32 : 빨간색 - Red

551 53 19
                                    

Aku muncul setelah sekian lama, HAHAHAHAH SIBUK KERJA WOOOOY😭 PULANG KRMH UDH CAPEK, bisa main laptop pas shift malam aja, bsk ak shift mlm jdi mlm ini bisa tidur telat wkwkwk, klo agak rame ak up lagi abis ini 😘😘😘 sorry bgt udh bikin lama nunggu 😢

Bomi sedang berada didalam kamar mandi, Namjoon meninggalkannya sendiri karena itu yang Bomi mau, ia pun menutup pintu kamar mandinya setelah ia keluar,

Namjoon membawa langkahnya untuk menjauh dari kamar mandi, ia sekarang berdiri ditengah-tengah kamar tanpa tau harus berbuat apa.

"apa yang harus kulakukan?" ia menggaruk kepalanya yang tak gatal, tipikal orang sedang kebingungan.

"ah iya," Namjoon berjalan kearah jendela, ia lupa pasal jendela yang ingin dibukanya tadi, ia meninggalkan jendela itu begitu saja ketika mendengar Bomi berteriak kecil karena terjatuh.

Namjoon membuka gorden jendelanya, dan perkiraannya benar, hari sudah siang, bahkan matahari sudah mulai tinggi, beberapa jam lagi akan tepat berada diatas kepala. Yang selanjutnya terjadi adalah Namjoon hanya diam, pandangannya lurus menghadap keluar jendela, tidak melihat langit yang cerah juga tidak melihat gedung-gedung yang menjulang keatas berlomba siapa yang paling tinggi, Namjoon hanya diam. Ia sedang memikirkan sesuatu,

Memikirkan Bomi.

Ia bingung harus bagaimana bersikap setelah ini, melihat yang barusan terjadi tadi-bomi hanya diam-semakin membuatnya menjadi orang paling bodoh didunia, ia lebih merasa baik jika Bomi menangis saja, jadi dia akan memilih untuk meminta maaf sambil memujuk sekalipun sebelumnya ia tak ingin, daripada hanya didiamkan, jelas sekali bukan tipikal Bomi yang biasanya cerewet minta ampun.

Bagaimanapun Namjoon jelas lebih tua dari Bomi, ia adalah daddynya, jadi ia harus mengalah, jangan sampai suasana menjadi berubah nantinya hanya karena malam ini, semua akan tetap sama, Namjoon adalah daddynya, tapi kembali lagi pada fakta dimana Daddy tidak mungkin melakukan apa yang Namjoon lakukan.

Pusing menyerang kepalanya, ia pun memilih untuk duduk di tepian ranjang, sambil memijit keningnya dan melihat kearah kamar mandi, menunggu Bomi yang lama sekali keluar, entah apa yang dilakukan gadis itu ia tidak tau, mandi juga tidak karena gemercik air sama sekali tak berbunyi.

Namjoon berbaring, ia merebahkan tubuhnya, dan kakinya masih bergantung kebawah, hanya berbaring setengah badan, dan seketika ia terlonjak kaget ketika menoleh kesamping. Namjoon langsung terduduk, Mulutnya menganga, syok sesaat.

Namjoon berkedip berkali-kali, ia berharap ia salah lihat. Mata Namjoon itu minus, kemungkinan kalau ia salah lihat menjadi tinggi karena saat ini dia tidak mengenakan kacamata ataupun lensa kontak.

Jadi tidak mungkin kalau yang dilihatnya diatas seprai putih itu adalah darah, ia pasti salah lihat.

Karena siapa pula yang berdarah sampai sebanyak ini? hampir ditengah-tengah seprei berserakan noda merah, menyebar abstrak tak beraturan dimana-mana-benar-benar banyak.

bisa jadi sirup yang tumpah,

Namjoon merabanya, masih berdiri diatas keyakinan bahwa itu adalah sirup, jika sirup yang terjadi adalah seprei itu akan sedikit lengket ketika dipegang, bukan terasa kering seperti yang ia rasakan sekarang.

Jantung Namjoon dipacu dua kali lipat, ia terlampau pintar untuk mengerti bahwa darah yang mengenai kain, jika dibiarkan lama pasti kainnya akan mengering, kecuali darahnya benar-benar mengucur seperti luka tembak, kain tak sempat kering karena darah terus keluar.

Jadi noda itu adalah, darah. Darah Bomi?

Namjoon mengerutkan dahinya, kebungungan kembali melanda, namun kali ini disertai debaran yang sangat kencang-bukan debaran jatuh cinta-tapi debaran takut akan kenyataan bahwa Bomi masih perawan, tapi bagaimana bisa? Namjoon ingin menanyakannya, ia segera berlari, menuju kamar mandi, menggedor kuar pintunya sampai ingin roboh, Bomi menguncinya dari dalam, dan tak kunjung dibukanya bahkan ketika Namjoon sudah teriak-teriak.

Kepala Namjoon rasanya ingin meledak memikirkan semua ketidak-masukakalan yang terjadi, bagaimana bisa Bomi masih perawan? jelas-jelas didepan matanya dia melakukan bersama Jungkook, bahkan mengakuinya.

Namjoon semakin tak mengerti, ia tak sabar lagi, ia mendobrak pintu kamar mandi, padahal pintu itu didesain dengan mewah, jati murni berwarna sedikit kemerahan dengan tambahan cat minyak yang elegan dan semakin membuatnya mengkilap, gagang pintunya juga mahal, tidak seperti pintu kamar mandi biasa, melainkan lebih cocok untuk pintu kamar diruang tamu karena akan menambah kesan indah, jika tetangga datang kerumah sambil mengobrol dan minum teh.

Tapi lupakan soal pintu, karena Namjoon kembali dikejutkan dengan apa yang dilihatnya sekarang, ia langsung terdiam setelah mendobrak pintu padahal sebelumnya ia ingin cepat-cepat masuk.

Bomi masih mengenakan selimut sebagai penutun badan, duduk dilantai, menangis sesegukan tapi menahan suara agar tak keluar sambil meringkuk dilantai kamar mandi yang dingin. Airmatanya tak hanya membasahi pipinya, hidungnya memerah, matanya jangan tanya lagi.

Namjoon menghampirinya, pria itu berjonggok agar sejajar, ia meraih bahu Bomi, namun dengan cepat Bomi mengelak, gadis itu ketakutan disentuh Namjoon.

"b-bomi." Panggil Namjoon, terbata, karena masih dibingungkan oleh segala fakta yang dilihat.

"apa kau punya luka ditubuhmu?" tanya Namjoon, pelan.

Bomi menggelengkan kepalanya, memberi jawaban tidak.

Namjoon bingung ingin menyusun kata. "kenapa-tapi, kau bedarah, sepreinya, A-apa yang terjadi?"

Bomi tak menjawab, ia hanya menatap Namjoon dengan penuh waspada, dimatanya tersimpan ketakutan yang besar.

"Bomi, jawab daddy." Namjoon meraih bahu Bomi lagi, dan kali ini Bomi menepisnya dengan kasar.

Namjoon kaget sendiri, tidak pernah sekalipun Bomi kasar secara fisik dengannya, gadis itu tidak berani memukul orang meskipun kadang bicaranya kurang sopan.

Bomi berdiri, ia segera berlari keluar dari sana,

Namjoon mengejarnya

Bersusah payah tubuh ramping itu menghindar dari Namjoon, tapi selalu kalah karena nyatanya Namjoon sangat cepat, atau mungkin Bomi yag terlalu lambat.

Tangan kekar itu meraih tangan mungil Bomi, menariknya pelan, ia kemudian memegang kedua bahu Bomi dan berdiri didahapannya, Bomi menunduk, tak berani menatap.

"Bomi, katakan apa yang terjadi." Ucap Namjoon, sangat mendesak.

Airmata Bomi kembali turun, sedangkan Namjoon terus menanyakan pertanyaann yang sama padanya sampai kepalanya terasa pening, pandangannya mengabur, detik berikutnya tubuhnya ambruk dengan mata terpejam. Tangan sigap Namjoon yang memegang bahunya menahannya agar tak jatuh kebawah.

"Bomi!" Namjoon terkejut, gadis itu tak sadarkan diri.


HAHAHAH

Wild Feeling | KNJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang