33

3.2K 231 3
                                    

Yaon keluar dari mobil dan bergegas menuju ke kamar hotel yang telah di pesankan oleh Tomy. Malam ini Yoan akan bermain dengan wanita penghibur yang telah di sewa oleh Tomy untuknya. Seperti biasa, Tomy selalu mengikuti Yoan kemana pun dia pergi. Bahkan dia mengikuti Yoan sampai depan kamar hotel.

"Lo tunggu di mobil" ucap Yoan sambil melemparkan jasnya pada Tomy.

"Tapi bos--" sahut Tomy.

"Gak ada tapi-tapi, kalo Lo mau pulang, pulang aja" ucap Yoan sambil membuka dua kancing teratas dari kemeja putihnya.

"Saya tunggu di mobil kak bos" balas Tomy lalu bergegas kembali ke mobil.

Yoan membuka pintu kamarnya dengan perlahan, dan dia melihat seorang wanita berambut panjang dengan menggunakan dress malam berwarna hitam tengah duduk di sudut ranjang. Yoan melangkahkan kakinya mendekati wanita itu sambil menggulung lengan kemejanya.

"Tomy udah kasih tau kan, kalo gua cewek?" Ucap Yoan pada wanita itu.

"Iya udah" balas wanita itu tampar menatap Yoan.

"Gua harap permainan Lo gak ngecewain" sahut Yoan yang sudah duduk di belakang wanita itu.

Yoan mulai memeluk wanita itu dari belakang, lalu menciumi leher wanita itu dengan penuh nafsu. Yoan merasa tak asing dengan leher wanita itu, seolah Yoan pernah bermain dengan leher jenjang itu sebelumnya. Yoan mulai memainkan tangannya pada kedua bukit kembar wanita itu. perlahan Yoan membuka dress malam tersebut dan membalikkan tubuh wanita itu untuk menghadap dirinya.

Permainan Yoan terhenti ketika ia melihat wajah dari wanita penghibur tersebt yang ternyata adalah Karin. Betapa terkejutnya Yoan ketika melihat Karin di hadapannya saat ini. Yoan terkejut bukan kepalang saat mengetahui kenyataan bahwa Karin saat ini bekerja sebagai kupu-kupu malam.

"Ka--karin" ucap Yoan dengan ekspresi yang sangat terkejut.

Dadanya tiba-tiba merasa sakit, Yoan turun dari ranjangnya dan berusaha menetralkan perasaannya saat ini.

"Yoan kamu kenapa?" Tanya Karin yang panik melihat Yoan memegangi dadanya.

"No, Karin?" Ucap Yoan yang masih tak percaya.

"Iya Yo ini aku" balas Karin sambil menundukkan kepalanya.

"Kamu jadi PSK?" Tanya Yoan sambil menahan rasa sakit di dadanya.

"Kamu suka main perempuan sekarang?" Sahut Karin.

"Hah?" Balas Yoan sambil terus meremas kemejanya.

"Maaf, aku lupa kalo kamu--" ucap Karin yang belum selesai dengan kalimatnya.

"Nggak kar, aku udah inget semuanya" sahut Yoan dengan cepat.

"Kamu udah inget aku?" Balas Karin sambil menatap Yoan.

"Iya, aku udah inget semuanya" ucap Yoan lalu mendudukkan dirinya di sudut ranjang.

Malam yang harusnya di habiskan untuk bersenang-senang, malah menjadi malam yang kelam sekaligus membahagiakan bagi keduanya.

Yoan menarik nafas beberapa kali sampai akhirnya dirinya bisa kembali tenang saat berbicara dengan Karin.
Yoan melihat Karin yang sudah duduk membelakanginya sambil menahan tangis yang bisa ia dengar.

"Sejak kapan kamu kerja kayak gini kar?" Tanya Yoan yang masih duduk membelakangi Karin.

"Kamu sendiri sejak kapan jadi suka mainin perempuan?" Sahut Karin sambil menopang wajahnya dengan kedua tangan.

"Hhuuuffftt..." Yoan menghembuskan nafasnya dengan kasar dan bingung harus menjawab apa.

Yoan tidak mau jika pertemuan yang tidak terduga ini menjadi harapan baru bagi Karin untuk kembali padanya. Yoan sudah mengikhlaskan Karin untuk berbahagia dengan kehidupannya yang normal. Walaupun Yoan masih mencintai Karin dan sudah berjanji untuk tidak akan melupakan Karin lagi, tapi Yoan tidak bisa jika harus kembali pada Karin.

Yoan sudah bisa melihat alasan Karin melakukan pekerjaan ini, sudah pasti karena masalah ekonomi, maka dari itu Yoan tidak menanyakan hal itu pada Karin. Yoan hanya penasaran sejak kapan Karin terjun dalam dunia seks bebas ini. Yoan memang suka bermain dengan para jalang, tetapi melihat Karin yang menjadi jalangnya, Yoan sangat tidak tega untuk melakukannya.

"Kita mulai kapan?, ayo ini udah malem" ucap Karin yang tiba-tiba berdiri menghampiri Yoan.

"Gak usah" balas Yoan.

"Kenapa, kamu udah bayar aku mahal" sahut Karin.

"Aku gak mau" ucap Yoan sambil mengalihkan pandangannya dari Karin.

"Kenapa Yo, kenapa kamu selalu nolak bermain sama aku tapi kamu sendiri ternyata suka main perempuan?" Ucap Karin dengan nada kekesalan.

"Aku gak mau ngerusak kamu lagi" balas Yoan yang kali ini berani menatap Karin.

"Aku udah rusak, dan udah sangat rusak sekarang Yo" sahut Karin yang berusaha menahan air matanya.

Yoan terdiam sejenak melihat Karin. Sungguh sulit menahan air matanya agar tidak terjatuh, Yoan menundukkan kembali kepalanya karena tak sanggup menatap Karin.

"Ayo Yo, lakuin sekarang. Aku gak mau di bayar cuma-cuma tanpa kerja hari ini" ucap Karin sambil menarik tangan Yoan.

Yoan menangkis tangan Karin lalu berdiri di hadapannya dengan wajah sendu.

"Kenapa kar, kenapa?" Ucap Yoan sambil menatap Karin.

Karin tak kuasa menahan tangisnya, dia sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi saat ini. Yoan mengeluarkan dompetnya dan mengeluarkan kartu nama alamat perusahaannya, lalu di berikannya kartu itu kepada Karin.

"Berhenti dari pekerjaan ini, mama kamu harus makan dari uang halal" ucap Yoan seraya memberikan kartu namanya kepada Karin.

Karin mengambil kartu tersebut tanpa mengatakan apapun karena dia masih terus meneteskan air matanya.

"Itu alamat kantor ku, kalo kamu mau ninggalin pekerjaan ini datanglah ke kantor. Kamu bisa dapet pekerjaan yang lebih baik dari ini" ujar Yoan lalu pergi meninggalkan Karin di kamar hotel itu sendirian dengan tangisannya yang belum juga mereda.



Yoan masuk ke dalam mobilnya dan membanting pintu mobil dengan kasar hingga membangunkan Tomy yang sudah tertidur di kursi kemudi.

"Hah, udah kak bos?" Tanya Tomy yang baru saja sadar dari tidurnya.

"Kita pulang sekarang" pinta Yoan yang fokus menatap ke arah depan tanpa memperhatikan Tomy di sebelahnya.

"Tapi kak bos, saya udah sewa dia sampe pagi" ujar Tomy.

"Gua bilang pulang sekarang, ya pulang sekarang!" Ucap Yoan dengan kesal.

Tomy hanya mengikuti perintah yang di berikan Yoan padanya. Dia benar-benar bingung melihat ekspresi wajah Yoan yang tidak bisa di artikan sama sekali oleh Tomy. Perasaan sedih, kesal, kecewa, dan juga senang terlihat secara bersamaan di raut wajah Yoan, sehingga Tomy bingung harus mengartikannya sebagai apa.

Yoan [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang