PROLOG

1.6K 56 5
                                    

Hidup itu keras ya, hampir sebagian besar orang merasakannya. Tapi mereka punya caranya tersendiri untuk melewati masa-masa tersulit dihidupnya itu. Bagi mereka yang broken home, tentu saja itu tak semudah kata-kata motivasi. Kadang mereka merasa bosan untuk hidup lebih lama, kadang mereka merubah kepribadian, enggan bergaul dengan sebaya atau hanya bertegur sapa pada sesiapa yang masih setia berada didekatnya. Itu semua mungkin jauh dari kata sadar. Tak sadar dengan bersikap demikian justru semakin membuat buruk keadaan.

Fyuuuh-,-sudah lelah rasanya hanya berkoor pada diri-sendiri tanpa sesiapapun yang tahu keadaan diri yang mengalami. Terkadang solusi terbaik hanya bisa memandangi kembali album-album foto lama yang sudah tertimbun lama di bawah tumpukan buku-buku usang yang sudah tak layak di buka kembali.

Jemari seorang gadis dengan tinggi 156cm dengan rambut panjang menjuntai ke bawah hampir menyentuh lantai kamarnya, tanpa ragu menarik salah satu album foto yang akan dilihatnya itu. Dipandanginya foto dirinya ketika berusia sekitar 7 tahun, awal ia bersekolah TK, kemudian ditemani oleh sosok ibu dan ayah yang menggandeng kedua tangannya penuh perhatian. Senyuman tulus itu tercetak manis di wajahnya, seperti tidak ada beban apapun jika dibandingkan kehidupannya yang sekarang. Di foto berikutnya, terlihat dengan jelas sebuah foto keluarga kecil yang bahagia. Dirinya masih sekitar usia anak TK dan di sebelahnya didampingi sang ayah dan sang ibu, juga ada seorang anak laki-laki yang merupakan kakaknya. Benar-benar keluarga yang harmonis dan bahagia rasanya memilikinya. Foto berikutnya hanya ada foto dirinya dan kakaknya berpose saling bersebelahan. Terlihat itu awal sang kakak beranjak remaja. Ia dan kakaknya hanya berjarak 5 tahun, maka tak heran banyak yang menganggap keduanya begitu serasi jika berfoto berdua seperti itu. Sang kakak tampak merangkul sang adik dengan fosenya yang menawan hati sesiapapun yang melihat. Senyum tercetak sama di kedua wajah berbinar tersebut. Kemudian ia ingat, ini masa-masa mereka membuktikan kepada orang tua mereka bahwa mereka akan belajar dengan rajin agar dapat menerima beasiswa berprestasi yang sudah menjadi motivasi mereka untuk bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Karena akan ada hadiah yang sangat mereka tunggu-tunggu jika itu terjadi, yaitu jalan-jalan keluarga ke Seoul, Korea Selatan.

Nostalgia itu berlanjut sampai hari menjelang sore, dan sudah setengah album dilihatnya tanpa rasa bosan sedikitpun.

'Tok tok tok'

Jemarinya berhenti bergerak di atas album foto saat seseorang mengetuk pintu kamarnya. Ia kemudian berjalan ke arah pintu dan membukakannya.

"Kak Jordan?" Gadis itu sedikit kaget dengan mata terbelalak tak percaya dengan keberadaan orang di depannya sekarang ini.

"Mama mana?" Tanya pria yang bernama Jordan itu.

"Ada tadi di dapur lagi buat kue." Jawab gadis itu seadanya.

"Gaada tuh."

"Ooowh, atau mungkin mama lagi ke warung depan sebentar beli perlengkapan kue yang kurang. Tunggu ya, biar aku telp-"

"Gausah. Aku titip ini aja buat mama. Kamu tolong kasi ya dan bilangin kalau aku udah pulang tadi." Ujar Jordan menyerahkan sejumlah uang pada gadis itu.

"Aku pergi dulu-"

"Kak Jordan," panggilnya menghentikan langkah kaki Jordan. "Kakak mau kemana lagi? Gamau tidur di rumah aja?"

Jordan hanya diam tanpa membalas pertanyaan adik perempuannya itu, lalu ia berlalu keluar.

Sang adik hanya bisa mengantarnya sampai depan rumah, sampai Jordan semakin jauh dari pandangan matanya bersama motor sport berjenis ninja yang selalu Jordan bawa untuk pulang. Ia hanya bisa menghela nafasnya sambil diperhatikannya uang yang tadi Jordan berikan. Jumlahnya lumayan banyak dan ia tampak biasa saja memegang uang sebanyak itu.

OBSESI[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang