Written by : sabiqisedogawa21
Jangkung harus bebas secepatnya!
Sebuah chat masuk ketika Lay baru saja turun dari kendaraannya. Ia menghela napas, lalu segera menghubungi orang yang mengiriminya pesan. Tidak perlu menunggu lama, telepon langsung tersambung.
“Ada masalah apalagi? Kalau nggak sanggup, bilang! Saya bisa cari orang lain untuk membereskannya,” seru suara di seberang.
“Sabar, Bos,” jawab Lay mencoba menenangkan.
“SABAR?! Sampai kapan? 24 jam. Tidak lebih sedetik pun.” Joni langsung memutus sambungan dan membuat Lay diam. Dia menekan nomor yang sama, tapi kali ini nomor tersebut tidak bisa dihubungi.
Shit! Lay mengunci pintu mobil dan meninggalkan parkiran dengan suasana hati tidak menentu.
*
Lay sedang duduk membaca koran ketika Pie datang membawa map berwarna biru.
“Siang Bos,“ sapa Pie dengan suara riang. Ia memilih duduk di samping Lay.
Lay melirik tajam. “Kamu dari mana? Kok baru datang.”
Alis mata Pie terangkat. “Ada apa Bos? Saya baru dari lapangan,” terangnya.
Lay meletakkan koran di meja, lalu menatap Pie lekat. “Ada proyek baru. Coba kamu urus.” Ia berjalan mengambil selembar kertas dari mejanya, lalu menyodorkannya.
Pie tersenyum simpul setelah membaca tulisannya. “Bos serius?”
Lay mengangguk. Ia berdiri dan membenarkan letak ikat pinggangnya. “Mumpung orangnya lagi tidak ada, jadi kamu bisa ambil alih. Seperti soal rempah-rempah, saya mau semuanya beres,” tegas Lay.“Pengambilalihan seperti ini tidak mudah, Bos. Risikonya tinggi,” sahut Pie sambil mengoyangkan lembaran di tangannya.
Bibir Lay mengatup. Ia hapal betul kode yang dilontarkan laki-laki berusia empat puluhan di depannya. Ia membuka laci meja, lalu mengambil sebuah amplop, dan melemparkannya ke laki-laki tersebut.
Tidak seperti biasanya, Pie membuka amplop itu langsung di depan Lay. Wajahnya yang tadi sempat cerah, sekarang berubah. “Kurang, Bos,” katanya.
Mata Lay melebar dan rahangnya menengang. Ia mengadukan gigi-giginya menahan kesal. “Kurang?” ulangnya. “Itu sudah lebih dari biasanya.”
Pie menggeleng pelan. “Maaf, Bos. Risikonya terlalu tinggi. Lagian tugas kali ini juga lebih dari biasanya,” sahut Pie tidak mau kalah.
Lay mendengus. “Ya sudah. Anggap sebagai DP,” jawab Lay mengamati wajah Pie yang mendadak semringah.
“Baik Bos. Segera saya urus semuanya sesuai permintaan.” Pie memasukkan amplop tersebut ke sakunya. “Beri saya waktu tiga hari,” lanjutnya.“Terlalu lama. Saya mau besok sudah selesai.”
“Dua hari,” tawar Pie, “banyak yang harus saya kerjakan untuk menjalani ini. Bahkan waktu dua hari saja sudah termasuk sangat cepat, Bos,” jelas Pie yang berharap Lay memahami.
Lay mengangguk pelan. “Sebelum anak itu datang, semua harus sudah selesai.”
“Baik, Bos. Jangan lupa ya, Bos!” ingat Pie sambil memberi kode melalui dua jarinya.
Lay mendengus. “Apa saya pernah berbohong? Kamu selesaikan dahulu, kekurangannya setelah pekerjaan selesai.”
Pie tersenyum.” Percaya, Bos. Saya hanya mengingatkan. Soalnya yang Bos minta kali ini sangat berat. Kalau bisa, nanti ada bonus-bonusnya juga, Bos,” rayu Pie dengan harapan Bosnya mengerti yang ia inginkan.
Lay kembali menggeraskan rahangnya, kali ini diiringi dengan kepalan tangan, walau tersembunyi di belakang meja. Kedua alisnya menyatu dan matanya menyipit. Kesabarannya makin menitip, karena ucapan Pie barusan dirasanya sudah keterlaluan. Selama ini ia selalu memberi banyak pada anak buahnya yang satu ini, namun sepertinya orang itu tidak pernah merasa puas. Bahkan kali ini ia berani terang-terangan meminta lebih.
Melihat ekspresi Lay yang tidak bersahabat, Pie jadi salah tingkah.
“Ok. Nanti saya pertimbangkan. Sekarang kamu laksanakan dahulu tugas yang saya minta,” jawab Lay. Ia berusaha menahan emosi, sadar betul saat ini ia bergantung pada Pie. Orang itu selalu bisa menterjemahkan apa yang ia mau dan hasil kerjanya pun bisa membuatnya puas.
“Baiklah, Bos. Saya mau lanjut ke lapangan dahulu,” pamit Pie. Lay mengangguk, mengambil Koran, dan meneruskan bacaannya. Pie tahu kalau itu berarti tidak ada lagi yang harus dibicarakan. Pie keluar dan menutup pintu perlahan.
Lay melempar koran ke sembarang tempat dengan kesal. Ia harus mencari jalan supaya Pie tidak bertindak seenaknya. Ia tidak terima ditekan seperti itu. Ia harus menunjukkan siapa Bosnya. Lay pun mulai memikirkan kemungkinan untuk mencari kelinci lain.
**
KAMU SEDANG MEMBACA
Tempat Kita Pulang
Mystery / ThrillerArina Prameswari, seorang penyidik cantik yang berjuang untuk menemukan keberadaan sang ayah dan memulihkan namanya. . Menurut Riri, sebuah konspirasi menjebak ayahnya hingga dia masuk dalam DPO. Dan Riri ingin membuktikan sebaliknya. . Ditemani Gha...