Part 8

347 55 1
                                        

Written by : sabiqisedogawa21

Waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB, ketika Avanza hitam berplat merah milik  Ghanis berhenti di depan sebuah rumah berwarna peach. Rumah minimalis di daerah Kemang Timur tampak sepi.
Ghanis menyandarkan kepalanya, mencari posisi nyaman, sebelum memejamkan matanya sejenak.  Hari yang sangat lelah, mengingat banyak gelar yang harus ia hadiri hari ini.

Belum lagi sehabis refreshing di café tadi, Ghanis dan yang lain, harus kembali ke kantor  untuk menyelesaikan laporan yang belum selesai.

Tiba-tiba ada suara ketukan di kaca. Ghanis menoleh. Dilihatnya seraut wajah yang dikenalnya. Ghanis  segera menurunkan kaca, “Mang Udjo?” sapa Ghanis pada laki-laki yang sudah berahun-tahun bekerja menjadi satpam di komplek ini.

“Mas Ghanis  tidak apa-apa? Kok gak masuk?” tanya Mang Udjo khawatir.

Ghanis tersenyum. “Tidak apa-apa, Mang,” balas Ghanis, “saya hanya sedikit lelah,” lanjutnya sambil mengambil tas di bangku belakang, lalu turun dari mobil. Sengaja tidak masuk garasi, karena bahu jalan depan rumahnya masih cukup luas dan kodisi di komplek ini relatif aman.

“Syukurlah, Mas. Selamat Istirahat ya Mas. Jangan kerja terus,” ucap Mang Udjo penuh perhatian, lalu pamit untuk keliling komplek. 

Ghanis pun  berjalan menuju rumah yang baru sekitar tiga tahun ia tempati.

Ketika pintu terbuka, suasana dalam rumah gelap, hanya jam digital yang berada di meja pojok ruangan, yang tampak terang. Ghanis segera menghidupkan lampu satu per satu ruangan sampai akhirnya masuk ke kamar. Di rumah ini hanya ada dua  kamar tidur.  Satu kamar untuknya dan satu  lagi kamar milik Javas yang lebih sering kosong.

Setelah mencuci wajahnya, ia mengganti kemeja kantor dengan kaos lengan pendek warna biru dan celana pendek. Sudah lama Ghanis tidak menggunakan piyama, karena piyamanya sudah tidak tahu ada di mana.  Sejak kepergian Adelia, ia tak sanggup menggunakan piyama bergambar naruto, karena Adelia yang membelikannya.

Sambil menarik selimut, tubuhnya mulai terbaring.  Sejatinya, ia sangat lelah, tapi matanya seperti masih ingin berkelana pada kata-kata Panda tadi sore saat acara ramah tamah penyambutan Riri. Ia terkejut karena tak menyangka Riri akan bekerja bersama dengan timnya. Ia pikir perempuan smart itu akan memilih bertugas di Subdit Aset.

Kata-kata Panda mengingatkannya pada Adelia. Dan hal itu otomatis membuat saraf-saraf dalam otaknya langsung bekerja keras, kemudian membawanya  pada kejadian  dua tahun lalu yang mengubah jalan hidupnya.

W

aktu itu, Ghanis masih berada di kantor dan sedang membuat analisa hasil investigasi  yang dilakukan Tim Panda, terhadap salah satu klub malam yang menjad target operandi (TO). Ponselnya bergetar dan ia segera mencarinya di antara tumpukan kertas yang bertebaran di meja kerjanya.

Ada satu nama istimewa yang muncul di ponselnya. Nama yang selalu mengisi relung hatinya dan menjadi tujuan hidupnya di sela-sela kesibukannya. Ia segera menekan tombol.

Yes, Beib, ada apa?” tanya Ghanis saat suara lembut mengalun di telinganya.

Nanti sore jadi kan?” terdengar kata tanya dari seberang.

Ghanis mengangguk tapi segera tersadar Adelia pasti tidak melihatnya. “Iya, Beib, jam lima ya aku jemput di kantormu,” jawab Ghanis cepat.

Ya udah. Aku tunggu ya jam lima. Jangan telat. Aku aja yang telat,” balas Adelia dengan suara yang mendadak menjadi sedikit menggoda, hingga

Tempat Kita PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang