Part 17

324 56 2
                                        

Written by : San Hanna

Ghanis sudah memantapkan diri untuk serius membantu anggota timnya. Dia menepis semua pikiran miring yang diproduksi otaknya sendiri. Sesaat dia beranggapan memanfaatkan gadis itu untuk mencapai tujuannya atau sebaliknya.

Perang batinnya berakhir dengan pembenaran yang dibuatnya sendiri. Jika ada yang dimanfaatkan dan diuntungkan, itu dari dan oleh mereka. Simbiosis mutualisme. Sama-sama diuntungkan dalam hal ini, pikirnya.

Pimpinan unit itu membentuk timsus atau tim khusus yang terdiri dari Panda, Riri, dan dirinya sendiri, untuk menelusuri kasus lama. Ada alasan khusus mengapa Panda dilibatkan dan bukan anggota lainnya. Selain penyidik bertubuh subur itu adalah teman baiknya yang dapat dipercaya, dia juga mengetahui tentang sejarah kasus tersebut. Walau hanya dari ceritanya saja.

Panda tidak keberatan sama sekali, bahkan sangat senang karena dilibatkan. Selain tugas tersebut, dia memiliki misi lain untuk sahabatnya. Setelah sekian tahun kepergian Adelia, baru belakangan ini Ghanis terlihat lebih hidup. Tidak dingin dan kaku seperti biasa.

Demi menghindari kecurigaan Herman, selain bertugas dengan dirinya, Ghanis juga memasangkan Riri dengan anggota lainnya, tapi lebih sering dengan Panda. Semuanya tertulis jelas dalam rencana kegiatan yang dilaporkan Ghanis pada Kasubditnya. Sedangkan untuk koordinasi timsus, mereka melakukannya saat di luar kantor.

Herman tidak menaruh curiga sama sekali, bahkan dia tampak senang karena Riri tidak menerornya lagi. Perhatian gadis itu teralihkan oleh kasus-kasus yang ditangani unit mereka. Sekarang dia bisa leluasa untuk menjalankan tugas sambilannya.

Sesuai rengiat yang sudah ada, hari ini Ghanis dan Riri akan mengunjungi rumah saksi. Mereka mendapat laporan adanya kegiatan yang mencurigakan di rumah salah satu warga, dan sinyalir berkaitan dengan narkotika.

Ghanis tidak ingin gegabah dan terburu-buru dengan membahas soal timsus di perjalanan. Mereka harus memusatkan perhatian pada kasus ini. Riri juga terlihat santai dan menikmati tugasnya. Dia terus mencatat hal-hal baru yang ditemui atau pelajarinya dari Ghanis.

Sama seperti saat bertugas dengan Panda tempo hari, Riri memperhatikan betul cara Komandannya mencari lokasi target. Pendekatan keduanya terbilang mirip, hanya saja ketika bersama Ghanis, banyak mata yang memandang kagum padanya. Dan kebanyakan milik kaum hawa. Bahkan ada seorang ibu yang terang-terangan menawarkan anak gadisnya untuk diperistri. Riri hanya bisa mengulum senyum.

Setelah mengumpulkan keterangan dari pelapor, Ghanis pun menanyai beberapa orang lainnya di sekitar lokasi, guna menguatkan laporan. Ghanis berjanji akan menindaklanjuti sesegera mungkin. Mereka langsung berpamitan.

Matahari mulai condong ke barat ketika Ghanis dan Riri mampir ke rumah makan padang sebelum kembali ke pangkalan. Saat tengah menikmati makan siang yang terlambat, lelaki itu menerima telepon dari ibunya, yang hanya ingin bertukar kabar. Setelahnya mereka kembali ke pangkalan, untuk menyusun langkah berikutnya.

Ghanis meminta Heri dan Bone untuk mengawasi lokasi malam itu juga. Rencananya mereka akan memantau tempat tersebut sampai beberapa hari ke depan. Tetapi Ghanis memberikan wewenang penuh untuk melakukan penangkapan jika diperlukan, Sementara dia dan tim lainnya akan siaga, apabila Heri membutuhkan bantuan.

Tiga malam pertama tidak ada pergerakan dari tersangka. Tempat itu tidak seperti apa yang dilaporkan saksi. Namun pada malam berikutnya, tersangka beraksi. Melihat jumlahnya kawanan target, Heri menghubungi Ghanis dan meminta bantuan. Ghanis segera mengoordinasikan timnya untuk bergerak.

Ghanis dan timnya tiba dalam waktu kurang dari sejam, dan langsung menyebar. Mereka mengepung bangunan tiga lantai dari segala arah. Menutup setiap celah yang mungkin dipakai untuk melarikan diri. Kemudian sang pimpinan memanggil nama Bastian, pemilik bangunan.

Tempat Kita PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang