Keesokan paginya di Wenda's Bakery...
Seperti biasa bila libur sekolah, Alia akan menyempatkan diri untuk bantu-bantu di toko sang mama, meskipun bukan sepenuhnya permintaan sang mama. Alia hanya bosan sendirian di rumah gaada mamanya, apalagi sang kakak yang udah memilih tinggal berdua sama calon istri atau tunangannya, Jessica. Tenang. Mereka belum berani tidur seranjang kok, cuma tinggal 1 atap saja masih menjaga jarak selama belum sah menjadi pasangan suami-istri, dan orang tua masing-masing juga sudah menyetujui mereka tinggal serumah yang Jordan beli jauh sebelum acara tunangan itu terlaksana. Oke, sampai sini paham?;)
Tuuuuut! Tuuuuut!
Telepon kasir berbunyi. Karyawan yang mendapat shift pagi di bagian kasir hari ini bernama Tata, yang akrab Alia sapa mbak Tata.
"...baik kak, ditunggu pesanannya 60 detik dari sekarang. Terimakasih."
Tuut! Sambungan terputus.
"Non Alia," panggil Tata setelah selesai dengan urusannya di telepon.
"Tadi, ada orang yang telpon mau pesan kue, delivery tapi."
"Yaudah, suruh mas Gilda yang antarin pesanannya mbak Tata." Mas Gilda ini karyawan khusus antarin delivery saja.
Dia termasuk cekatan dan tak pernah telat dalam mengantar kue ke pelanggan. Patut diacungin jempol!! Sang mama saja sampai takjub liat karyawannya bekerja dengan semangat 45 seperti itu. Setiap gajian, beliau selalu memberikannya bonus sebagai tanda terimakasih karena tak pernah telat mengantar pesanan, sehingga pelanggan pun tak merasa kecewa karena pesanan mereka datang tepat waktu. Inilah yang membuat toko kue Wenda tak pernah sepi orderan. Bersyukur.
Kali ini mas Gilda bisa beristirahat, karena tugas delivery kali ini Alia yang mengerjakan. Loh, kenapa bisa begitu?
"Maaf ya non Alia," ucap Tata.
"Udaah, mbak Tata ngga perlu minta maaf. Lagian delivery dekat cuma di seberang jalan. Orangnya juga request aku kan yang antarin kuenya, berarti aku ngga boleh mengecewakan pembeli. Kalau kata mama, pembeli adalah raja, hehe. Jadi mesti diturutin maunya."
"Iya non Alia. Non hati-hati ya nyeberangnya, jalanan depan ramai."
"Siap mbak Tata." Alia mulai berjalan ke toko depan.
Yaps, toko siapa lagi kalau bukan?
...
"Nih, pesanannya kak Louis. Totalnya jadi 350.400,00." Ucap Alia sambil menunjukkan tagihan pembayaran kue.
Louis lumayan pesan banyak kue, padahal ia sudah punya toko kue sendiri, kenapa pula mesti pesan kue di tempatnya mama Alia?
Louis menyerahkan beberapa lembar uang seratus ribuan.
"Kak Louis, tapi ini kelebihan,-"
"Ambil aja." Louis lalu mengambil pesanannya dari tangan Alia.
"No! Seharusnya ini kembalian kak Louis. Aku gamau mengambil semuanya, ini bukan hak,-"
"Sssst!!" Louis meletakkan jari telunjuknya di depan mulut Alia, sehingga gadis itu berhenti berceloteh sejenak.
"Hari ini toko aku lumayan sepi, seperti yang kau lihat. Jika berkenan bantulah aku menarik beberapa orang di luar sana untung datang kemari." Suruhnya.
"Sudah gila ya? Bukannya kita dari toko kue yang berbeda? Kak Louis ngga seharusnya menyogokku dengan memberi uang lebih seperti ini agar aku mau membantu kak Louis? Jangan harap."
"Siapa yang menyogokmu? Aku kan barusan bilang, jika berkenan, itu artinya aku tidak menyogokmu sama sekali dan tak ada unsur paksaan sama sekali, mengerti? Tolong belajar arti ucapan bahasa Indonesia lagi dengan benar. Kulihat juga kemarin nilai ulangan bahasa Indonesiamu terendah dari nilai ulangan mapel lainnya." Ujar Louis dengan bijaknya.
![](https://img.wattpad.com/cover/248457856-288-k207705.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESI[COMPLETED]
Teen Fiction"Obsesi ini tak mampu kuhindari. Dia yang memulai wajarkah dia yang mengakhirinya juga?" Fyuuuh-,-sudah lelah rasanya hanya berkoor pada diri-sendiri tanpa sesiapapun yang tahu keadaan diri yang mengalami. Terkadang solusi terbaik hanya bisa memanda...