Written by : San Hanna
“Jangan kamu pikir saya tidak bisa mengulangi kejadian yang sama. Menyingkirkan seseorang yang merepotkan sepertimu adalah pekerjaan mudah. Tapi saya tidak sekejam itu. Sebaiknya kamu bekerja sama dan turuti semua perintah saya. Jika tidak ....”
“Jika tidak, apa, Dan?”
Kemunculan Ghanis yang begitu tiba-tiba, membuat Herman kaget. Wajahnya berubah bengis saat melihat Riri. Tangannya terangkat dan ingin melayangkan bogem mentah ke wajah Riri. Beruntung Ghanis cekatan dan menarik gadis itu tepat waktu. Herman meninju udara kosong.
Riri tersulut. Dia mengentakkan tangannya hingga terlepas dari Ghanis dan memburu Herman, ketika pria berusaha kabur. Riri menerjang dari belakang. Herman tersungkur dengan perut buncitnya yang menghantam tanah lebih dulu. Lelaki itu mengerang kesakitan bercampur marah. Dia buru-buru bangkit.
Ghanis melihat gerakan tangan Herman yang menyelinap ke balik jaketnya. “JANGAN BERGERAK!” perintahnya dengan glock mengarah pada Herman. “Tangan di atas!” perintahnya lagi dan Herman menurut.
Riri berinisiatif mendekati Herman untuk melucuti senjatanya. Tapi rencananya itu malah jadi bumerang. Herman malah menjadikannya sandera. Kondisi berbalik. Sekarang dialah yang memegang kendali.
“Lempar senjatamu!” perintah Herman. “Atau....” Dia menodongkan moncong pistolnya ke pelipis Riri. “LEMPAR!”
Ghanis mendengus, tapi tetap melakukan apa yang diperintahkan. “Panda, sekarang!” teriaknya setelah melihat posisi Panda dirasa menguntungkan.
Panda langsung menghantamkan gagang glock-nya ke tengkuk kepala Herman, disusul pukulan ke pergelangan tangannya hingga pistol yang dipegangnya terlepas. Ghanis berteriak, meminta Riri menjauh.
Alih-alih menurut, Riri malah menghadiahi Herman sebuah uppercut sekuat tenaga. “Itu untuk Ayah.”
Kemudian Herman digelandang ke Bareskrim untuk diproses.
*
Benar dugaan Ghanis, kalau Jangkung adalah kaki tangan dari bandar yang sedang dicarinya selama ini. Meski sulit, akhirnya polisi berhasil mengorek keterangan dari Jangkung. Berkat informasinya, Ghanis mendapatkan informasi lain tentang komplotan tersebut.
Tanpa membuang waktu, Ghanis dan tim langsung merencanakan penyergapan ke kafe yang sinyalir sebagai tempat transaksi narkoba, juga tempat sang bandar mencuci uang haramnya. Mereka mendapat bantuan dari unit lain atas perintah Direktur.
Dengan persenjataan lengkap, mereka bergerak dan mengepung tempat itu. Beberapa orang tim bantuan mengevakuasi pengunjung dan mengamankan karyawan untuk dimintai keterangan. Sisanya tetap dalam formasi untuk menyerbu.
Baku tembak tidak terelakkan karena tersangka melawan. Jack tewas dalam peristiwa itu, sementara Joni berhasil dilumpuhkan. Polisi menyita puluhan dus air mineral yang sudah dicampur narkoba siap edar.
*
Berhari-hari Ghanis dan timnya bekerja tanpa mengenal lelah. Mereka memilih tinggal di kantor sambil menuntaskan administrasi kasus ini untuk segera dilimpahkan. Semuanya berjalan cepat karena bukti dan saksi lengkap.
Meski sempat mengelak, Priyo tetap ikut digelandang. Dan demi mengurangi hukumannya, dia bersedia bersaksi melawan Herman di pengadilan nanti.
Wajah Herman pucat pasi saat melihat Ismawan, seolah-olah dia sedang melihat orang yang bangkit dari kubur. Herman tidak bisa berkutik di pengadilan, apalagi setelah mendengarkan kesaksian Ismawan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tempat Kita Pulang
Mystery / ThrillerArina Prameswari, seorang penyidik cantik yang berjuang untuk menemukan keberadaan sang ayah dan memulihkan namanya. . Menurut Riri, sebuah konspirasi menjebak ayahnya hingga dia masuk dalam DPO. Dan Riri ingin membuktikan sebaliknya. . Ditemani Gha...