Part 20

294 57 0
                                        

Written by : sabiqisedogawa21

Trio GPR semakin bersemangat melakukan investigasi setelah kasus dibuka kembali. Energi baru seperti saling menular  karena fokus kerja tidak hanya melulu untuk kasus 235 saja, tapi juga kasus baru atau yang sedang ditangani. Mereka bekerja lebih keras dan saling menyemangati satu sama lain.

“Dan,” panggil Riri ketika melihat atasannya menuju pintu. Hari ini ada informasi A1 kalau ada pesta narkoba di salah satu rumah penduduk.
Ghanis menoleh dan mendapatkan Riri yang memberikan topi warna biru muda. Topi itu milik Ghanis yang dipakai Riri beberapa hari lalu saat sama-sama mengintai. Ghanis yang meminjamkannya untuk menutupi jati diri Riri. 

“Jangan lupa dipakai, Dan,” ingat Riri dengan tersenyum manis.

Ghanis mengangguk tanpa bicara. Dipakainya topi itu dan keluar ruangan  diikuti Heri. Riri masih memandangi punggung atasannya sampai menghilang.  Ia sudah mulai terbiasa dengan sikap Ghanis yang terkadang irit bicara walau gesturnya menunjukkan ramah.

“Jangan dilihatin terus. Nanti Abangnya jatuh karena grogi,” ucap Panda yang tiba-tiba sudah berdiri disampingnya. Riri  terkejut, kemudian memajukan bibirnya sedikit sambil berlalu.

“Apaan sih lo, Bang!” balas Riri sambil menepuk  perut Panda yang seperti ibu hamil tujuh bulan. Panda tertawa. 

“Cieee ada yang mulai perhatian.”

Riri mengalihkan matanya kepada tumpukan kertas di meja yang belum ia baca. Beberapa disposisi dan surat yang butuh perbaikan.

“Aku mau jalan, ya,” ucap Panda di depan kubikel Riri.

Riri mengangkat wajahnya dan mengangguk, lalu kembali membaca.

“Lha! Kok mulai ketularan Bang Ghanis ganteng,” protes Panda yang membuat Riri mengngkat wajahnya meminta penjelasan. “Cukup Bang Ghanis aja yang irit kata-kata. Elo lebih cocok bawel,” jelas Panda.

“Enak aja Gue bawel,” balas Riri, “Dah sana turun! Kasihan mereka yang nunggu,” lanjut Riri.

Panda tertawa, ”Giliran sama gue aja reaksinya begitu. Gak kaya ke Komandan,” protesnya sengaja. Dia bermaksud mengeledek gadis itu.

Riri melotot, “Apa-apaan sih lo, Bang?!” protes Riri, “Tadi itu gue cuma ngembaliin topi yang dipinjemin ke gue waktu gerebek. Gue balikin karena sekarang kan lagi panas-panasnya. Kasihan tau,” terang Riri.

“Nah itu dia. Neng cantik perhatian sekali sama Bang Ghanis. Coba kalau waktu itu Neng pakai topi Abang, apa bakal seperti itu juga?” tanya Panda sambil melangkah meninggalkan Riri dengan sebelumnya mengacak-acak rambutnya. Kebiasaan Panda yang selalu diprotes Riri.

“Ih dasar iseng!” teriak Riri yang dibalas Panda dengan cengiran.
Setelah Panda menghilang, Riri duduk termenung. Kata-kata terakhir Panda agak menganggunya. Apakah ia salah mengembalikan topi yang ia pakai kepada Ghanis? Apalagi hari ini adalah hari yang sangat terik. Apakah ia salah melakukan itu  pada Ghanis? Benarkah yang dikatakan Panda, kalau ia perhatian sekali kepada Ghanis?

Riri mengelengkan kepala, lalu kembali memokuskan perhatian pada lembaran surat di depannya. Tapi beberapa detik kemudian, ia malah teringat kata-kata Panda lagi. Ukh! Riri mengaruk rambutnya yang tidak gatal.

*

Ghanis memainkan ballpoint yang ia pegang sejak lima belas menit yang lalu. Pikirannya mengembara ke beberapa hal yang seperti saling terkait. Ghanis melihat kemiripan BB yang ia temukan kemarin dengan BB yang tercatat pada kasus 235.  

Tempat Kita PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang