Namjoon berusaha membuka matanya, keadaan jalan raya mendadak berputar-putar, membuatnya pusing, semuanya buram, ia kembali mengerjapkan matanya, berusaha menormalkan penglihatannya, kepalanya pusing sekali, disekeliling sudah banyak orang yang mengerumuni karena mengkhawatirkan kondisinya. Adapula yang sedang menelpon ambulan dengan wajah panik.
Namjoon menoleh ke samping, menemukan Songhee yang mengalami luka dikepala kini dalam keadaan tak sadarkan diri. Namjokn segera membuka pintu mobil, memutar mengelilingi mobilnya dan membuka pintu, lalu mengeluarkan Songhee dari dalam sana.
"Aku titip dia." Ucap Namjoon sembari memberikan Songhee kedalam gendongan pria tak dikenal yang merupakan pengguna jalan juga.
"Tolong bawa kerumah sakit, ini nomor sekretarisku, hubungi dia untuk biayanya, aku terlibat masalah serius, aku harus pergi."
Seketika orang-orang kebingungan, ada pula yang menganga tak percaya, dalam hati mereka pasti berkata situasi macam apa ini.
Pun Namjoon tak berlama-lama lagi, segera ia melajukan mobilnya. Menuju alamat yang harus dituju secepatnya, sambil menelpon orang yang mengiriminya video.
"Hallo, Namjoon, ada apa?" Ucap suara itu, suara tak dikenal, disamarkan seperti kumbang saja, tak jelas.
"Siapa kau bajingan! Jangan sentuh Bomi ku!"
"Aku hanya mengirisnya sedikit, dia masih bisa hidup, hanya saja berisik, dan setelah kulukai dia tidak berisik lagi."
"Bastard! Kau tidak akan pernah selamat setelah ini, aku akan menghancurkan mu dengan tanganku sendiri."
"Benarkah? Bagaimana kalau ak menarik rambut Bomi mu yang panjang ini?"
"Akhhh, daddy!"
"Bomi!! Aku akan menyiksamu ketika aku sampai, kau lihat saja nanti!"
"Jangan mengancamku Joon, segeralah datang dan bawa 5 milyar won milikku, datang sendirian!"
Telepon terputus.
Namjoon melempar ponselnya ke tempat duduk di samping, ia memukulkan tangannya ke kemudi mobil, melampiaskan marah.
Satu tekanan tombol pada mobilnya yang mengarahkan pada panggilan suara, Namjoon berkata.
"Ikuti aku diam-diam, aku akan mengirimkan lokasinya, jangan sampai terlihat, seperti penculik pecundang lainnya dia menyuruhku untuk datang sendirian."
"Baik pak."
Ponsel Namjoon berbunyi lagi, ia meraihnya dan menjawab panggilan telepon itu.
"Kau benar-benar ingin putrimu mati atau apa?! Sudah kubilang untuk tidak membawa siapapun! Datang sendiri keparat!"
"Sial, siapa kau? Bagaimana bisa kau menyadap semuanya? siapa yang membayarmu hah?!"
"Aku." Ucap suara yang kini tak lagi disamarkan dan sambungan pun terputus.
Namjoon terdiam, ia mengenal suara itu, sangat tidak asing,
suara Kim Seokjin.
"Bagaimana bisa?" Ucap Namjoon.
Namjoon bertemu dengannya saat menerima telpon penculik itu pertama kali, bahkan ia berangkat duluan ke lokasi dan sekarang belum sampai, kenapa tiba-tiba ada suara Seokjin disana? apakah ada orang lain lagi yang ingin menghancurkannya selain Kim Seokjin? Atau hanya sekedar membantu Seokjin saja?Apa yang sedang Seokjin rencana kan sebenarnya? Dendam apa yang ia maksud selama ini?
***
Keadaan diperusahaan semakin kacau, terlebih saat Namjoon tidak bisa dihubungi sejak beberapa jam yang lalu, berkali-kali direject bahkan diblokir oleh sang boss tak membuat Misoo kehabisan akal, ia melajukan mobil menuju kerumah Namjoon untuk menyusul.
Sudah sering keadaan seperti ini terjadi, untung saja ada dana transportasi yang berbeda dari gaji utama Misoo, sehingga ia tak dirugikan secara finansial karena harus menyusul Namjoon kesegala tujuan.
Sesampainya dirumah Namjoon, baru saja ingin memencet bell, ponsel Misoo berbunyi.
Sebuah nomor tak dikenal menelponnya, dan Misoo pun menjawab panggilan tersebut. Pihak rumah sakit baru saja menelponnya perihal Songhee yang sedang dirawat disana.
Misoo pun menghentakkan kakinya, masalah perusahaan saja belum selesai, malah ada masalah baru, Namjoon begitu menyebalkan akhir-akhir ini.
Dan sialnya ponselnya kembali berbunyi, sebuah nomor yang ia beri tanda, harus segera dijawab karena sangat penting, seseorang yang selalu sukses membuat Misoo bergetar ketakutan hanya dengan mendengar suaranya saja, karena jika dia menelpon sebuah amukan harus Misoo terima, dia adalah seseorang yang tak pernah dibahas sebelumnya.
Dengan ragu Misoo menjawab, ia menelan ludahnya dengan perasaan gusar, perlahan mendekatkan ponselnya ketelinga.
"Nee, Hwejang-nim"
"Kim biseo, kaukah itu?" Tegur seseorang.
Prakkk
Misoo terkejut, hingga ponselnya terhempas.
"Yak!!" Bentak Misoo, reflek karena terkejut.
Dan lagi-lagi Misoo dibuat terkejut oleh kemunculan seseorang dihadapannya.
"Park Jimin-ssi?"
Beberapa detik berikutnya, Misoo berdehem, dan berusaha tenang, menjaga imagenya sebagai perfeksionis yang elegan.
"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Jimin.
"Seharusnya aku yang bertanya, penghianat sepertimu tidak berhak ada disini!"
"Namjoon menyuruhku untuk datang."
"Apa? Jangan gila kau! Mana mungkin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Wild Feeling | KNJ
FanfictionDua pebisnis dari perusahaan elektronik terkemuka di Korea Selatan saling bersaing untuk menjatuhkan, memiliki tampang diatas rata-rata namun kisah masa lalunya begitu menyedihkan. Yang satu menyimpan dendam besar, dan yang satunya lagi adalah korba...