48. Your the best--,

431 32 6
                                        

Mendapatkan telepon yang mengejutkan hingga membuat cemas  sampai jantung berdetak kencang hampir meledak sepertinya mulai menjadi rutinitas yang selalu Namjoon dapatkan.

Ia bergegas menuju rumah sakit setelah mendapat telpon bahwa Bomi dilarikan di ruang gawat darurat setelah ditemukan tergeletak ditaman dengan kepala yang mengeluarkan banyak darah.

Namjoon bersama Songhee berdiam diri dengan perasaan cemas berkecamuk melihat dokter berusaha menyadarkan Bomi sembari membersihkan lukanya.

Hati Namjoon diretakkan berkali-kali melihat Bomi dalam keadaan seperti ini, terlebih ketika perban putih itu menempel dikening depan Bomi.

"dokter apa dia baik-baik saja?" tanya Namjoon, tangannya bergetar sejak tadi.

"dia akan sadar sebentar lagi, kepalanya terbentur sangat keras, tapi tidak sampai dalam kondisi yang kritis, namun tidak juga sederhana, dia pasti akan merasakan sakit ketika ia bangun." ucap dokter.

"kenapa tidak memberinya obat penahan nyeri?" Songhee menyahut, tidak tega membayangkan Bomi menangis karena kepalanya sangat sakit nantinya.

"sudah, tapi tidak bisa kuberikan dalam dosis yang tinggi mengingat dia juga menderita penyakit lain." ucap dokter sangat hati-hati.

Namjoon mengangguk paham. Ia percaya dokter dihadapannya sangat ahli dibidangnya. Dia bahkan pemilik rumah sakit ini, semua yang dilakukannya pasti yang terbaik.

Setelah dokter pergi, Songhee mencari kursi untuk Namjoon duduk, dan mempersilahkannya dengan sopan.

"duduklah, kau pasti sangat lelah."

Namjoon mengangguk pelan, ia duduk perlahan. Hatinya berterima kasih karena memiki Songhee sebagai temannya, teman yang sangat mengertinya.

Sembari menunggu Bomi sadar, Namjoon memejamkan matanya sebentar, tangannya menahan kepalanya untuk bertumpu. Songhee hanya bisa mengusap bahunya dengan pelan, berharap bahu lebar itu tetap kuat sebelum akhirnya memilih untuk keluar dan memberi Namjoon ruang untuk berdua dengan Bomi saja.

Dalam diam, isi kepala Namjoon sambil berkecamuk, semua masalah seoalh saling menyahut dan berteriak meminta untuk didengarkan agar segera terselesaikan, membuat Namjoon pening sampai Suara rintihan pelan menusuk pendengarannya.

Segera Namjoon menoleh, pada Bomi.

Ia berdiri dengan sigap, memasang posisi yang siap untuk menerima apapun keluhan Bomi dengan begitu siaga.

"daddy." rintih Bomi, sembari mengernyitkan dahinya, tangannya reflek memegang kepala.

"iya sayang, daddy disini." Namjoon mendekat, duduk ditepi ranjang.

"pusing." Bomi mengeluh.

"yeah, i know. Hug me" ucap Namjoon pelan. Penuh perhatian

Bomi memeluk Namjoon erat, memejamkan matanya, membiarkan indera penciumannya menikmati aroma maskulin Namjoon yang menyeruak.

"daddy habis kerja ya?" tanya Bomi tanpa membuka wajahnya.

"hmm" Namjoon mengiyakan.

Bomi semakin memeluknya erat. Namjoon lalu membenarkan posisinya lalu berbaring diranjang Bomi yang sempat ia keluhkan sempit dan kembali berpelukan membuat Bomi merasa sangat nyaman.

"kepalanya masih sakit?" tanya Namjoon.

"tidak sesakit tadi."

Namjoon pun mengelus kepala Bomi, menyisir rambut panjang gadis itu dengan tangannya. Sudah lama ia tidak melakukannya.

"daddy." panggil Bomi.

Tanpa menghentikan kegiatannya, Namjoon menyahut. "yes, baby?"

"aku mau liburan."

Namjoon perlahan mengendurkan pelukannya, sedikit menunduk untuk menatap Bomi yang banyak maunya ini.

Namjoon membelai pipi lembut gadis itu sembari berkata. "tapi kau masih sakit, sayang."

Bibir Bomi mengerucut kedepan, seperti biasa ketika apa yang ia inginkan tidak ia dapatkan.

Namjoon kembali memeluknya. "nanti saja ya? Saat sudah sembuh, daddy janji akan membawamu kemanapun kau mau."

"mana bisa sembuh kalau disini terus, aku stress dad. Aku ingin cari udara segar, disini tidak segar." Bomi mulai rewel, anehnya Namjoon malah tersenyum. Jujur ia rindu rengekan Bomi yang seperti ini, sudah lama ia tidak mendengarnya.

"aku tidak sakit kok. Tubuhku baik-baik saja. Hanya kepala, itupun sudah diperban, aku baik-baik saja dad." tambah Bomi.

Perlahan senyum Namjoon memudar. "tubuh memang baik-baik saja, tapi mentalmu tidak. Kau bahkan tidak menyadarinya." ucap Namjoon. Dalam hati.

"daddy, please...." Bomi kembali membujuk.

Namjoon kembali mempertimbangkan, mungkin saja Bomi benar-benar membutuhkan liburan, butuh udara segar, sama seperti yang dikatakan bodyguardnya tadi saat ia bertanya mengapa memberi izin Bomi untuk keluar kamar.

Lagipula, penyakit mental tidak hanya bisa disembuhkan dengan obat pil atau suntikan, melainkan dengan dukungan perasaan yang mendatakan kebahagiaan. Pun akhirnya Namjoon setuju.

"baiklah, kau ingin kemana?"

Bomi seketika mendongak, menatap Namjoon tak percaya. "serius, boleh?"

"asalkan tidak diluar korea, perjalanan pesawat akan melelahkan dan membuatmu terganggu, jadi jangan jauh-jauh." ucap Namjoon, seperti biasa, mengiyakan dengan syarat.

Bomi tersenyum sumringah "daddy yang terbaik, aku sayang daddy." ucapnya kemudian mengecup pipi Namjoon secepat kilat.

Namjoon sedikit terkejut, ia menatap gadis kecilnya yang sedang tersenyum riang, semudah itu membuat Bomi senang. Ia membalas kecupan Bomi, dengan mengecupnya dibagian dahi didekat perban putih itu menempel.

"aku juga menyayangimu."

Bomi kemudian mendekatkan tubuhnya pada Namjoon, kembaki memeluknya erat sambil tersenyum senang.

"terima kasih daddy, kau ayah terbaik di--," ucapannya tiba-tiba terhenti.

Bomi terdiam.

Namjoon juga.

Kenangan lama seketika terulang, ketika Bomi merengek soal mie instan sampai Namjoon menyetujuinya. Bomi mengucapkan hal yang sama, membuat Namjoon terganggu akan kata "ayah" dan merasa tidak nyaman.

Bedanya sekarang malah Bomi yang merasakan hal itu hingga memutuskan untuk tidak melanjutkan kata-katanya karena jujur, kata "Ayah" juga mulai menganggunya.



Hihi😆
Hayoooo, stlh 48 eps ya guys, akhirnya Bomi mulai bingung sama perasaannya😂 gilaaa lamar bgt ga si 😭

Btw, hbis ini kita mau liburan kemana nih? Ada request gak? Rencananya sih mau sesuai kayak yg ak spoiler di ig aku (klo kalian liat), tpi klo ad request lain, boleh deh komen 💜 bisa jadi buat next time next time nya lgi, krna liburan mereka ga mngkin cuman sekali hihi😉

Wild Feeling | KNJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang