Part 12

311 65 1
                                    

Written by : sabiqisedogawa21

Pagi itu Riri baru sampai di kubikelnya, ketika Panda mendekat dan menyerahkan bukti  pembelian  wig untuk menyamar. Kening Riri berkerut. Lho kok baru sekarang.

“Bang Panda, kok baru kasih kuitansinya sekarang? Ini kan yang dipakai tiga hari lalu?” tanya Riri sambil menunjukkan tanggal di kuitansi pembelian.

Panda mengangguk, “Iya Ri. Maaf baru ketemu. Aku cari kemana-mana tidak  ketemu, tahunya ada di saku jaket,” lanjutnya sambil mengaruk rambutnya yang tidak gatal. Ia malu sebenarnya ditanya demikian oleh juniornya.

Riri menggelengkan kepala, “Kebiasaan buruk, ih.  Kalau hilang gimana?” sungutnya.  Ternyata di sini, para penyidik sering terlambat menyerahkan perwabku. Riri segera meletakkan kuitansi yang dikasih Panda tadi ke dalam kotak untuk ia rapikan nanti.

“Oh iya nanti aku mau hunting. Jangan lupa ya buatkan sprinnya,” pinta Panda dengan memberi senyum manis, supaya juniornya tidak cemberut lagi gara-gara kelalaiannya. Bukan Panda dong kalau gak bisa buat para cewek kembali bermood ceria. Terbukti wajah bertekuk Riri sudah berganti dengan wajah yang cerah.

“Pak Dir sepertinya tidak ada hari ini,” sahut Riri mengingat info dari Spri* Pak Dir, mbak Diaz kemarin, saat rumpi di jam makan siang.

Panda mengangguk, “Gak apa  nyusul, yang penting dibuatkan ya?” ulang Panda.

“Ok. By the way, Abang kalau lagi hunting gitu bisanya ngapain aja?” tanya  Riri. Ia mengarahkan pandangan ke seniornya yang bertubuh besar dan sering melucu.  Walau Panda sering menggodanya, tapi ia termasuk senior yang enak ditanya-tanya.

“Ya namanya hunting yang berarti muter-muter. Nak pusing-pusing aku, “ jawab  Panda dengan logat Sumatra, ”kadang ada kasus yang targetnya pindah-pindah, sehingga kita yang harus bisa menemukannya  berbekal alat dan informan,” terangnya.

Riri mengangguk. Tangannya menyodorkan wadah kripik ke arah Panda. “Terus selama Bang Panda menangani kasus, ada gak kasus yang susah ditangani?” tanya Riri lagi.

Ia memang akan terus bertanya terkait kegiatan penanganan kasus. Setelah pembicaraan dengan Maya seminggu lalu seperti membangunkannya dari mimpi. Riri kembali bersemangat untuk mengerjakan apa  yang bisa ia kerjakan, termasuk merapikan sistem penyerahan perwabku. Ia sudah membuat alur penyerahan perwabku, yang ketika ia sodorkan di rapat staf langsung disetujui Ghanis.

“Susah gimana? Semua kasus pasti gak gampang, Ri.  Suatu Kasus disebut sangat sulit ketika pelaku tidak ada, BB tidak ditemukan dan membutuhkan penanganan lebih dari 120 hari,” jawab Panda dengan tangannya menjulur mengambil kripik dari wadahnya.

“Lho memangnya pernah kejadian? Di sini bukannya mudah karena pelaku ditangkap biasanya ada BB nya,” Riri bertanya dengan penuh penasaran.

Panda sempat berpikir sambil mulutnya mengunyah kripik singkong balado kesukaannya. “Pernah ada yang kesannya clean banget. Susah banget membuktikan kalau ia itu target kita. Karena ia tidak menggunakan dan BB-nya ada di orang lain,” lanjut Panda.

“Jadi yang bisa disebut bukti apa dong selain generik?” tanya Riri lagi. Ia semakin dibuat penasaran  oleh jawaban-jawaban Panda. Riri rela keripik singkongnya habis, asal  rasa penasarannya terpuaskan.

“Wew sudah tahu dia sama generik!” seru Panda girang. Lalu ia melanjutkan, “selain generik, kan biasanya saja pelaku  ketangkep tangan sedang menggunakan atau bertransaksi. Kita juga bisa cek melalui test urine-nya.”

Riri mengangguk. “Noted. Oh iya Bang, kalau penangkapan gagal itu biasanya karena apa ya?” lanjutnya.

Panda menatapi wajah serius didepannya. Riri akhir-akhir ini berubah. Ia semakin bersemangat bekerja dan banyak bertanya soal kasus.  Tiga hari ia terlihat membereskan arsip-arsip ke dalam odner yang rapi dan berkode. Ia dan senior lainnya sangat menyukai dengan perubahan yang dibuat oleh Riri selama berada di subditnya.

Tempat Kita PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang