Kepingan Tiga Satu

439 42 3
                                    

TUBUHNYA menegang, meski begitu telinga senantiasa mendengarkan penjelasan dari kedua orang berbeda gender di depannya.

"Lantas setelah kecelakaan itu?"

"Nihala koma, sepertinya selama tidak sadarkan diri, dia bermimpi panjang dan seluruhnya menceritakan antara dia dan Anda, Yang Mulia." Jura menjelaskan.

"Saat terakhir kesadarannya, Nihala cuma ingat Anda." Listy menambahkan. "Dia sangat mengagumi Anda, bertahun-tahun rasa dalam dirinya disemai."

"Tapi," Kata-kata menguar, tidak mampu menjelaskan apa yang ada dalam sanubarinya secara gamblang.

"Nihala bahkan punya buku khusus, isinya seputar Anda. Dia pernah bilang pada saya, kalau sedang dalam fase jatuh, Nihala hanya perlu membuka buku itu, menatap potret Anda yang ditempel di dalamnya."

Mendadak kesenduan mendekap Pangeran Hadid. Pria itu mengerti, mengapa pada akhirnya Nihala menjauh darinya, membentuk penghalang tak terlihat antara mereka hingga ia kesulitan menggapai gadis itu.

Saat-saat terakhir antara hidup dan mati, Nihala hanya mengingatnya seorang, bagaimana tidak ia merasa hatinya terketuk cukup keras.

Mencoba mengurai ketegangan di uratnya, pria itu berbalik, memberi satu perintah ke beberapa penjaga yang bersiap di belakangnya untuk menyiapkan sesuatu.

"Lalu, bagaimana keadaannya ketika bangun dari koma?" Pangeran Hadid mulai memfokuskan diri lagi.

"Buruk, Yang Mulia." Jura memejamkan mata cukup lama. "Bangun-bangun dia histeris, mendapati apa yang terjadi padanya dengan Anda hanya sebuah mimpi belaka, dari situ pula Nihala dihadapkan padaku untuk kesehatan mentalnya yang terguncang."

"Dokter bilang Nihala belum bisa membedakan mana kejadian nyata dan mimpinya." Listy menatap pria itu dengan serius. "Mungkin hal yang sama terjadi juga tadi siang. Apa ada sesuatu, Pangeran, antara Anda dan Nihala tadi?"

Pangeran Hadid mencoba mengingat, kemudian ia menggeleng. "Saya hanya memberinya selamat dan berkata senang dengan kemenangan yang diraihnya."

Jura dan Listy satu pandangan.

"Keintiman yang tidak disadari memiliki sangkut paut dengan mimpinya, itu yang membuat Nihala kumat. Sikap Anda mirip sekali dengan yang diterimanya ketika di mimpi, itu yang menyebabkan Nihala tidak bisa membedakan mana nyata dan mimpi. Padahal kejadian asli, tapi dia pikir bunga tidur. Pastinya dia histeris, karena tidak mau mengulangi kejadian di mana dia bangun dan kecewa kalau kenyataan tidak berpihak padanya." Jura menjabarkan simpulannya.

Pria bangsawan itu diam tidak merespon. Malam itu, Jura dan Listy menjelaskan dengan jelas tentang Nihala, lebih tepatnya bagaimana gadis itu memendam perasaan yang dikhususkan untuknya. Semakin detail informasi dari Jura dan Listy, semakin Pangeran Hadid tahu kalau hatinya betul-betul menginginkan Nihala.

Berawal dari ketidaktegaan, didukung dengan afeksinya beberapa waktu lalu yang sudah mulai dirajut malah memperkuat perasaannya terhadap gadis itu.

Tepat setelah kisah panjang diselesaikan, penjaga yang tadi menerima titahnya kembali. Mereka menyerahkan dua benda permintaan Pangeran Hadid. Pria itu menggenggam erat keduanya, sebuah kertas tebal--penghargaan untuk Nihala yang sempat tak sengaja dibuang gadis itu tadi siang--dan sebuah squishy.

Setahu Pangeran Hadid, orang yang memiliki kenangan buruk semacam trauma bisa sedikit melegakan emosinya ketika memijit benda yang lunak. Mengingat itu, ia tersenyum menatap squishy berbentuk kuda poni.

Mendongak, ia tersenyum menatap kedua orang berbeda gender di depannya.

"Boleh saya melihat Nihala?"

***

Pagi belum begitu cerah, Nihala sudah terjaga dari tidurnya. Ia menggosok mata sebentar, kemudian mengerutkan kening aneh mendapati kepalanya dilapisi kerudung. Seingatnya, tadi malam ia tidur tanpa benda satu ini.

Menoleh ke samping, Listy masih terlelap. Ia kemudian mencoba bangkit, ingin membersihkan diri karena mereka harus pulang hari ini. Tapi seketika langkah Nihala tertahan melihat dua benda ditaruh di nakas samping ranjang hotel.

Nihala meraihnya, ia melihat sebuah kertas yang ternyata adalah penghargaannya. Gadis itu bahkan lupa, mungkin saja terjatuh entah di mana dan bagaimana bisa kembali padanya?

Satu benda lagi adalah sebuah squishy berbentuk kuda poni. Di leher kuda itu menggantung dua buah kertas. Satu berukuran besar, Nihala tebak pasti ada suratnya.

Ia membuka.

Nihala, aku minta maaf atas semua yang menimpamu kemarin. Kuberikan ini, jika sewaktu-waktu kita berhadapan dan kau tidak bisa mengontrol diri lagi seperti sehari lalu, kau boleh memijitnya sampai emosimu stabil. Anggap dia temanmu yang mampu mengurangi beban di pundakmu, panggil saja dia Kana.

- dari : orang yang kau kagumi.

Ia terbelalak, siapa lagi yang mampu menarik minatnya selain Pangeran Hadid?

Dengan isi surat yang berkata demikian sudah memberi bukti kuat bahwa pria itulah yang memberikan squishy bernama Kana ini.

Nihala merasa terharu, tanpa sadar matanya berkaca-kaca. Penuh kasih sayang, ia belai-belai Kana, menciumnya dan mulai menganggapnya teman seperti saran Pangeran Hadid.

Kemudian matanya yang tadi terpejam hingga cairan ainnya meluruh seketika terbuka, menyadari ia tidak bisa bertemu Pangeran Hadid lagi.

Mendadak hatinya ragu, apa yang harus dilakukannya?

Bertemu, Nihala tidak yakin pertemuan mereka akan baik dengan 'kelainannya', tidak bertemu ia juga tak rela, rasanya rindu sudah menggebu di dadanya.

Gadis itu menggeleng. Tidak, ia tidak boleh lengah. Ia tidak akan bisa bersama Pangeran Hadid.

Tidak karena sikap antinya atau karena status keduanya yang bertolak belakang.

Aku akan menunggu, bagaimanapun takdir merajut kita yang bertolak belakang untuk menyatu.

Ah, suara Pangeran Hadid dalam mimpinya menggaung di kepala. Menambah kegelisahan dalam kalbunya.

"Kamu sudah bangun?" Listy menarik napas sehabis terjaga. Ia mengucek matanya, mendapati Nihala sedang memegang kedua benda yang diberikan Pangeran Hadid tadi malam lantas mengundang senyum terbit di wajah Listy. "Tadi malam Pangeran Hadid ke sini, ngasih itu buat kamu. Nah, sebelum beliau balik sempat tanya nomor ponsel kamu."

"Terus?!" Nihala sudah megap-megap.

"Aku kasih."

*****

- bersambung, gulir terus! -

MerayanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang