BAG.10

199 26 4
                                    

Hari berikutnya...

Semalam Alia telah mengabari Jason supaya besok paginya ia ga usah datang ke rumahnya buat menjemput dirinya. Jason makin penasaran. Ada apa Alia terus melarangnya ke rumah?

"Pagi ma!!" Seru Alia menyambut pagi.

"Eeh pagi sayang, waaah anak mama udah cantik dan wangi aja." Sapa sang mama tengah menyiapkan sarapan.

"Hehe, tumben nih mama bilang Alia cantik. Biasanya cuma,"

"Pagi ma, pagi Al!!" Seru Jordan setelahnya.

"Pagi sayang, ayo sarapan dulu sebelum beraktivitas ya." Dituntunnya Jordan duduk di meja makan.

"Alia jadi kan, katanya aku yang antar sekolah hari ini?" Tanya Jordan.

"Jadi dong kak!!"

"Yaudah, tapi siangnya aku ga bisa jemput kamu. Soalnya kan harus kerja. Sore baru pulang."

"Harus ya kerja dari pagi sampai sore?" Tanya sang mama prihatin.

"Ma, aku udah biasa kayak gitu. Makanya aku lebih memilih tinggal di luar daripada di rumah, soalnya kalau mama tau ini, udah aku duga mama bakalan ga percaya, lalu ga ngizinin pastinya." Ujar Jordan menatap mamanya lekat-lekat, berharap beliau menyetujui keputusannya.

"Terus gimana sama kuliah kamu?"

"Maaf ma, sebenarnya kesempatan kuliah di Harvard itu ga aku ambil. Aku terlanjur kecewa sama papa waktu itu."

Harvard University adalah universitas swasta di Cambridge,Massachusetts, Amerika Serikat. Universitas tersebut merupakan salah satu universitas terbaik dunia, dan Jordan melewati kesempatannya bisa kuliah disana?

Mungkin bagi sesiapapun yang mendengarnya bakalan berdecak kesal, tanpa tahu bagaimana rasanya Jordan yang mengalami kala itu.

Kala itu, ia dan adiknya, Alia sama-sama menyampaikan kabar baik kepada sang mama dan papa, tentang Jordan yang dapat kesempatan beasiswa kuliah di Harvard, sedangkan Alia yang mendapatkan kesempatan beasiswa di Sekolah Menengah Atas terbaik, Vibes Senior High School akhir tahun lalu. Seperti yang sudah dijanjikan sang papa jika anak-anaknya telah berprestasi dengan perjuangan mereka sendiri, beliau akan mengajak mereka jalan-jalan keluarga ke Seoul.

Flashback on~

Suasana malam hari itu di rumah kediaman Alia, Jordan dan kedua orang tuanya...

"Iya pak, nanti saya akan bereskan. Iya pak, benar...." Sang papa tengah berbicara dengan seseorang penting di ponselnya.

"Ada apa?" Tanya istrinya penasaran melihat ekspresi sang suami yang kebingungan.

Pria yang masih berusia 30an itu nampak mengerutkan dahinya seperti tengah berpikir keras mencoba mengingat-ngingat sesuatu.

Sang istri hanya bisa menenangkan dengan mengelus-elus punggung sang suami.

"Ada perjalanan bussiness ke luar kota mendadak besok pagi. Bagaimana ini ma? Anak-anak akan kecewa pasti." Ujar sang suami akhirnya.

"Yasudah kalau memang seperti itu, bicara baik-baik dulu sama mereka. Mereka pasti akan paham."

Mereka terbilang pasangan yang menikah muda, dan dikaruniai dua orang anak, putra dan putri yang keduanya kala itu sudah cukup dewasa. Sang papa tak tahu harus bersikap bagaimana kepada kedua anak-anaknya, terutama pada yang sulung tentang keberangkatan mendadaknya besok pagi, apalagi besok pagi seharusnya mereka sekeluarga sudah otw bandara bersama.

"Alia gpp kok papa undur dulu jadwal keberangkatan kita ke Seoul. Kan masih banyak ada waktu." Ujar si bungsu, Alia pengertian.

Jordan. Awalnya ia memang kecewa, kenapa harus semendadak ini. Tapi mendengar nasehat sang adik, ia akhirnya jadi luluh dengan hatinya yang keras, walau masih suka ada rasa kecewa pada sang papa.

OBSESI[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang