31

3.2K 224 2
                                    

1 tahun kemudian...

Yoan sedang melangsungkan kuliah manajemen bisnis semester kedua. Dia berencana melanjutkan bisnis papanya yang saat ini masih dalam proses pengembangan. Yoan ingin membesarkan perusahaan papanya hingga bisa bersaing di kancah internasional.

Yoan tidak lagi bersama Reina di universitas yang sama, tapi dia masih satu universitas dengan Kinar walaupun berbeda jurusan. Kinar mengambil jurusan psikologi, wajar saja karena Kinar memang sangat peduli terhadap masalah hidup orang lain dan memiliki rasa empati yang sangat tinggi.

Hari ini Yoan berangkat kuliah dengan motor kesayangannya. Dia melaju dengan tenang, karena memang jam kuliah masih akan di mulai sekitar satu jam lagi. Yoan melaju tanpa memperhatikan kanan kiri saat melewati perempatan jalan. Tiba-tiba sebuah mobil sedan menabrak Yoan dan membuatnya terpental dan tergeletak di atas trotoar jalan.

Kecelakaan ini tidak separah kecelakaan yang dialami dia dulu hingga amnesia. Tapi Yoan di bawa ke rumah sakit oleh warga sekitar yang melihat kejadian kecelakaan tersebut.

Setibanya di rumah sakit, kedua orang tua Yoan dan Kinar langsung bergegas menuju rumah sakit karena mendapat kabar dari seorang pria yang menghubungi mereka melalui ponsel Yoan.

"Pak makasih ya udah nungguin anak saya" ucap mama Yoan yang baru saja sampai di depan ruang UGD.

"Iya Bu sama-sama, kalau begitu saya pamit dulu" ucap bapak tersebut lalu meninggalkan mereka bertiga di kursi tunggu.

"Ya ampun Yoan, kamu ini hobi banget kecelakaan sih nak" gerutu sang mama sambil terus mondar-mandir di depan pintu UGD.

"Udah Tante yang sabar aja, semuanya bakal baik-baik aja Tan" ucap Kinar yang berusaha menenangkan mama Yoan.

Setelah dokter keluar dari ruangan, dia mengatakan kalau kondisi Yoan tidaklah parah. Dia hanya mengalami benturan di kepalanya, Yoan akan segera di pindahkan ke ruang perawatan setelahnya.

"Nggak kar, jangan pergi. Aku minta maaf kar, kita perbaiki masalah ini berdua kar. Kar---karin!" Ucap Yoan yang langsung terbangun dari tidurnya.

Yoan yang melihat dirinya tergelak di ranjang rumah sakit menyadari bahwa dirinya hanya bermimpi. Tapi bukanlah mimpi ketika Yoan sadar bahwa dirinya telah ingat dengan semua hal yang terjadi ketika SMA.

"Kenapa Yo?" Tanya Kinar yang langsung masuk ke dalam ruangan.

"Karin" ucap Yoan yang masih tak percaya jika ingatannya telah kembali.

"Karin, kenapa Karin?" Tanya Kinar bingung.

"Gua udah inget semuanya kin" balas Yoan sambil memegang tangan Kinar.

"Hah, Lo yang bener" ucap Kinar tak percaya.

"Iya kin, kalung itu sama kayak logo inisial yang gua pake selama ini di setiap gambaran gua" jelas Yoan yang terus berkeringat.

"Jadi Lo udah tau?" Sahut Kinar.

"Gua udah tau kalo Karin itu pacar gua sejak kita masih kelas 12 kin, tapi gua gak percaya kalo Karin itu pacar gua karena gua gak inget apa-apa. Sekarang gua udah inget semuanya, gua mau nemuin Karin sebelum terlambat" ujar Yoan lalu bangun dari ranjangnya.

"Yoan kamu mau kemana sayang?" Ucap mama Yoan yang baru saja kembali dari toilet.

"Yoan mau pergi ma, ada urusan" ucap Yoan sambil melepaskan selang infus yang menempel di tangannya.

Yoan pergi meninggalkan rumah sakit dan tidak mempedulikan mamanya yang tengah mengejarnya. Yoan pergi menggunakan taksi untuk pergi ke rumah Karin. Untungnya Yoan masih ingat alamat rumah Karin dengan baik.

Setibanya di depan rumah Karin, Yoan langsung mengetuk pintu rumah Karin dengan terburu-buru.

Tok... Tok... Tok...

"Karin" panggil Yoan sambil terus mengetuk pintunya.

Seseorang membukakan pintu rumah, tapi Yoan tidak mengenali orang itu sama sekali.

"Karin-nya ada Bu?" Tanya Yoan pada ibu-ibu yang berdiri di hadapannya.

"Karin?, Oh dia udah gak tinggal di sini dek. Dia sama mamanya udah jual rumah ini ke saya sekitar 6 bulan yang lalu" ujar ibu itu.

"Hah kenapa Bu?" Tanya Yoan.

"Setau saya, papanya meninggal setelah dia lulus SMA dan papanya ninggalin banyak hutang. Alhasil mereka jual rumah ini ke saya" jelas ibuu itu pada Yoan.

"Kalo boleh tau mereka sekarang tinggal di mana ya Bu?" Tanya Yoan sambil membasahi bibir bawahnya.

"Kalo itu saya kurang tau dek" balas ibu itu dengan senyuman.

"Oh yaudah Bu kalo gitu saya permisi" ucap Yoan sambil menundukkan badannya.


----


Yoan sangat terpukul dengan kepergian Karin. Ia benar-benar merasa sangat bersalah pada Karin selama ini. Dia telah merenggut kehormatan Karin, dia juga telah melupakan Karin, dan sekarang dia kehilangan Karin.

Yoan tak mau jika harus kehilangan Karin untuk selamanya. Yoan kembali ke rumahnya dan dia meminta bantuan Kinar untuk mencari Karin.

"Kin, tolong cariin Karin kin" ucap Yoan sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya Kinar.

"Cari gimana, ya Lo tadi udah ke rumahnya kan?" Balas Kinar.

"Bokapnya meninggal setelah kita lulus SMA, dan bokapnya ninggalin banyak utang. Akhirnya rumah mereka di jual ke orang, dan sekarang gua gak tau mereka dimana kin" jelas Yoan dengan wajah sendu.

"Lo tenang Yo, gua pasti bakal bantu Lo cari Karin" balas Kinar lalu memeluk tubuh sahabatnya dengan erat.

Berbulan-bulan Yoan mencari informasi tentang Karin dan mamanya, tapi nihil. Yoan bahkan mencari banyak informasi dari teman sekelas Karin saat SMA. Kinar pun tak kalah sibuk mencari tempat tinggal Karin yang saat ini entah di mana.

Yoan benar-benar hampir gila karena kehilangan Karin dari hidupnya. Yoan terus memikirkan segala tentang Karin. Setiap hari Yoan selalu mengucap maaf kepada Karin.

Kinar yang sudah mulai kasihan melihat sahabatnya seperti itu hanya bisa menasehati dan memberikannya semangat.

"Yo... Mau sampe kapan Lo kayak gini, ini udah lebih dari satu tahun kita nyari Karin" ujar Kinar yang duduk di sudut ruangan pribadi Yoan.

"Gua harus gimana kin?" Tanya Yoan dengan wajah yang sangat datar.

"Ikhlasin Karin Yo, biarin dia ngelanjutin hidupnya tanpa Lo dan Lo juga harus lanjutin hidup tanpa Karin. Gua tau kalian saling mencintai, tapi cinta kalian itu gak akan berakhir bahagia Yo. Kalaupun kalian kembali bersatu, itu cuma bakal nyakitin hati Karin dan juga hati Lo nantinya" jelas Kinar sambil menepuk pundak Yoan.

"Tapi gua udah ngerusak masa depan Karin kin" sahut Yoan yang mulai menitikkan air mata.

"Gua juga kecewa sama Lo Yo, tapi gua yakin banget kalo Karin itu ikhlas nyerahin kehormatannya buat Lo. Itu bukti cinta dia ke Lo, dan Lo harus membalas pengorbanan dia Yo" ucap Kinar sambil menatap sahabatnya itu.

"Gimana caranya?" Tanya Yoan.

"Biarin dia ngelanjutin hidupnya, jangan ganggu dia lagi. Mungkin aja Karin udah sama laki-laki yang tepat untuk dia. Biarin dia bahagia sama kehidupannya sekarang, dan Lo juga harus bangkit dari semua ini" ujar Kinar dengan nada yang sangat rendah.

Yoan mencerna setiap kata-kata Kinar yang masuk ke dalam telinganya. Mungkin benar yang dikatakan Kinar, bahwa Yoan sudah terlalu mengecewakan Karin dan sudah saatnya Yoan membiarkan Karin bahagia dengan kehidupannya saat ini. Yoan memutuskan untuk berhenti mencari informasi tentang Karin dan mulai melanjutkan kehidupannya yang baru tanpa menghapus kenangannya bersama Karin.

"Maaf kar, aku mengharapkan kebahagiaan untuk kamu. Bahagia lah tanpaku, dan aku akan selalu mengingat kamu dalam setiap memori yang ada di pikiran ku. Aku akan menaruh mu di tempat terbaik di dalam hatiku. Aku gak akan pernah melupakan kamu lagi kar, tapi aku akan mengikhlaskan kamu untuk bahagia dengan orang yang tepat" batin Yoan seraya meneteskan air mata yang sudah sangat penuh membendung di matanya.

Yoan [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang