11

6K 372 6
                                    

Yoan segera masuk ke kelasnya sambil berharap kalau pelajaran belum di mulai supaya dia tidak diusir keluar oleh guru.

Ketika Yoan berdiri di depan pintu kelasnya, dia melihat tak ada guru yang mengajar. Yoan langsung masuk ke kelasnya dan duduk di bangku belakang favoritnya. Yoan langsung mengeluarkan perkakas tulisnya untuk memulai kegiatannya sehari-hari. Perlahan tapi pasti dia menorehkan pensilnya untuk menggambar tubuh seksi Karin yang dia lihat malam itu.

Tanpa di sadari, tiba-tiba tangan Kinar sudah menempel sempurna di kertas gambaran Yoan.

"Lu semalem kemana?" Tanya Kinar tak juga memindahkan tangannya.

"Gua kan udah cerita sama Lo kalo ke pameran sama Karin" ucap Yoan sambil mengangkat tangan Kinar yang menutupi kertasnya.

"Terus?" Ucap Karin lalu mengambil kertas gambaran milik Yoan yang sudah terpampang jelas sosok yang ia gambar.

"Ya pulang lah" ucap Yoan sambil memainkan pensilnya.

"Pulang kemana?" Tanya Kinar lagi seperti mengintrogasi Yoan.

"Ya ke rumah lah, Lo kenapa sih" tanya Yoan sambil mengernyitkan keningnya.

"Ke rumah siapa, gua kemaren telepon mama Lo katanya Lo gak pulang semalem" ucap Kinar sambil memandangi sosok yang di gambar Yoan.

"Kemaren gua pulang kemaleman Kin, jadi gua nginep tempat Karin lagi" jelas Yoan pada Kinar.

"2 hari nginep sana, Lo udah bisa ngapalin lekuk tubuh Karin ya" ucap Kinar sambil tersenyum pada gambar Yoan.

"Apaan sih Lo, sini" ucap Yoan lalu mengambil kembali kertasnya.

"Lu ngapain aja semalem, enak?" Tanya Kinar yang seolah tau semua yang Yoan lakukan semalam.

"Lu nanya apa sih" jawab Yoan lalu melanjutkan lukisannya.

Saat Yoan melanjutkan lukisannya, Kinar melihat ada tanda merah di leher Yoan dan langsung melihatnya.

"Leher lu kenapa?" Tanya Kinar sambil memegang leher Yoan.

"Masuk angin kemaren, terus di kerokin sama Karin" balas Yoan yang masih fokus dengan pensilnya.

"Ini apa, kerokan juga, kok agak keunguan warnanya?" Tanya Kinar lagi setelah melihat tanda lain yang berada sedikit ditutupi kerah baju Yoan.

"Ehh---hmm Lo apaan sih, minggir" ucap Yoan sambil melepaskan pegangan Kinar.

"Lo gak ngapa-ngapain dia kan Yo?" Tanya Kinar sambil mendekatkan wajahnya ke Yoan.

Yoan hanya terdiam sambil memainkan pensilnya.

"Hah---diem Lo itu gua benci kali ini" ucap Kinar sambil menghembuskan nafasnya.

"Gua gak melampaui batas kok Kin" ucap Yoan dengan wajah yang tegang.

"Bisa-bisanya Lo lakuin itu Yo" ucap Kinar dengan senyum miringnya.

"Dia yang maksa dan goda gua Kin" ucap Yoan sambil menatap Kinar dengan intens.

"Tapi Lo mau kan?" Tanya Kinar lagi.

"Orang laper mana, yang bakal diem aja kalo ada kue lezat di hadapannya" ucap Yoan sambil menatap Kinar.

"Hah-- kalo Lo beneran sayang sama dia, Lo gak akan ngerusak sesuatu yang paling berharga dari dia" ucap Kinar sambil menepuk-nepuk pundak Yoan.

"Gua gak melampaui batasan gua Kin" ucap Yoan.

"Ketika seseorang jatuh cinta dia bakal ngasih sesuatu yang paling berharga buat orang itu, tapi kalau kita beneran cinta sama orang itu kita gak akan pernah ngambil sesuatu yang paling berharga buat dia. Inget kata-kata gua Yo" ucap Kinar lalu meninggalkan tempat duduk Yoan.

Kinar tau betul bagaimana Yoan. Sejak mereka kenal, Kinar sudah menganggap Yoan seperti adiknya sendiri. Semua sikap Yoan, sifat Yoan, kelemahan dan kekuatan Yoan, Kinar tau semuanya. Bahkan ada beberapa hal yang orang tua Yoan dan Reina tidak ketahui tapi Kinar mengetahuinya. Salah satunya adalah hal yang terjadi pada Yoan kemarin malam dengan Karin.


-----


Setelah bel istirahat berbunyi, Yoan dengan buru-buru keluar kelas mendahului Kinar dan Reina. Lalu Yoan menyelipkan sepucuk kertas di tangan Kinar tanpa sepengetahuan Reina.

"Napa tuh bujang Lo, buru-buru amat" ucap Reina pada Kinar.

"Gak tau" balas Kinar sambil memegang kertas yang diberikan Yoan dengan bingung.

"Yok ahh kantin" ajak Reina.

"Duluan aja, gua beresin ini dulu" balas Kinar pada Reina yang ingin membaca kertas yang diberikan oleh Yoan.

Setelah Reina pergi, Kinar membuka sepucuk surat itu. Isinya adalah pengakuan dari Yoan pada Kinar. Yoan bisa berbohong pada siapapun, tapi tidak dengan Kinar. Dia tak mau Kinar kecewa pada dirinya.

"Kin.., maaf udah buat Lo kecewa. Gua tau gua salah dengan berhubungan sama Karin, tapi gua gak bisa nahan perasaan gua Kin. Lu juga tau gua kan, gua pengen orang tua gua gak kecewa Kin, tapi apa boleh buat kalo perasaan gua ini ternyata lebih kuat ke cewe daripada ke cowo. Gua gak bisa bohong sama lu Kin, gua udah nyatain perasaan gua ke Karin kemarin. Gua juga udah berhubungan badan sama Karin, tapi satu yang harus Lo tau, kalo gua belum ngerenggut keperawanan Karin" tulis Yoan dalam suratnya.

Pernyataan Yoan membuat Kinar menghela nafas sejenak sebelum akhirnya Kinar menuliskan balasan di balik kertasnya.

"Gua gak kecewa sama Lo, dan makasih udah mau jujur ke gua. Apapun pilihan Lo gua gak masalah, mau Lo suka sama cewek kek, cowok kek, benda kek, hewan kek, dan apapun itu gua bakal tetep jadi temen Lo. Tapi gua akan terus memikirkan keinginan terpendam Lo untuk bangkit dari ini semua. Mungkin saat ini Lo masih terbuai dengan cinta Karin, tapi kalo suatu saat lu mau berubah, gua masih ada disini buat Lo. Lo juga tau kan Yo, kalo hubungan Lo ini akan berakhir menyakitkan, bukan cuma Lo tapi Karin juga. Tapi buat gua gak masalah karena ini pilihan Lo, sebagai sahabat gua turut bahagia atas bahagianya Lo" balas Kinar dalam suratnya.


Kinar melipat kertas balasannya dan menyelipkannya di tempat duduk Yoan.

Yoan [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang