Suasana di Nj,inc begitu ramai, kumpulan orang yang ingin melihat tidak bisa dielakkan sekalipun polisi sudah datang untuk mengamankan. Jimin menangis dalam pelukan Misoo, sangat hancur melihat kekasihnya bersimbah darah dalam keadaan yang sangat mengenaskan.
Tim medis berusaha untuk memindahkan jasad wanita malang itu kedalam ambulans untuk dibawa agar segera dilakukan pemeriksaan forensik guna mencari tau penyebab kenapa bisa ia terjatuh.
Misoo yang melihat mobil Namjoon datang dari arah kejauhan, mendadak menangis histeris dan mengeratkan pelukannya pada Jimin. Seolah ia yang paling merasa ditinggalkan padahal ia yang melakukan.
Namjoon turun dengan tergesa dari mobilnya, dan tak butuh waktu lama, beberapa wartawan dan media yang datang langsung berkerumun mendekatinya. Tim security bahkan kewalahan menangani mereka.
Namjoon tidak memperdulikan media sekuat apapun mereka bertanya, ia hanya menghampiri Jimin untuk memeluk pria itu.
"hyung...." Jimin sangat hancur.
Namjoon menepuk bahu Jimin sesekali sembari melihat tim medis membersihkan darah yang bersimbah disana, ia menatapnya begitu dalam lalu kemudian mendongak ke atas. Hatinya berkata ada kejanggalan karena Yujin tidak mungkin berada diatas sana sendirian tanpa alasan yang jelas. Semua staff keuangan bahkan berada dilantai dua untuk bekerja.
Misoo yang mengamati Namjoon segera mendekat. "aku rasa dia bunuh diri."
Mendengar hal itu, Jimin langsung menyergah. "TIDAK MUNGKIN! Dia tidak semenyedihkan itu sampai harus bunuh diri!"
Jepretan camera yang semulanya agak mereda meskipun masih terdengar beberapa, kini kembali menyeru nyaring setelah Jimin berteriak. Beberapa karyawan Namjoon pun datang untuk menyuruh mereka masuk agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan mengingat Nj,inc akhir-akhir ini menjadi sasaran empuk berita televisi nasional.
Didalam ruangan Namjoon yang diluarnya dijaga oleh 2 orang bodyguard berbadan besar, kini Jimin dan Misoo saling beradu mulut.
"kenapa harus melakukan otopsi? Itu bisa merusak nama perusahaan ini." ucap Misoo.
"kau ingin aku diam saja, menangis menyedihkan dipemakaman tanpa berbuat apa-apa? Begitu?!"
"itu lebih baik daripada harus membesar-besarkan urusan ini, tidak mungkin juga dia dorong seseorang. Bisa jadi dia terpeleset atau apa."
"dia bekerja dilantai 2 Kim Biseo-nim, untuk apa dia naik setinggi itu tanpa alasan? Tidak mungkin tanpa sebab." Jimin menekankan.
"buktinya kemarin kalian diatas."
"itu aku yang mengajaknya! Bahkan aku memaksanya, dia takut ketinggian, tapi aku bilang aman pagarnya lumayan tinggi, dia menurut karena dia GADIS YANG BAIK!" Jimin meninggikan ucapannya.
"Jika sampai benar dia didorong seseorang, apa yang akan orang pikirkan tentang perusahaan ini, sebelumnya kita sudah banyak masalah, orang akan semakin bicara yang tidak-tidak, terlebih dia bekerja dibidang keuangan, kau taukan keuangan perusahaan ini sedang tidak stabil? Orang akan bilang dia sengaja didorong karena tau sesuatu tentang nj,inc bla bla bla. Setidaknya pikirkan tentang Kim Namjoon Sajangnim." ucap Misoo realistis, yang ia katakan memang benar tidak semata-mata untuk mengamankan diri. Tapi karena dia pelakunya sekalian saja dia katakan dengan keras agar Namjoon mendengar dan menjadi bahan pertimbangan.
Sementara Jimin terdiam, ia tidak kembali melawan. Pria itu merosot kesofa sembari menenggelamkan wajah dalam telapak tangan besarnya. Bingung harus apa, juga lelah harus berteriak terus disaat dirinya sedang berduka.
"aku tidak keberatan." ucap Namjoon memecah belahkan pertahahan diri Misoo dan keheningan Jimin.
Jimin sigap menoleh, mengangkat kepalanya dari tumpuan tangan yang sempat menemani kepalanya yang berat selama beberapa detik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wild Feeling | KNJ
FanficDua pebisnis dari perusahaan elektronik terkemuka di Korea Selatan saling bersaing untuk menjatuhkan, memiliki tampang diatas rata-rata namun kisah masa lalunya begitu menyedihkan. Yang satu menyimpan dendam besar, dan yang satunya lagi adalah korba...