Wild Feeling | KNJ

50. Free or Scared

Suasana kediaman Seokjin masih sama, tidak ada aura kebahagiaan, yang ada hanyalah kegelapan dingin yang menyakitkan, bahkan sekarang rasanya semakin jelas meskipun diabaikan.

Chaeyeon masih belum menyerah untuk sebuah pembuktian, janjinya membawa kembali Seorin baik dalam keadaan hidup atau mati membuatnya bekerja dengan sangat keras, nyaris tidak tidur sama sekali, kantung matanya terlihat jelas jika sudah sore begini, karena Consealer semahal apapun tetap tidak bisa mengcover jika kantung hitam itu terlalu nyata.

Saat ini, Chaeyeon duduk diruang kerja Seokjin, memeriksa beberapa data yang ia dapatkan dari hasil pergi ke beberapa kantor polisi terdekat, menanyakan kejadian belasan tahun lalu barangkali ada yang datang membawa seorang gadis kecil hilang, atau gadis kecil itu sendiri yang datang sembari menangis meminta dipertemukan ke ayah ibunya.

Melihat Chaeyeon seperti ini, perlahan membuat Seokjin merasa sesak. Apalagi saat mengetahui bagaimana Chaeyeon selalu mengaduk ramuan alami untuk meningkatkan staminanya agar terhindar dari sakit karena kelelahan, semuanya malah membuat Seokjin rasanya ingin marah, namun ia menahannya. Seokjin membiarkan apa yang ingin Chaeyeon lakukan. Pun ia mulai menutup pintu perlahan, menghentikan kegiatannya dalam mengintip Chaeyeon dari luar.

Namun mendadak sebuah pemandangan dihadapannya sukses membuatnya tercengang. Darah segar mengalir dari hidung Chaeyeon, lolos dengan deras menetes kebawah.

Chaeyeon kewalahan menanganinya.

Segera Seokjin membuka pintu dengan lebar, menghampiri Chaeyeon disana, tak peduli jika terlihat kasar, Seokjin harus memarahi gadis itu agar dia berhenti sebelum terlalu parah.

"sudah cukup, Lee Chaeyeon! Kau hanya membuang tenaga!" Seokjin membentaknya.

"Seokjin oppa?" Mata Chaeyeon, mendadak buram. Dalam tiga detik tubuhnya melemas, jatuh pingsan, dengan Seokjin yang sigap segera menahannya.

Dokter dipanggil untuk memeriksa Chaeyeon, beruntung tidak ada Jungkook dirumah, jika ada itu akan memperkeruh suasana mengingat betapa ia sangat menyayangi sang kakak, akan repot bagi Seokjin menenangkan pria muda itu.

Perlahan mata Chaeyeon terbuka, ada perasaan lega yang menjalar ditubuh Seokjin, pun ia segera meminta para pelayan untuk memindahkannya kekamar agar lebih nyaman.

Setelah semuanya selesai, semua pelayan berpamitan, memberi ruang untuk Seokjin dan Chaeyeon berdua.

Chaeyeon sejujurnya masih lemah, tapi karena kepribadiannya yang tak kenal lelah, ia segera duduk begitu Seokjin masuk kekamarnya.

Chaeyeon menyapanya dengan senyuman. "Hai, aku sudah baikan.

Seokjin hanya diam, pria itu menutup pintu kamarnya dengan rapat, dan berjalan pelan mendekat ke Chaeyeon, duduk dipinggiran kasur.

"hasilnya belum mendekati 50% tapi sudah ada kemajuan, aku akan lebih giat lagi, dan sebenarnya ada satu bukti yang bisa menjadi jawaban, tapi sayangnya sulit untuk kudapatkan, Aku--,"

Seokjin menahan tangan Chaeyeon. Ia menggelengkan kepalanya. "sudah cukup, ini sudah lama berakhir, dan aku akan benar-benar mengakhirinya."

Chaeyeon terkejut, ia menatap mata Seokjin begitu dalam, ia jelas tau apa yang Seokjin ucapkan bukan sesuai dengan apa yang ia inginkan.

"Aku menyerah, dan aku ingin kau juga melakukan hal yang sama. Baik itu soal Soora, Seorin, maupun Namjoon, Bomi, semuanya. Aku menyerah."

Chaeyeon meneteskan airmata. "tapi--,"

"beberapa hari termenung membuatku sadar bahwa yang kita lakukan selama ini sebenarnya sia-sia.

Soora datang kemimpiku semalam, dia terlihat bahagia, tidak ada sedikitpun penderitaan, dia menghampiriku dengan gaun putihnya yang panjang, dan kau tau apa yang dia katakan?" Seokjin menarik panjang nafasnya, dan menghela perlahan. ia melanjutkan.