimanapun ketidak sengajaan itu membuat Yoan sedikit terangsang.
"Kamu mau kan?" Ucap Karin sambil mencekram ceruk leher Yoan.
"A--aku bukan gitu Kar, kamu salah paham" ucap Yoan sambil menatap payudara Karin yang sudah mulai menggoda dirinya.
"Gak papa kalo kamu mau" ucap Karin sambil mendekatkan wajah Yoan ke dadanya.
Yoan benar-benar tak tahan dengan apa yang ia lihat dan ia rasakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Yoan [ Completed ]
Romance"Aku gak bisa kar, ini terlalu jauh buat aku lakuin" ucap Yoan pada Karin "Aku yang mau, lakuin sekarang" ucap Karin sambil meletakkan tangannya di ceruk leher Yoan Yoan hanya tertunduk diam dan tak tau harus berbuat apa.... Ada beberapa adegan 18+...