Reina berjalan tanpa arah, tujuannya sekarang adalah mencari pekerjaan dan mencari tempat tinggal untuk ia tempati.
Kalung pemberian kakaknya sudah ia jual, dan harganya lumayan untuk sewa tempat tinggal satu bulan dan untuk biaya hidupnya satu bulan kedepan.
"Rei harus cari kerja apa ya?"
"Rei cuma lulusan SMA, Baru aja lulus, gimana mau kerja,"
Reina sekarang duduk di sebuah taman untuk menenangkan pikirannya sejenak, ia menyenderkan kepalanya di sandaran tempat duduk itu dan manatap langit sore.
"Apa benar yang di bilang papa sama mama kalau Rei itu anak pembawa sial?"
"Apa Rei harus mati supaya mereka bahagia?"
"Rei nggak salah Ma Pa, dia yang salah, dia yang nyebrang nggak liat-liat,"
"Rei harus buktiin sama mereka kalau Rei nggak salah,"
"Akhhh"
Reina merasa sakit di pergelangan tangannya, di sana terdapat memar akibat tarikan yang kuat dari papanya tadi.
"Sakit juga ternyata," gumamnya dan memperhatikan pergelangan tangannya yang memar itu.
"Rei harus berubah, nggak mungkin Rei kaya gini terus,"
"Rei benci mama Rei benci papa, kenapa kalian usir Rei? Kenapa kalian nggak percaya sama Rei?"
"Rei benci kalian tapi Rei juga sayang kalian,"
Reina menangis dalam diam, ia tidak tau harus apa sekarang.
Mengeluh? Pada siapa ia harus mengeluh, ia benar-benar kesepian sekarang.
"Kamu kenapa melamun? Kenapa disini sendiri?"
Reina melihat kearah orang berbicara kepadanya itu dan langsung membenarkan posisi duduknya.
"Harusnya aku yang nanya sama kamu, kamu kenapa luka sama memar kek gitu?" ucap Reina pada gadis nerd yang ikut duduk disebelahnya.
"Ahh ini nggak apa-apa, cuma sakit sedikit,"
"Tidak apa-apa gimana? Itu luka sama memarnya kenapa gak di obatin? Sini aku obatin,"
Reina langsung mengambil tasnya dan mengeluarkan kota p3k yang selalu ia bawa kemana-mana.
Reina membersihkan luka gadis nerd seumuran dengannya itu dengan telaten, sedangkan gadis itu hanya memperhatikan Reina yang mengobati luka-luka yang ada d kepala, tangan dan kakinya.
"Maaf ya jadi ngerepotin kamu,"
"Iya nggak apa-apa, kalau boleh tau kenapa sampai kaya gini? Kamu diculik?"
"Ahh nggak kok, aku nggak diculik tapi di bully,"
"Hahahah, masih ada aja pembullyan disini,"
"Iya gitu deh apalagi cewek nerd kaya aku, kalau di bully itu udah biasa banget, nggak sekali dua kali kek gini, tapi udah sering,"
"Kenapa kamu nggak lawan aja mereka? Jangan mau di tindas,"
"Aku nggak mau ada masalah sama mereka, sekalinya di lawan pasti mereka bakal sering bully aku,"
"Nahh udah selesai, Sampai di rumah langsung kompres sama es batu memarnya, jangan di biarin aja,"
"Iya Makasih ya, kamu udah baik banget sama aku. kenalin nama aku Bella, nama kamu siapa?"
Reina tertegun saat cewek nerd di sebalahnya ini menanyakan nama, apa ia harus jawab jujur? Tapi Reina tidak mau lagi menjadi Reina yang sebelumnya, Reina si anak pembawa sial.
"Hmm nama aku Kinara," ucap Reina yang sudah jelas berbohong.
Reina bertekad akan mengganti semua identitasnya, ia tidak mau lagi orang orang mengenalnya dengan nama REINA.
"Oh Kinara, nama yang bagus. Rumah kamu dimana?"
Lagi lagi Reina tertegun dengan apa yang ditanya sama Bella, ia tidak tau harus jawab apa sekarang.
"Bella!" teriak seorang laki laki dan menghampiri Reina dan Bella.
"Astagfirullah dek, kakak udah cari kamu kemana-mana ternyata kamu disini."
"Ini kenapa lagi? Di bully lagi? Nggak capek apa kamu di bully terus terusan?" ucap laki laki yang tak lain adalah kakak Bella.
"Maaf kak, Bella nggak di bully kok ini karna Bella jatuh aja tadi kak,"
Reina yang mendengar Bella berbohong pada kakaknya menjadi geram sendiri, kenapa harus bohong, seharusnya Bella jujur aja sama kakaknya.
"Kamu mau bohongin kakak lagi? Kakak tau mana luka karna jatuh dan mana yang karna di bully,"
"Maafin Bella kak,"
Aldo menghembuskan nafasnya, adik satu satunya ini benar-benar menguji kesabarannya.
Sedangkan Reina hanya menjadi penonton perdebatan kedua kakak beradik yang ada di hadapannya.
"Dia siapa?" tanya Aldo saat melirik Reina
"Kak kenalin dia teman baru Bella, dia yang obatin luka luka Bella tadi, namanya Kinara. Nah Kinar kenalin ini kakak aku namanya kak Aldo."
Reina mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan Aldo dan aldo menerima uluran tangan Reina.
"Kinara,"
"Aldo,"
"Makasih udah ngobatin Bella,"
"Iya kak sama sama, aku pergi dulu ya Bell, kak," ucap Reina dan pergi dari hadapan mereka.
Tujuan Reina sekarang adalah mencari kontrakan untuk ia tempati, tidak mungkin ia mencari pekerjaan sore ini.
Sepanjang perjalanan Reina melihat ada sebuah restoran yang membutuhkan seorang karyawan.
"Rei coba tanya kerja itu aja deh, lumayan kalau diterima kerja," ucapnya dan masuk kedalam restoran tersebut.
"Permisi mbak, apa masih ada lowongan pekerjaan disini?" ucap Rei pada seorang pelayan.
"Masih dek, kenapa nggak dari tadi datang kesini? Kalau sekarang bosnya udah keluar buat jemput adeknya,"
"Hmm apa masih lama bosnya keluar mbak?"
"Kamu tunggu aja disini, sebentar lagi pasti datang," ucap pelayan itu menyuruh Reina duduk dulu untuk menunggu calon bosnya datang.
Reina langsung duduk sesuai dengan perintah dari pelayan tadi untuk menunggu calon bosnya.
Semoga saja ia di terima bekerja di restoran ini dan besok sudah mulai bekerja.
TBC
Salam manis:)
@cahyarmdntii
KAMU SEDANG MEMBACA
Kinara (Completed)
Teen FictionDiusir dari rumah oleh keluarganya sendiri karna tidak sengaja menabrak seseorang, yang tidak lain adalah anak dari bos papanya sendiri yang mengakibatkan papanya menjadi seorang pengangguran. Kehidupan Reina langsung berubah saat itu juga. Dibenci...