BAG.30

116 26 3
                                    

Malam hari ini, Alia menerima telpon dari Jason.

"Halo," Sapa Alia pelan.

"Alia, maaf ya kalau aku duluan ke rumah sakit ngga ngajak kamu. Kamu tahu sendiri kan di rumah sakit lumayan ramai sekarang. Aku gamau kamu sampai ikut desak-desakan disini. Jadi, biar aku saja yang mewakili kamu,"

"Tapi aku mau jenguk Devi juga, kak Jason."

"Iya, aku tahu Al gimana perasaan kamu sekarang. Kamu tenang ya. Sabar, nanti kalau keadaan udah membaik, aku akan ajak kamu jenguk dia. Dia juga belum sadarkan diri Al. Kamu juga perlu fokus belajar, ujiannya kan masih belum selesai. Udah ya, jangan terlalu cemas mikirin dia. Dia baik-baik saja. Banyak yang mendoakan agar dia segera siuman."

...

Rasanya percuma belajar kalau masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Alia tak bisa konsentrasi. Ia kepikiran kecelakaan Devi itu ada hubungannya dengan dirinya? Alia sampai memijat kepalanya kuat-kuat.

***

Malam ini di rumah Bertrand...

"Jadi papa berniat datang ke acara tunangannya Jordan tanpa ajak mama? Enak aja,"

"Ma, dia putraku juga. Mungkin saat acara nanti tiba, itu merupakan kesempatan terakhir papa berkumpul dengan keluarga papa dulu. Rasanya ngga adil kalau membiarkan Wenda seorang diri mendampingi Jordan di hari bahagianya. Papa mohon ma, izinin papa bertemu mereka dan berkumpul bersama mereka hanya untuk hari itu saja."

"Benar hanya untuk hari itu saja? Setelahnya papa ga boleh lagi ada hubungan sama mereka, termasuk Alia. Bertrand juga mama akan batasi ketemu Alia!"

"Ma, jangan egois kayak gitu," bantah Bertrand.

"Emang apa untungnya mama ngelakuin semua itu? Yang ada mama berdosa udah memutuskan tali silaturahmi papa sama keluarga lamanya." Bela Bertrand ke papanya.

"Berani ya kamu sekarang lawan mama?! Semenjak bergaul sama si Alia itu,"

"Ma, gausah bawa-bawa Alia, please. Sikap mama ini yang bikin keluarga kita jadi salah paham terus tau ngga,"

"Owh, sekarang kamu bahkan udah berani nyalahin mama. Baik, mulai besok mama akan tuntut sekolah kamu buat ngeluarin Alia dari sekolah itu, karena anak itu sudah membawa pengaruh buruk padamu."

"A-apa? Ma, mama kenapa sih jadi kayak gini?" Bertrand mulai kehilangan kendali emosinya.

"Bertrand, Bertrand, stop, biar papa sama mama berdua bicara. Kamu ke kamar saja,"

"Tapi pa, Alia."

"Iya, papa tahu. Sekarang ke kamar ya."

Bertrand terpaksa berlalu.

"Ma, sabar. Papa tahu mama sedang emosi."

"Mama serius! Mama akan tuntut sekolahnya Bertrand buat mengeluarkan Alia dari sana! Titik."

***

Di rumah Alia...

"Kamu ngga usah lakuin hal itu, Jordan. Mama ngga apa-apa. Mama sanggup dampingi kamu seorang diri. Kan masih ada paman Daffa dan bibi Ratna yang juga hadir nanti. Mereka pasti akan turut serta dampingin kamu sama mama." Dielusnya pipi putranya itu.

"Tapi ma, aku hanya gamau mama nanti bersedih di hari bahagiaku. Aku bukannya rindu dia, aku hanya peduli perasaan mama."

Sang mama lalu memeluk putranya itu sambil berkata, "nak, karena kamu yang lebih dewasa dari adikmu, mama akan beritahu hal ini sama kamu sekarang. Perceraian itu adalah takdir dari tuhan. Papamu ngelakuin kesalahan sama mama, mama bisa menerimanya sekarang. Mama sama sekali ngga berpikir ke belakang lagi dimana saat keluarga kita terombang-ambing dulu. Yang mama fokusin hanyalah kalian berdua, kebahagiaan kalian berdua. Apalagi kamu cepat atau lambat akan menikah, punya anak, punya keluarga kecil yang bahagia, mama akan sangat bahagia nak. Hanya kalian sumber kebahagiaan mama. Mama ngga bergantung pada masa lalu lagi, jadi, kamu ngga usah berpikir mama bakalan sedih nanti, karena mama akan menyaksikan putra mama ini bertunangan dengan calon istri pilihannya. Tugas mama hanya mendukung hubungan kalian agar tercipta harmonis nantinya selama-lamanya dan tidak akan pernah terulang kejadian seperti mama dulu, kamu bisa?"

OBSESI[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang