20

4.7K 276 0
                                    

1 bulan setelah kejadian pengakuan Yoan yang sebenarnya pada Karin, hubungan antara keduanya semakin dekat. Yoan bahkan tak segan untuk meminta jatah malamnya dengan Karin, tentu tanpa melewati batasan yang di ciptakan oleh dirinya sendiri.

Hari ini Karin terlihat sangat sibuk dengan laptopnya hingga mengabaikan Yoan yang sedari tadi menunggunya.

"Masih lama ya?" Tanya Yoan sambil memapah rahang bawahnya dengan tangan.

"Iya, sabar ya" ucap Karin sambil berbalik arah menatap Yoan.

"Tugas apa sih emang?" Tanya Yoan sambil memeluk Karin dari belakang.

"Presentasi biologi, besok presentasinya" ucap Karin.

"Emang gak kelompokan ngerjainnya?" Tanya Yoan sambil menatap Karin dari samping.

"Nggak, ini tugas individu" balas Karin sambil fokus pada laptopnya.

"Hah, gila. Bisa-bisanya presentasi jadi tugas individu" ucap Yoan tak percaya.

"Kelas aku emang gini, kalo ada tugas selalu individu, jarang banget ada tugas kelompok" jelas Karin pada Yoan.

"Apa semua kelas IPA?" Tanya Yoan penasaran.

"Iya" balas Karin singkat.

"Kenapa gitu?" Tanya Yoan lagi.

"Sayang... Buat kita ini adalah pemikiran kita sendiri kenapa kita harus membagi nilai dengan orang lain yang gak mau berpikir" ujar Karin.

"Huhh... Gak ada solidaritas sama sekali kelas mu" gerutu Yoan sambil memanyunkan bibirnya.

"Jangan gitu ah bibirnya" ucap Karin yang gemas melihat sikap Yoan.


Setelah Karin menyelesaikan tugasnya, ia meregangkan tubuhnya dengan meluruskan tangannya ke atas. Lalu Karin melihat Yoan yang sudah tertidur pulas dengan kaos hitam dan boxer cokelatnya. Karin naik ke atas kasur untuk merebahkan tubuhnya karena dia merasa sangat lelah.

Karin memberikan kecupan di pipi Yoan sebelum akhirnya dia merebahkan tubuhnya.

"Good night Yo" ucap Karin lalu mengecup pipi Yoan.

Karin tidur membelakangi Yoan, dan tiba-tiba sepasang tangan melingkar di pinggang langsung milik Karin. Hembusan nafas Yoan sangat terasa di telinga Karin. Tiba-tiba Yoan menciumi leher jenjang Karin dan menjilatnya.

"Eeuuunnggghhh Yo, kamu belum tidur" ucap Karin sambil merasakan geli di lehernya.

"Gimana bisa tidur kalo belum dapet jatah malam" bisik Yoan di telinga Karin lalu membalikkan tubuh Karin menghadap dirinya.

"Beb... Udah malem, aku juga capek" ucap Karin sambil memegang pipi Yoan.

"Huufftt yaudah deh" balas Yoan kesal lalu melepaskan pelukannya dan tidur terlentang melihat atap.

"Jangan marah, besok aku kasih lebih dari biasanya" ucap Karin sambil merebahkan kepalanya di dada bidang milik Yoan.

"Aku gak mau lebih, aku cuma mau kayak biasanya?" Ucap Yoan lalu kembali menindih tubuh Karin.

"Apa?" Tanya Karin sambil melingkarkan tangannya di leher Yoan.

"I just want it" ucap Yoan sambil menatap bukit kembar milik Karin.

Karin hanya tersenyum mendengar perkataan Yoan. Sejujurnya Karin sangat lelah malam ini, tapi dia tak tega melihat Yoan yang merengek seperti anak bayi yang meminta ASI pada ibunya. Karin akhirnya mengiyakan permintaan Yoan.

Melihat persetujuan dari Karin, Yoan langsung menelusupkan  tangannya ke dalam tank top Karin lalu meremas bukit kembar milik Karin dengan semangat. Yoan mulai memilin puting Karin yang begitu segar dan nikmat baginya. Yoan membuka tank top Karin lalu membuangnya ke sembarang arah.

Yoan mulai menghisap puting Karin yang sudah mengeras dan siap menyambut kehangatan mulut Yoan. Dengan sangat agresif Yoan menghisap puting Karin dan tangan satunya sibuk memilin puting satunya.

"Aaahhhhh...beb...emmhhh...ahhh" desah Karin sambil meremas rambut Yoan.

"Aku selalu suka ini Karin" balas Yoan sambil menatap Karin sekilas.

Yoan melanjutkan permainannya, dia mulai menjilati perut langsing Karin. Yoan memainkan tangannya di bukit kembar milik Karin dan mulutnya sibuk menciumi perut Karin. Yoan melihat ke arah vagina Karin, tapi Yoan mengurungkan niatnya untuk kesana dan menaikkan permainannya ke mulut Karin.

Yoan melumat bibir seksi Karin dengan lembut. Karin yang menikmati permainannya pun hanya bisa mendesah tak karuan.

"Mmppsshh..."

Yoan terus menghisap dan mengulum bibir seksi Karin bahkan ia mulai menggigit dan membuat Karin sedikit kesakitan.

"Aaawww slowly Beb" rintih Karin.

Yoan menurunkan mulutnya kembali ke puting Karin dan menjilatnya kembali seperti permen. Di hisapnya lagi puting itu seperti sedang mengemut sebuah permen. Yoan sangat menyukai puting Karin, hingga membuat Karin selalu merasakan sakit setelah selesai bermain.

"Eeuummhh, udah nih pake" ucap Yoan sambil memberikan tank top Karin yang tadi ia buang.

"Kenapa udahan?" Tanya Karin sambil menahan rasanya.

"Kamu capek, istirahat" ucap Yoan lalu mencium sekilas bibir Karin.

Yoan merebahkan tubuhnya di samping Karin lalu memejamkan matanya. Karin memandangi wajah Yoan yang sudah memejamkan matanya. Dia melihat kekasih tomboynya itu menelan ludah dan itu membuatnya terlihat benar-benar seksi. Karin mendekatkan wajahnya ke ceruk leher Yoan dan meletakkan tangannya di atas kemaluan Yoan.

Yoan terkejut merasakan ada sesuatu yang menimpa penis kecilnya. Saat dia membuka mata, dia melihat itu adalah tangan Karin.

"Eeuumh beb, bisa singkirin tangan kamu gak?" Ucap Yoan sambil mengangkat tangan Karin.

"Nggak. Aku mau main sama ini malam ini" ucap Karin dengan nada sangat sensual.

"No Karin, ini gak fungsi" ucap Yoan agar Karin menyingkirkan tangannya.

"Kata kamu ini bisa berdiri kalo kamu horny banget" ucap Karin yang malah memegang penis kecil Yoan di balik boxernya.

"Eumm kar, ini kecil banget, ini cuma kayak hiasan" ucap Yoan sambil menahan nafsunya.

"Berarti ini gak akan merenggut keperawanan ku kan?" Ucap Karin sambil menatap wajah Yoan.

Yoan memikirkan hal yang di maksud Karin padanya. Tapi pikirannya terenyahkan ketika Yoan tersadar akan keinginan terbesarnya untuk bisa mencintai Karin tanpa alasan. Yoan ingin mencintai Karin sebagai seorang perempuan sejati, dan menyadarkan dirinya sendiri bahwa pada kenyataannya dia adalah seorang perempuan dan bukanlah laki-laki.

"Nggak kar, aku gak mau" ucap Yoan sambil menyingkirkan tangan Karin.

"Why?" Tanya Karin.

"Aku mau berusaha menerima diriku sendiri sebagai perempuan seutuhnya kar, aku gak mau terus-terusan merasa kalo aku ini laki-laki" ujar Yoan dengan nada datar.

"Maaf, I wanna support you sayang" ucap Karin lalu melingkarkan tangannya di perut Yoan.

"Thanks" ucap Yoan lalu mengecup pucuk dahi Karin.

Yoan [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang