Pagi yang begitu cerah, di depan jalan yang cukup sepi, hanya terdapat beberapa tukang sayur sedang berjalan dengan gerobak nya. Cluster mewah, terlihat dari beberapa mobil dengan harga yang cukup mahal terparkir di masing-masing halaman rumah di sana.
Di tempat itu-lah saat ini Ayu menginjakan kakinya. Ia menghampiri rumah ber-design eropa dengan bernomor rumah-kan 37, Ayu berhenti di depan sana. Tidak lama, terlihat satpam berseragam putih menghampirinya lalu menyapa Ayu yang seperti sedang mencari seseorang.
"Pagi, Non. Ada yang bisa saya bantu?" Sapa satpam tersebut. Bapak-bapak dengan kisaran usia 50 tahun itu menghampiri Ayu sambil membuka pagar hitam yang menutup rumah majikannya itu.
"Saya mau mencari pemilik rumah ini, apa ada di dalam?" Ayu menjawab nya dengan sebuah pertanyaan kembali, ia berbicara se-sopan mungkin kepada pak satpam di hadapannya.
"Ada, Non? Apa sudah membuat janji sebelumnya?"
Ayu berpikir, sebenarnya ia belum membuat janji sama sekali, bahkan pemilik rumah ini pun tidak tahu akan kedatangan nya. Tetapi akan lebih sulit masuk kalau Ayu mengatakan belum membuat janji apa-apa dengan pemiliknya.
"Sudah, pak."
"Baik, Non. Silahkan masuk, mau saya antarkan?" Kini Ayu sudah berada di halaman luar rumah mewah tersebut. Ia bisa melihat betapa luas dan megah nya bangunan di hadapannya saat ini.
"Saya sendiri saja, Pak. Terima kasih ya, Pak."
"Kalau begitu saya kembali ke pos dulu, Non. Silahkan masuk..." Pak satpam tadi-pun kembali ke pos nya setelah menutup pagar rumah kembali.
Kaki Ayu semakin dekat dengan pintu utama rumah itu, tangan nya kini mengetuk pintu dan berharap sang pemilik rumah membukakan benda persegi panjang itu untuk dirinya.
Tokk tok tokk..
Sudah ketukan ke-tiga, namun tidak ada jawaban dari dalam. Sekarang adalah ketukan ke-empat, dan terdengar ada suara sang pemilik.
Ayu melihat sosok yang sudah ia cari-cari. Dengan menggunakan kaos berwarna putih, kalung yang melilit di leher putihnya serta celana jeans hitam panjang membuat penampilan cowok itu semakin cool dan tampan di mata para perempuan.
"Ayu? Ada apa pagi-pagi datang ke sini?"
"Nih, gue mau kasih kemeja yang waktu itu lo pinjamin di mobil. Terus di situ juga ada roti yang udah gue buatin untuk lo, Al."
Alaska mengambil bingkisan yang di berikan oleh Ayu. "Makasih ya, Yu. Lo mau masuk dulu ke dalam? Kebetulan gue baru buat jus tadi."
"Emang nggak apa-apa?"
"Silahkan, lo kan tamu. Hehe."
Alaska membuka-kan pintu untuk Ayu, lalu mereka berdua berjalan menuju meja makan.
"Duduk di sini dulu, gue mau ambil gelas."
"Al, dirumah lo ada siapa? Sepi banget."
"Cuma gue, Tante, sama Bibi."
"Tante? Orang tua lo kemana?"
Alaska terdiam. Ia lalu menuang jus dari blender nya kedalam gelas.
"Nih minum."
"Oke, thanks."
"Enak nggak?" Tanya Alaska, ibu jari nya mengelus ujung bibir Ayu dengan lembut, di sana terdapat sari buah tomat dari jus yang di minumnya.
Perlakuan Alaska tentu membuat pipi Ayu memerah, jantung nya berdebar-debar dan bibir nya ingin teriak sekeras mungkin. Ayu baper dengan sikap Alaska kepadanya sekarang. Seketika handphone Ayu berbunyi, yang menyadarkan lamunan nya dari kebahagiaan ia bersama Alaska.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGIC IN CAFE [END]
Teen Fiction[ CERITA INI IKUT SERTA DALAM #WWC2020 ] TAMAT~ {Dimulai 21 Oktober 2020 - 8 Desember 2020} MAGIC IN CAFE Rank 🏆 #1 Contest (06/10/2021) #1 Kopi (01/09/2022) #1 Teamwpindo (02/10/2021) #2 Writing (05/10/2021) #4 WWC2020 (02/10/2021) #9 Natasya (08...