Malam sebelumnya...
Sepanjang hari, Hana hanya berdiam diri di kamar. Tidak makan. Tidak minum. Dia hanya duduk diam menatap kosong ke arah jendela. Sesekali air mata terjatuh dari matanya. Dengan gerakan cepat dia menghapus air matanya lalu kembali terdiam.
Saat malam tiba, dia merasa kalau dia setidaknya harus menyapa Ayahnya, sebelum mereka memutuskan untuk pergi lagi, meninggalkan Hana. Setelah membulatkan tekad, dia segera bangkit dan turun untuk melihat apakah Ayahnya ada di sana atau tidak.
Dia berjalan perlahan menuju ruang tengah. Dia melihat Ayah dan Ibunya sedang berada disana, meminum kopi sambil menonton tv, tanpa suara. Dia berjalan mendekat lalu duduk di salah satu kursi. Dia menyadari bahwa Ayah dan Ibunya sempat melihatnya selama beberapa detik, namun segera kembali memusatkan perhatian mereka pada tv yang menyala disana.
Hening. Tidak ada sepatah katapun keluar dari mulut mereka bertiga. Hanya suara tv yang sedang menyiarkan berita malam yang memenuhi ruangan itu.
"Kalo cuman mau diem, gausah disini. Dikamar aja" tiba-tiba ibunya membuka suara. Sudah pasti ucapannya dilontarkan untuk Hana.
Sang Ayah hanya diam sambil menyeruput kopinya, enggan berkomentar.
"Hana mau ikut nonton tv" jawab Hana, masih berusaha bertahan disana. Tanpa bisa disangkal, dia sangat merindukan kedua orang tuanya. Hanya diam dan menatap mereka saja sudah cukup bagi Hana. Dia tidak akan meminta apapun lebih dari itu.
"Kapan kamu mau mulai kuliah lagi?" tiba-tiba Ayahnya bertanya.
Hana diam, tidak tau harus berkata apa.
"Hana.... Hana ngerasa belum pantes, Pa" jawab Hana pelan.
"Halah. Alesan" kata ibunya. Hana menunduk semakin dalam.
"Kamu harus balik kuliah lagi. Papa gamau kalo kamu sampe putus sekolah. Mau ditaro dimana muka Papa? Nanti disangkanya Papa yang ga sanggup bayarin" lanjut Ayahnya.
"Terserah dia aja lah Pa! Anak gatau diuntung kaya gini gausah di pikirin. Udah cukup enak hidupnya, kita fasilitasin ini itu. Kita izinin dia terapi. Padahal apanya yang harus diterapi? Dia cuman manja doang. Lemah" kata Ibunya.
Mata Hana mulai panas mendengar itu, air mata sudah siap turun ke wajahnya. Tetapi dia tetap menahannya.
"Pokoknya kamu harus kuliah. Kamu harus nurut sama Papa. Udah cukup kamu renggut kebahagiaan Papa. Jangan sampe kamu tambah bikin Papa malu" kata Ayahnya lagi. Nada bicaranya dingin dan menusuk. Tidak ada ekspresi apapun di wajahnya.
Air mata Hana sudah tak tertahankan lagi dan mulai jatuh ke pipinya.
"Udahlah Pa, kita pergi sekarang aja. Pusing Mama liatin dia" lanjut ibunya sambil bangkit berdiri dari kursi.
"Ma, Pa, jangan pergi dulu. Tunggu sampe besok aja, ya? Hana masih mau liat Mama sama Papa" kata Hana lirih. Air mata terus mengalir di pipinya.
"Tapi Mama gamau liat kamu. Liat kamu bikin Mama sakit hati. Muka kamu selalu ngingetin Mama sama hal yang gamau Mama inget lagi" jawab ibunya lalu pergi.
Ayahnya juga ikut bangkit berdiri, menyusul sang istri.
Tak lama, Ibu dan Ayahnya keluar dari kamar sambil membawa koper besar, bersiap untuk pergi.
"Ma.. Pa.. Hana gaboleh ikut?" tanya Hana pelan disela isakan tangisnya.
"Kamu disini aja. Nanti uang kuliah kamu Papa kirim sekalian uang bulanan" jawab Ayahnya lalu pergi keluar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Come To Me || TREASURE (END)
FanfictionJaehyuk : Bakal ada siapa emang? Haruto : Manager baru Bang. Jaehyuk : Ce/Co? Haruto : Cewek. Cantik. Banget. Gimana rasanya menjadi manager untuk 12 orang pemain sepak bola yang bobroknya super banget? Start 8 Okt 2020 Finish 5 Des 2020