Nyatanya Namjoon masih memiliki kewarasan untuk tidak setuju ketika Bomi menawarkan ciuman padanya.
Ah bukan ciuman, maksudnya penghangatan. Namjoon menolak dengan halus dan memilih cepat-cepat mengajak Bomi kekamar untuk tidur.
Matahari kembali menyinari Bumi seperti biasa, jam dinding digital menampilkan angka 7:35, Bomi masih bersiap untuk berangkat sekolah, saat ini ia sibuk menata wajahnya didepan cermin, Namjoon turun lebih dulu kebawah, untuk menunggu dimeja sarapan.
"wah, hari ini roti." Ucap Namjoon melihat sarapan sudah siap diatas meja.
Songhee keluar dari dapur menuju keruang makan dengan nampan berisikan dua gelas, segelas kopi dan segelas susu.
"selamat pagi Namjoon-ssi, kau berhutang banyak padaku." Sapa Songhee sangat ceria.
Namjoon langsung mengerti, Songhee membicarakan soal tadi malam, tentang dia yang membujuk Bomi untuk memaafkannya. Namjoon juga penasaran, kalimat apa yang Songhee pakai tadi malam, mantra apalagi yang ia keluarkan, Songhee tak pernah sekalipun gagal dalam membujuk Bomi soal urusan apapun.
"aku masih penasaran kalimat apa yang kau pakai tadi malam." Tanya Namjoon.
"tanyakan saja pada Bomi, biasanya kan kau seperti itu." sarkas Songhee.
"aku sudah siaaap." Bomi muncul dengan seragam dan tas dipunggungnya, ia pun duduk berhadapan dengan Namjoon, sebelum itu dia melepaskan tasnya terlebih dahulu untuk diletakan pada kursi disampingnya.
"silahkan sarapan." Ucap Songhee segera kembali kedapur untuk mencuci tangan, ada satu hal lagi yang harus ia urus.
Setelah mencuci tangan dan mengeringkannya, Songhee sibuk menata rambut Bomi yang sedang sarapan untuk berangkat sekolah, tangan cekatannya mengikat rambut Bomi tinggi membentuk kuncir kuda, sengaja agar tidak terus terurai mengingat rambutnya yang sangat panjang pasti akan membuat gerah saat belajar dikelas.
Namjoon memperhatikan Songhee sambil tersenyum, senyum yang menggambarkan jelas bahwa ia bersyukur memiliki Songhee dirumah ini. Songhee bisa menjadi temannya sekaligus teman Bomi, Songhee serba bisa, dia wanita yang kuat, tak pernah terlihat sedih sama sekali, selalu ceria dan tersenyum apapun yang terjadi.
"oke sudah." Ucap Songhee sambil tersenyum puas.
"eonnie bisa bakarkan aku roti?" ucap Bomi sambil mengunyah.
"baiklah, mau berapa?"
"3"
"3?" tanya Namjoon, Bomi bukan orang yang makan banyak, makanya dia heran.
"aku lapar, semalam kan tidak jadi makan gara-gara Daddy marah." Bomi berucap sedih.
Namjoon langsung meraih tangannya. "maaf." Ucap Namjoon masih terdengar menyesal.
Bomi menarik senyumnya, kemudian menatap Namjoon dengan manja. "ganti kartuku dengan yang tanpa batas ya?"
Namjoon ikut tersenyum. "tidak." Tolaknya dengan kemanisan, sukses membuat Bomi cemberut dan menarik tangannya dari pegangan tangan Namjoon. Songhee yang melihat mereka terkekeh ringan sambil menggeleng, kemudian berjalan kedapur menyiapkan apa yang Bomi pinta.
Ponsel Namjoon berdering tanpa permisi, satu panggilan masuk dengan volumenya yang sangat nyaring membuat Bomi dan dirinya sendiri terkejut.
"astaga, besar sekali." Protes Bomi sambil menutup telinganya.
Namjoon tercengir, kemudian mengangkat panggilan tersebut. "ya, hallo?"
"selamat pagi!!" seru suara pria, pria paling Namjoon tidak suka. Kim Seokjin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Wild Feeling | KNJ
ספרות חובביםDua pebisnis dari perusahaan elektronik terkemuka di Korea Selatan saling bersaing untuk menjatuhkan, memiliki tampang diatas rata-rata namun kisah masa lalunya begitu menyedihkan. Yang satu menyimpan dendam besar, dan yang satunya lagi adalah korba...