34. Kerinduan

5 2 0
                                        

Hai teman – teman pembaca setia REMEMBER YOU, maaf nihh aku baru bisa up lagi tetapi terimakasih juga yang udah setia baca remember you. Hargai karya penulis dengan memberi vote yaa.

.

.

.

            hara tengah bersiap – siap untuk berangkat kesekolah dengan beberapa peralatan yang berbeda tidak ada tumpukan buku yang ada di tasnya, hanya ada 1 buku dengan beberapa peralatan yang harus dia bawa. Pintu kamarnya terbuka menampilkan sesosok wanita berusia kepala 4 yang tengah memandangi hara dari pintu kamarnya.

"jadi kamu maunya mama gak minta surat pindah hari ini?" tanya mamanya memastikan sekali lagi.

"setelah acara ini hara masih masuk 1 hari kok mah, mama bisa pinta surat itu pas hari terakhir hara masuk sekolah juga" jelas hara memandangi mamanya.

"yaudah sekarang kamu dianter sama bang varo, dia udah nunggu di depan" ucap mamanya lalu pergi meninggalkan hara, hara hanya menghela nafasnya, sungguh sulit bagi hara untuk menyampaikan perpisahan, terlebih lagi ada beberapa orang yang memiliki peran baru di dalam hidupnya dan dia harus meninggalkan orang – orang itu.

Hara melangkahkan kakinya gontai seharusnya hari ini diisi dengan semangat namun hara benar – benar kehilangan rasa semangat itu, bahkan sekarang pun dirinya yang tengah ada di dalam mobil pun hanya mampu memandang keluar jendela. Kemacetan sudah memenuhi tiap celah jaran raya menuju sekolahnya, hara berpirasat dirinya akan terlambat datang. Terjebak selama 15 menit lamanya barulah hara sampai di sekolah dengan kondisi beberapa orang sudah membuat barisan dan juga terlihat beberapa kakak OSIS yang sudah siap berdiri di depan.

"de, nih bawa hp" ucap bang varo memberikan handphone miliknya tentu saja dirinya terkejut bagaimana bisa handphone miliknya ada di tangan bang varo.

"kok ada di abang?" tanya hara bingung sambil menerima handphone yang diberikan.

"udah nanti aja di jelasinnya, udah sana nanti kena hukuman aja" ucap bang varo, hara pun segera keluar dari mobil dan berlari kearah kelompoknya, terlihat athar yang tengah mengatur kelompoknya.

"ra, bawakan ID Cardnya?" tanya athar, hara hanya mengangguk sambil mengeluarkan id card dari tas miliknya.

"tali id card punya gw ada di rahmakan tar?" tanya hara memastikan.

"ma, masih ada tali id card kan?" tanya athar kepada rahma yang tengah berdiri di samping athar. Terlihat wajah terkejut rahma, bahkan hara bisa menduga bahwa dia tidak membawa milik hara.

"jangan bilang, lu lupa punya hara?" tanya athar yang melihat perubahan ekspresi rahma.

"sorry tar, ra, gw lupa" ucap rahma meminta maaf.

"gak papa kok ma" ucap hara mekalumi, seharusnya hara bisa membawa cadangan tali id card jika tau kalau rahma tidak membawa miliknya. Tiba – tiba seorang memegang pundak hara dari belakang, lalu membalikan tubuhnya hara yang terkejut pun melihat siapa yang balikan dirinya, hara melihat tangan yang mengenggam pundaknya tangan kanan yang terlihat terluka dan masih terdapat bercak darah yang masih menempel. Hara tau si pemilik tangan ini. Saat pandangan hara beralih kepada pemilik id card dengan nama Arul Fahrezy hara berusaha menahan nafasnya, ini terlalu dekat.

Terlihat dia yang sedang berusaha melepas id card miliknya lalu mengambil gunting yang ada di tangan athar, hara yang melihatnya masih bingung apa yang sedang dia kerjakan, hingga dia memotong tali id card miliknya dan memasangkan pada tali id card milik hara, memang milik arul awalnya terlalu panjang, namun sekarang terlihat pas untuknya. Setelah mengikat kencang tali id card milik hara, arul memakaikan id card milik hara. Terkejut tentu saja ini akan semakin sulit bagianya untuk mengucapkan kalimat perpisahan bukan.

"udah pas" ucap arul berjalan mundur dan tersenyum, sedangkan hara hanya mampu terdiam dan mengedipkan matanya berulang – ulang.

"oke udah siap semua ayo kita langsung baris" ucap athar yang kembali mengatur kelompoknya, karna athar adalah ketua kelompoknya dan hara diangkat sebagai wakilnya.

Saat athar selesai mengatur barisan hara baru sadar orang yang berbaris di belakangnya adalah arul. Kenapa harus sesulit ini?.

#####

Hara tengah bersiap – siap mengambil beberapa tas kelompoknya bersama dengan athar, setelah semua tas terikat dengan satu tali,l mereka sekarang hanya tinggal melaporkan kepada kakak OSIS yang bertugas memantau.

\ "ra, bisakan lu lapor ke kakak OSISnya ? gw mau ngecek yang lain supaya gak ada yang ketinggalan" ucap athar, hara hanya menjawab dengan anggukan dan segera mengedarkan pandangannya mencari kakak OSIS yang tengah bertugas, namun nihil dia tidak melihat sama sekali, hingga keluar salah seorang dari mereka, hara dengan cepat melangkahkan kakinya kearah kakak OSIS itu.

"kak, lapor saya wakil dari kelompok 7 sudirman, semua tas kelompok sudah siap untuk diangkat" ucap hara tanpa melihat siapa kakak kelas tersebut.

"oh bagus deh, tapi kenapa telat ya, dari tadi kelompok lain udah pada lapor loh, kenapa kamu baru sekarang, dasar lelet" ucapnya panjang lebar. Hara tau dan jelas tau siapa pemilik suara ini.

"maaf kak, terimakasih" ucap hara lalu langsung beranjak hendak pergi namun dia kembali bersuara.

"heh tunggu mau kemana lu, gw belum suruh lu pergi ya!" ucap kak salsa dengan meninggikan suaranya. Hara dengan malas membalikan kembali dirinya pada posisi semula.

"apa saya buat kesalahan kak?" tanya hara berusaha sesopan mungkin.

"pake segala tanya,lu itu ...." Ucap kak salsa yang terpotong karna terdapat kak adnan yang tengah berdiri di sebelah kak salsa.

"ada apa nih? Kok marah – marah, loh kok ini masih di sini ayo langsung ke mobil aja" ucap kak adnan memotong ucapan kak salsa.

"terima kasih kak" ucap hara langsung meninggalkan mereka berdua walau masih terdengar suara kak salsa yang mengoceh dengan tindakan kak adnan yang meghentikan tindakkannya, hara masa bodo terhadap itu.

Yang sekarang hara harus lakukan adalah mencari keberadaan mobil brimob yang harus dia naiki, namun disini terdapat 10 mobil bagai mana dia mau mencari dengan cepat, namun saat melihat salah satu kelompoknya yang tengah duduk di ujung mobil hara segera berlari dan herndak menaikinya, namun jujur hara terlalu pendek untuk menjangkau ke atas mobil, hara mengecek ke sisi kakan kirinya sudah tidak ada bangku yang membantu untuk naik.

"ayo" ucap seorang sambil mengulurkan tangannya kearah hara, hara dengan ragu meraih tangannya, hara tidak ingin jadi pusat perhatian. Hara menarik tangan tersebut dengan cepat, dan si pemilik dengan spontang menarik tangan hara namun karna tangannya yang menarik terlalu kuat sehingga tubuh hara oleng saat dia sudah berada di dalam mobil hingga tubuhnya hampir terjatuh jika saja tidak ada tangan lain yang memegangi pinggangnya. Hara menahan nafasnya sungguh jantungnya berdetak terlalu cepat, apa mungkin arul mendengar detakan jantungnya. Hara dengan segera melepas pegangan tangannya dari arul tak seharusnya mereka seperti ini, lagi – lagi hara harus membohongi dirinya yang merindukan kehadiran arul.

Hara langsung berjalan menuju tempat duduknya yang baru dia sadari bahwa posisi duduknya yang bersebelahan dengan arul. Hara pun berusaha pasrah dengan keadaan saat ini, dia hanya harus menikmati waktu bersama orang – orang yang dia sayang, karna waktu kepindahannya tidak lama lagi bukan. 

#####

maaf jika typo bertebaran.

Remember YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang