#25

177 32 13
                                    

Sore ini Aca berada di sebuah minimarket yang tidak jauh dari Cafe, ia harus membeli keperluan Cafe yang sudah mau habis seperti Susu, minyak, keju, coklat bubuk serta gula putih. Seharusnya Aldo atau Alaska yang membeli keperluan-keperluan tadi, tapi cucian piring di dapur telah memanggil nya terlebih dahulu serta Alaska pergi ke kantor sejak tadi siang di telpon oleh Om Dewo karna ada pekerjaan tambahan untuk nya. Mau tidak mau Aca-lah yang harus berbelanja untuk hari ini.

"Susah banget sih! Minyak nya terlalu tinggi atau Aca yang kependekan ya?" Gadis itu berjinjit berharap bahwa dirinya agak sedikit tinggi untuk mengambil minyak sayur di atas sana.

Seketika ada tangan seseorang meraih minyak yang sama seperti dirinya.

"Mau ambil ini?" Tanya cowok itu.

"Iya, makasih."

"Sama-sama."

Tanpa berpikir panjang, Aca langsung meninggalkan cowok yang membantunya tadi. Saat itu juga Aca menghentikan aktivitas belanja, lalu melakukan pembayaran dikasir.

"Pakai debit ya, Mba." Ucap Aca.

"Boleh, silahkan pin nya." Mba-Mba kasir itu memberikan EDC kepada Aca.

Kini Aca berjalan menuju Cafe dengan kaki nya sendiri. Karna tadi gadis itu di jemput oleh sang pacar jadi ia tidak membawa kendaraan ke tempat kerja. Aca mendengus sebal melihat nasib nya sekarang, tangan kanan dan kiri membawa plastik yang cukup berat berisi minyak sayur dan kaki nya harus berfungsi untuk berjalan dengan jarak yang lumayan jauh.

Ketika Aca ingin menyebrang jalan, ada sebuah sepeda motor yang melaju kencang dari arah berlawanan, seketika kaki nya terasa lemas saat tangan kanan Aca terbentur oleh kaca spion motor tadi dengan kencang. Belanjaan yang di tangan Aca-pun terjatuh, kaki nya terasa lemas sehingga tidak sanggup untuk berdiri. Tangan kanan Aca mati rasa, ia tidak bisa menggerakan jari-jari nya. Aca masih setia duduk di aspal jalan, berharap ada seseorang yang datang menolong nya.

"Lo kenapa?"

Aca langsung menegakan kepala yang sedari tadi tertunduk lemas.

"Tadi habis keserempet motor."

"Coba gue lihat." Cowok itu mensejajarkan posisi duduk nya di samping Aca, ia melihat tangan cewek itu berdarah dan merah mungkin saja karna terkena benturan keras.

"Sakit nggak?" Sambung cowok tadi.

"Lumayan, perih." Jawab Aca.

"Kebetulan gue beli obat merah di tempat kita ketemu tadi." Cowok itu langsung mengambil barang dari kantong plastik dan membuka segel obat merah tersebut.

"Nggak apa-apa di buka buat gue?"

"Santai aja, sini tangan nya."

Aca memberikan tangan kanan nya kepada cowok yang baru ia kenal. Cowok itu mampu membuat Aca mengingat seorang Alaska, pacarnya. Dari cara orang itu menatap Aca, cara berbicara dengannya bahkan cara cowok itu memperlakukan Aca penuh dengan kelembutan seperti yang selalu Alaska lakukan untuknya.

"Makasih ya."

"Sama-sama lagi." Jawab cowok itu dengan sedikit tertawa."

"Hari ini gue udah bilang makasih 2 kali ke lo ya?" Aca merasa gugup berbicara dengan orang yang telah membantunya di hari bersamaan.

"Haha, Iya. Btw, rumah lo dimana? Mau gue antar?"

"Rumah gue jauh, cuma gue punya Cafe di depan sana." Aca menunjuk ke arah Cafe nya yang cukup terlihat dari tempat dimana ia duduk.

MAGIC IN CAFE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang