42. Another feeling and calls

336 40 6
                                    

Update sayank.....
Sering2 komen ya😍 seneng bgt rasanya, apalagi klo ada yg suka nebak2 sendiri alurnya kek gimana, thank u ya,

happy reading 💜

--

Selama beberapa hari ini, setiap harinya bagaikan duri yang menusuk ibu jari, terluka sedikit namun begitu mengganggu, Namjoon nyatanya tidak bisa lari begitu saja dari tanggung jawab pekerjaannya, meski sudah menyerahkan 99,9% tugas kepada Misoo, tetap saja ada hal dimana harus ia sendiri yang turun tangan.

Disinilah Namjoon, duduk disofa kamar rawat inap rumah sakit VIP sambil duduk bersila memangku laptop, berusaha fokus karena dalam lima belas atau tiga puluh menit sekali, Bomi mengingau dari tidurnya. Berteriak tidak jelas, meronta-ronta. Bahkan saat sudah dibangunkanpun masih harus ditenangkan seolah ia mengalami hal yang nyata.

Namjoon sangat pusing, belum lagi soal kematian orang-orang yang disebabkan oleh ayahnya, namjoon tau dirinya sedang ingin dihancurkan, tapi ia juga bukan lawan yang lemah. Karena nyatanya semua yang terjadi dimasalalu perihal Seokjin dan Taehyung bukanlah kesalahannya.

"Aaaakh!!"

Bomi berteriak. Ia terduduk diranjangnya sehabis bermimpi buruk.

Namjoon dengan sigap mendekat kearah ranjang, ingin memeluk Bomi entah yang keberapa kali.

"Daddy, kepalaku berdarah, banyak sekali, bagaimana ini?".

"Tidak Bomi, kau baik-baik saja."

"Tidaaaak! Kepalaku dad, tolong!" Bomi berteriak tidak jelas.

"Ada daddy disini, tenang lah." Namjoon berusaha menenangkan.

"...kau baik-baik saja Bomi-yaa, gwaenchanha."

Perlahan Bomi mulai dapat dikendalikan, ia melemaskan tubuhnya, dan Namjoon melepaskan pelukannya, ia membaringkan Bomi ke posisi semula.

Dalam keheningan, Bomi sudah kembali terlelap, ia banyak dimasuki berbagai obat melalui cairan infus yang melekat, bahkan obat penenang juga mengalir diselang transparant itu.

Namjoon bahkan mulai mencari-cari di internet mengenai pusat rehabilitasi jiwa terbaik didunia, sungguh Namjoon sudah memikirkan kemungkinan terburuk mengingat apa yang terjadi belakangan cukup mengganggu kesehatan mental Bomi yang memang pada awalnya sudah bermasalah.

Pria berbadan atletis itu kini meneteskan airmatanya, ia menutup laptop dengan kasar, sambil menenggelamkan wajahnya dalam tangkupan telapak tangan yang lebar miliknya.

Ia merasa bersalah, nyatanya ia jauh dari kata sukses dalam mengadopsi anak.

Banyak kesalahan yang terjadi sejak awal, Mulai dari perasaan yang tak seharusnya ada, hingga perlakuan yang tidak wajar, Namjoon menyesal, ia menyalahkan dirinya yang gagal menjadi ayah, namun tetap tidak bisa membuang perasaannya.

Ponsel berdering, sebuah nomor tak dikenal muncul ponsel canggih berlayar pipih milik Namjoon, merasa tidak penting apalagi dalam situasi yang seperti ini, tentu meladeni orang yang tidak jelas bukanlah pilihan yang benar untuk Namjoon pilih. Namjoon memilih me-reject panggilan tersebut.

---

Diam-diam tapi pasti, siapa sangka jika yang sama sekali tidak mencurigakan bisa menjadi sebuah boomerang yang paling bisa melucuti dan menghancurkan kepercayaan.

Kim Misoo, tanpa niat yang masih belum diketahui maksudnya apa sampai harus menyimpan dan menyelidiki siapa seseorang yang menelpon Jimin kini sedang berdiri dilantai paling atas kantor Nj.inc.

Angin menyapu rambutnya yang terurai karena tak ia ikat tak membuatnya terganggu sama sekali untuk terus fokus menatap layar ponselnya, membaca berbagai data yang dikirimkan oleh orangnya mengenai nomor yang sedang ia selidiki.

Wild Feeling | KNJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang