Setelah makan malam yang cukup menjengkelkan bagi, Seokjin masih belum beranjak kaki dari kediaman Namjoon, alih-alih keluar saat Namjoon mengantarnya kedepan, Seokjin malah duduk disofa ruang tamu sembari menyilangkan kakinya dengan mengatakan bahwa ia masih ingin mengobrol sedikit.
"apa yang ingin kau bahas?" tanya Namjoon berusaha menahan kesalnya.
Seokjin mengalihkan padangannya pada Bomi yang baru saja ingin menaiki tangga menuju keatas dan memanggilnya. "Bomi-ya, mau mengobrol bersama?"
"boleh juga" ucap Bomi mengangguk.
"tidak, ini sudah larut, kau harus tidur Bomi" cegah Namjoon
"besokkan tidak sekolah dad"
"nah benar, besok hari libur ayo sini kita mengobrol" ajak Seokjin lagi
"Tidak!" Namjoon meninggikan suaranya dan menatap tajam kearah Seokjin.
Tanpa sadar suara yang Namjoon tujukan untuk Seokjin itu membuat Bomi tersentak, gadis itu mengira bahwa Namjoon membentaknya, sehingga ia langsung mundur perlahan dan kembali menaiki tangga dengan mata yang berkaca-kaca.
"apa yang ingin kau bicarakan Seokjin-ssi? Cepatlah, aku tidak punya banyak waktu, ini sudah waktunya untuk beristrirahat!"
Seokjin terkekeh geli. "waktu istirahat? sejak kapan pemilik perusahaan besar bisa tidur teratur, Namjoon-ah?"
"Namjoon-ssi!"
"ah iya, maaf, maksudku Namjoon-ssi, kau ini sok sekali, padahal juga lebih tua usiaku darimu"
"silahkan keluar dari rumahku jika kau hanya ingin membahas soal panggilan" tegas Namjoon.
"hei, santai, duduk dulu, kau bahkan masih berdiri bagaimana bisa aku memulai pembicaraan?"
Namjoon menghela nafasnya, berusaha untuk tidak tersulut emosi dan memilih untuk duduk dengan tenang namun tidak melepaskan tatapan tajamnya dari Seokjin.
"apa kau menyukai Bomi? Apa arti dirinya bagimu?"
Seketika emosi Namjoon langsung meluap, ia menarik kerah baju Seokjin untuk berdiri. "kau membuatku kehilangan kesabaran Seokjin-ssi! Sebaiknya kau keluar sebelum aku menyeretmu!"
"owh, tidak ingin ditanya ya? Baiklah-baiklah" ucap Seokjin sambil tertawa tanpa memperdulikan tangan Namjoon dikerah bajunya.
"kurasa Bomi sedang menangis dikamarnya sekarang"
Namjoon menyipitkan matanya bingung. "apa maksudmu?"
"tadi kau membentakku, itu pasti membuatnya takut"
Seketika Namjoon langsung melepaskan tangannya dari kerah baju Seokjin, ia menghempas pria itu kuat hingga terduduk disofa kemudian berlari menaiki anak tangga.
Seokjin menganga lebar, melihat dirinya berakhir disofa karena didorong orang yang jauh lebih muda darinya, ia berdecih kasar dan memperhatikan Namjoon yang tergesa menaiki anak tangga. Beberapa detik setelah itu ia berdiri, sudut bibirnya terangkat membentuk sebuah lengkungan. "bingo, itu jawabannya, dasar penyuka remaja"
Seokjin menyilangkan tangannya tanpa memudarkan senyuman dan melepaskan pandangannya dari atas sana.
Songhee datang membawakan dua gelas kopi panas, berniat menyajikan untuk double Kim yang terakhir ia lihat seperti ingin membicarakan hal penting, namun yang dilihatnya sekarang hanyalah Seokjin yang tersenyum sendiri, dan itu membuatnya bingung.
"eumm, Tuan Seokjin?" tegur Songhee
Seketika Seokjin langsung memudarkan senyumnya, takut dikira orang gila. "eoh, Songhee-ya, ahahaha, a-aku orang yang terlalu ramah, jadi memang suka tersenyum---kau tidak perlu heran"
KAMU SEDANG MEMBACA
Wild Feeling | KNJ
FanfictionDua pebisnis dari perusahaan elektronik terkemuka di Korea Selatan saling bersaing untuk menjatuhkan, memiliki tampang diatas rata-rata namun kisah masa lalunya begitu menyedihkan. Yang satu menyimpan dendam besar, dan yang satunya lagi adalah korba...
