43. Baikan

204 25 6
                                        

Budayakan vote sebelum membaca :)
.
.
.
.
.
.
S E L A M A T   M E M B A C A
🐈🐈🐈

Matahari sudah memancarkan cahayanya, yang menandakan waktu sudah pagi. Sinarnya sudah menerobos ke celah-celah jendela kamar seorang gadis yang masih terlelap. Tapi dengan santainya gadis itu terus saja merapatkan selimutnya, tanpa merasa teganggu dengan sinar matahari yang telah menembus jendela kamarnya.

Tok...tok...tok....

Seseorang mengetuk pintu kamar tersebut, namun tak ada jawaban dari dalam. Dan seseorang itu membuka pintu kamar yang ternyata tidak dikunci,  dan mendapati anak gadisnya yang masih terlelap, lalu ia mendekat ke ranjangnya untuk membangunkan anak gadisnya.

"Zahra, bangun sayang! Udah pagi!" ucap mila sambil menguncangkan bahu zahra.

"Eumm, lima menit lagi ma".

"Sekarang ra! Ngga ada lima menit lima menitan!" ucap mila sambil menarik tangan zahra, supaya bangun.

"Mama iisshh..." gerut zahra dengan bibir yang dikerucutkan.

"Cepet sana mandi! Mama tunggu dibawah!" ucap mila sambil berjalan keluar.

"Iyaa...."

Sekitar 20 menit zahra melakukan ritual bersih-bersihnya, ia sudah rapi dengan seragam sekolahnya. Dan sekarang ia berjalan menuruni anak tangga dan menghampiri sang mama yang sudah menunggunya di meja makan untuk sarapan bersama. Hanya mereka berdua yang sarapan, sebab sang papa masih diluar kota untuk mengurus pekerjaanya.

"Pagi ma...." sapanya.

"Pagi juga, sarapan gih, ntar kesiangan lagi ke sekolahnya".

"Iya ma..."

Setelah menghabiskan sarapannya, zahra berpamitan pada mila untuk betangkat ke sekolah.

"Ma, zahra berangakt dulu" ucapanya sambil mencium tangan mila.

"eh, itu pipi kamu masih sakit nggak?".

"Engga kok ma, udah mendingan. Ya udah ma, zahra berangkat, assalamualaikum".

"Waalaikumsalam".

°°°°

Kini zahra sudah sampai di sekolahnya, dan masih terlihat sepi. Ia berjalan menyusuri koridor untuk menuju kelasnya. Dan netra matanya menakap sosok seseorang didepannya, seseorang yang ia kenali. Lalu ia sedikit mempercepat langkah kakinya untuk lebih mendekat pada seseorang itu.

"Rifqi...." panggilnya, saat jarak mereka cukup dekat. Lalu orang yang dipannggil pun menolehkan kepala. Dan benar saja, dia adalah rifqi.

"Zahra..." ucap rifqi sedikit kaget.

"Iya, ini gue, bukan sosok penunggu sekolah!" ucapnya dengan kekehan. Bahkan ia terlihat baik-baik saja, seolah-olah tidak terjadi apa-apa diantara mereka.

"Tumben lo berangakat pagi" ucap zahra.

"Iya.."

"Agak panjangan dikit napa lu ngejawabnya".

"Lah terus gue harus ngejawab gimana?".

Azzahra [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang