BAG.16

139 25 4
                                        

Hello guys, ngga capek-capek aku ngingetin ke kalian buat vote di setiap bagian ceritaku ini guys😘😘 satu vote sangat berarti sekali bagiku, daripada kalian hanya menjadi siders;)

Happy reading;)

****

Alia menatap sekeliling rumahnya. Sepi. Hmmmm, berarti sang mama sedang pergi, sebab sang mama juga sempat whatsapp dirinya untuk jangan lupa makan siang yang telah beliau sediakan di atas meja makan, beliau sedang ada urusan penting keluar bersama rekan kerjanya. Alia rasa semua orang sedang sibuk dan tak perlu di ganggu, dan bahkan dirinya juga sedang sibuk, sibuk memikirkan jawaban yang sesuai untuk ia katakan pada Jason nantinya.

Alia menghela nafas duduk di kursi meja makan, dan nafsu makannya belum bangkit. Ia tak segera menyantap makan siangnya, melainkan mengambil handphone'nya dan bersiap menghubungi seseorang.

Tiara.

'Tuuuuuuuuut tuuuuuuuuut'

"Siapa beib?" Tanya Ryan yang Tiara memang sedang bersama Ryan.

"Bentar, bentar, Alia telpon." Tiara lalu menjawab agak sedikit jauh dari Ryan. "Ada apa, Al? Tumben telpon siang-siang begini?"

"Lo dimana, Tiara?"

"Gue, yaa lagi di luar sama Ryan."

"Oowh, gue kira di rumah. Yaudah deh, lanjut,"

"Eeh, tapi ada apa dulu Al? Kayaknya penting banget sampai nanya gue lagi dimana."

"Ngga, ngga apa-apa. Ga penting kok. Yaudah lo sama Ryan aja dulu, takutnya ganggu kalian."

"Lo beneran nih ngga kenapa-napa? Kayak ada sesuatu yang lo sembunyiin dari gue. Awas ya lo, main rahasia-rahasiaan sama gue."

"Ha ha ha ha, iya tuan putri Tiara, besok deh gue kasi tauin. Biar enak gitu bicaranya langsung. Gue males kalau curhat lewat handphone gini."

"Yaudah deh Al, besok lo keluarin aja semua uneg-uneg lo ke gue. Gue siap dengerin segala ocehan lo 24 jam."

"Ha ha ha ha oke Tiara, udah sana gih lanjut dulu pacarannya. Bye~"

'Tuut' Sambungan terputus.

"Yaelah malah buru-buru dimatiin."

"Kenapa beibb?"

"Tauk tuh si Alia, katanya mau curhat tapi gamau lewat handphone, harus ngomong langsung katanya. Duuh, aku kan jadi kepo sekarang."

"Ha ha ha ha, kalau dipikir-pikir temen kamu itu lucu juga ya...maunya curhat langsung, padahal kan curhat lewat handphone lebih enak gimana gitu."

"Yeyy, dia mah palingan malu karena aku bilang aku lagi sama kamu.

....

***

Di rumah Jason...

Ada Devi yang sedang berkunjung kesana dan sedang bersama papanya Jason.

"Om sudah coba telpon Jason, tapi gaada diangkat sama dia. Mungkin lagi di jalan."

"Owh iya, gapapa om, Devi tungguin aja."

"Yasudah, kalau kamu capek duduk, kamu boleh rebahan dulu gih di kamarnya Jason."

"Boleh om?"

"Tentu saja boleh. Lagian dia juga belum pulang. Nanti kalau udah pulang om bangunin kamu."

"Makasi om." Devi  segera berlalu ke kamar Jason, dan ia tahu kamarnya Jason yang mana tanpa papanya Jason memberi tahunya terlebih dahulu.

Dulu ketika masih pacaran, Devi emang udah sering ke rumah Jason untuk sekedar bertemu orang tuanya Jason, dan sebelumnya juga Devi belum pernah masuk ke kamar Jason, ia hanya melihat Jason selalu memasuki kamar yang terletak di lantai atas, jadi ia sudah hafal hingga sekarang. Tanpa ragu, ia membuka kamar Jason itu, dan benar saja dugaannya, ini adalah kamar sang mantan pacar yang begitu aesthetic. Banyak terpajang foto polaroid dirinya, dan dulunya Devi yakin pasti banyak foto dirinya dan Jason terpajang juga disini, dan setelah putus, Jason langsung membuangnya, dan mungkin sudah ia bakar.

OBSESI[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang