"Papa!"
Taeil menghentikan permainan gitarnya. Kebetulan jalanan belum jam ramai. Buskingnya belum penuh orang.
"Kok di sini?" tanya Taeil pada Jisung.
Jisung cemberut. "Aku tidak mau les."
"Kok?" Taeil menarik anaknya untuk dipangku.
"Lebih enak menemani Papa bekerja. Sambil dengar musik sambil menari." Jisung menggerakkan kepalanya.
Taeil menghela nafas. Entah mengapa belakangan dia hobi sekali menyusul Taeil bekerja. Taeil tidak masalah kalau dia sedang bekerja di studio. Sayangnya dia sedang di luar. Nanti Jisung sakit.
Tidak baik anak-anak lama-lama di luar. Jisung bisa sakit. Taeil mengalah. "Kita pulang saja yuk."
"Pa...Jisung mau lihat Papa menyanyi." Jisung cemberut.
"Satu lagu saja ya?" bujuk Taeil.
"Masa langsung pulang?" Jisung keberatan.
"Kata siapa? Mau jajan dulu kok." trik terakhir Taeil mengajak Jisung pulang.
"Yeay! Cepat, Pa! Lagunya!" Jisung berdiri di depan Taeil. Dia melempar koin untuk Taeil. Taeil tertawa memulainya.
Jisung bergerak sesukanya. Dia masih kecil, belum bisa menari. Tapi, sepertinya orang-orangnya justru lebih suka. Mereka ramai mengelilingi.
Taeil tersenyum. Jisung selalu berhasil menyenangkan hatinya. Taeil menutup tas gitarnya dengan kaki. Orang-orang dipersilahkan menikmati penampilan mereka tanpa membayar.
"Papa!" Jisung berlari ke arah Taeil. Taeil mengemas gitarnya, lalu mengulurkan tangan pada Jisung.
"Yuk. Mau apa? Jangan es ya." Taeil menggandeng Jisung sepanjang jalan.
Jisung merengut lagi. "Pa..."
Jadilah Taeil mendengar bujukan Jisung sepanjang jalan untuk boleh membeli es krim.
