34. Flowers and chills

1.5K 198 49
                                    

Follow and Happy reading
Cuma Mao bilang maaf kalo typo🤣
.
.
.

Nampaknya di penginapan, Jay dan Mora masih saja membahas soal siapa yang akan memeluk Daddynya terlebih dahulu, ke dua bocah itu sibuk berargumen bahkan di tengah cuaca yang sangat buruk sekalipun.

Entah apa yang terjadi pada iklim kali ini, pagi tadi matahari muncul tanpa ragu untuk memperlihatkan cahaya hangatnya, tapi dengan mudahnya awan hitam yang sangat pekat membungkus sang surya hingga tidak terlihat bentuknya kembali, saat inu cuaca diluar sangat buruk dan sepertinya akan ada sebuah badai yang datang.

"Dengar Jay, kau tidak boleh berdekatan dengan Daddy! Aku akan memeluknya lebih dulu!" Semprot Mora yang kesekian kalinya, Jay baru saja ingin membalas ucapan dari sang adik sebelum Hana sang pengasuh melerai mereka berdua.

"Sayang, sudah jangan terus bertengkar! Lihat sepertinya badai akan segera datang, kita harus cepat menutup semua jendela dan pintu agar kita tetap aman."

Hana dengan cepat menutup semua jendela dan menaikan tirai agar hembusan angin tidak terlalu kencang, semua orang yang bertugas di luar ia suruh masuk ke dalam agar semuanya berkumpul dalam satu ruangan.

Tinggal satu jendela yang tersisa, jendela yang menghadap kearah Padang rumput yang sangat luas, untuk beberapa saat Hana terdiam sambil memandang langit yang hitam dengan perasaan yang tidak bisa di rasakan oleh orang lain.

Bahkan dirinya tidak menyadari jika di bawah sana Mora dan Jay meneliti raut wajahnya dengan bingung.

"Why are you crying?" Lirih mereka serempak.

Mendengar suara kecil nan lirih itu Hana sedikit terkejut, ia segera menghapus jejak liquiednya dan sebisa mungkin untuk tersenyum kembali.

Sambil menarik jendela agar tertutup rapat, Hana menyuruh Jay dan Mora agar masuk kedalam dan berkumpul dengan yang lain.

"Jawab dulu bi, kau kenapa? Apa karena kami bertengkar?" Tanya Mora menarik ujung baju Hana.

Jay yang memang memiliki kepekaan yang sangat tajam mulai mengerti situasi, ia langsung melirik sang adik dan dengan berucap dengan nada yang terdengar dewasa.

"Mora, sebaiknya kau pakai dulu bajumu, cuaca akan sangat buruk, jika kau menuruti perintahku, kau boleh memeluk Daddy lebih dulu nanti." Tutur Jay yang langsung di respon cepat oleh Mora karena tanpa basa-basi lebih dulu, Mora langsung berlari dan meminta salah satu pengasuhnya untuk  mengambil stelan pakaiannya.

Jay tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, lalu seakan sadar ia langsung mendongakkan kepalanya dan menatap wajah Hana.

"Bibi kenapa?" Tanya Jay pelan.

"Hm? Bibi? Memangnya bibi kenapa?"

Jay hanya tersenyum mendengar ucapan yang Hana lontarkan.

"Aku tahu kau sedang mempunyai masalah, aku tadi sempat dengar kau bicara tentang rela di bayar setengahnya hanya karena mengasuh Mora, terus salah satu pria itu, yang menjadi suamimu bicara tentang putrimu yang sedang sakit sama seperti Mommy, sebenarnya aku bingung tapi otakku bisa menyaring semuanya, katakan padaku apa yang terjadi."

Hana hanya bisa membatu, ayolah apa ia tak salah mendengar, kalimat seperti itu terucap dari mulut seorang bocah?

"Katakan saja bi, mungkin keluarga ku bisa membantumu, hidup tanpa bergantung pada orang lain sangat sulit, jangan memendam sendirian itu akan membuatmu sakit."

I[Not]Hate You~TaerinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang