Sampainya dirumah, Gian langsung menghempaskan kasar tubuh Reina kelantai.
"Dasar anak pembawa sial! Tidak tau terimakasih! Karna ulah kamu, saya kehilangan pekerjaan saya,"
"Sekarang kamu pergi dari rumah saya dan jangan bawa fasilitas yang sudah saya kasih buar kamu!"
Gian marah besar pada Reina saat ini, ia tidak peduli lagi mau itu anaknya atau tidak. Karna ulah Reina ia harus kehilangan pekerjaannya.
Sedangkan mama Reina dan Vania hanya bisa melihat kemarahan Gian, tanpa bisa membantu Reina.
"Paa jangan usir Rei, Rei nggak sengaja Paa hiks, Rei mohon jangan usir Rei pa hiks..hiks,"
"Maa tolongin Rei Ma, Rei nggak mau pergi dari sini Ma hiks hiks, tolong bilang sama Papa Ma, Rei nggak sengaja nabrak dia ma hiks hiks,"
Meminta bantuan pada mamanya sama saja, tidak ada hasilnya. Malah mamanya juga ikut memarahinya.
"Dasar anak nggak tau diri! Anak pembawa sial! Pergi kamu dari rumah saya SEKARANG! saya tidak mau punya anak seperti kamu!"
"Hiks.. Hikss kak tolongin Rei kak, Rei nggak mau pergi dari sini kak hiks, kak tolong bilangin sama Papa kak, Rei gak mau pergi hiks..hiks..,"
"Vania kamu masuk kedalam kamar, jangan pernah bantuin anak pembawa sial itu"
Mendengar perintah dari papanya, Vania langsung menuju kamarnya, ia takut kalau membantu adiknya nanti papa akan marah juga padanya.
"Maafin kakak Rei, kakak gak bisa bantuin kamu, kakak takut nanti papa marah juga sama kakak Rei," batin Vania.
"Sekarang kamu pergi dari rumah saya dan jangan pernah temui saya lagi!"
"Mulai hari ini kita tidak ada lagi hubungan darah! Kamu bukan anak saya lagi!"
Percuma ia harus memohon pada papa dan mamanya, itu tidak akan membuahkan hasil sama sekali.
Tidak ada lagi hubungan darah? Bukan anaknya lagi? Apa orang tuanya sebenci itu padanya? Sampai harus memutuskan hubungan darah? Dan tidak mengakuinya sebagai anak?
Hati Reina sangat sakit mendengar setiap ucapan dari yang keluar dari mulut mama dan papanya.
Mau tidak mau, Reina harus pergi dari rumah ini, ia tidak mau terlalu sakit hati karna ucapan mama dan papanya.
Reina berjalan keluar dari rumahnya, dan menatap sekilas rumah yang menjadi tempat dia tumbuh dan berkembang.
Rumah yang banyak kenangan manis dan pahit, harus ia tinggalkan sekarang.
"Baiklah, sekarang Rei harus kuat, Rei bisa hidup tanpa mereka, Rei akan buktiin sama mereka kalau Rei bisa hidup tanpa mereka," ucapnya dan berlalu meninggalkan rumah kedua orang tuanya.
Reina menghentikan langkahnya karna ada sebuah kertas yang jatuh tepat di atas kepalanya.
Reina segera membuka kertas itu dan melihat ada sebuah kalung di dalam gulungan kertas itu dan juga terdapat tulisan di dalamnya
Rei, kamu jual kalung ini untuk memenuhi kebutuhan kamu, kakak tau semua fasilitas kamu diambil sama papa dan mama, kakak juga berharap papa sama mama sadar sama kesalahannya. Kakak tau Rei kuat. Maaf kakak nggak bisa bantuin Rei.
-Vania.
Reina melihat kearah balkon kamar vania, disana terlihat Vania yang sedang menangis tersenyum kepadanya.
"Jaga diri baik-baik," ucap Vania dengan tidak mengeluarkan suara dan di angguki oleh Reina.
Reina keluar dari perkarangan rumahnya, dan berjalan tanpa arah, ia tidak tau harus kemana sekarang.
Jangankan rumah untuk tinggal, duit saja ia tidak punya, untung saja tadi Vania memberinya kalung yang bisa ia jual untuk mencukupi kehidupannya, setidaknya uang dari hasil menjual kalung itu bisa ia gunakan sampai ia mendapatkan pekerjaan.
TBC
Salam manis:)
@cahyarmdntii
KAMU SEDANG MEMBACA
Kinara (Completed)
Teen FictionDiusir dari rumah oleh keluarganya sendiri karna tidak sengaja menabrak seseorang, yang tidak lain adalah anak dari bos papanya sendiri yang mengakibatkan papanya menjadi seorang pengangguran. Kehidupan Reina langsung berubah saat itu juga. Dibenci...