47. Her side

207 30 6
                                    

Bomi pov.

Pagi ini, seperti biasa aku terbangun didalam ruangan putih yang sangat membosankan, tempat tidur sempit ini sering kali membuatku merasa tidak nyaman sekalipun masih banyak ruang yang tersisa karena tubuhku memang seramping itu, semua karena aku terbiasa tidur diranjang king size yang empuk dan luas, berpelukan pada daddy atau kadang bangun siang sembari miring 360 derajat dengan guling dikepala.

Sungguh disini membosankan, aku rindu rumahku. Sekalipun semua perhatian didalam rumah itu tetap kudapatkan disini.

Daddy dan Songhee eonnie selalu siaga disampingku, dokter dan perawat juga bekerja dengan sangat baik, Kyura sesekali berkunjung.

Aku pikir hari ini akan berjalan membosankan seperti biasanya, tapi ternyata ada yang berbeda. Aku tidak menemukan daddy sejak mataku terbangun. Tidsk seperti biasanya.

Aku turun dari ranjang dan kaki ku menyentuh lantai keramik yang membuat tubuhku seketika merasa tidak begitu baik. Dingin.

Berusaha mencari sandal berbuluku yang dibawakan Songhee eonnie kemarin, tapi tak kunjung juga kutemukan.

Aku berjalan mendekat ke jendela, melihat keluar sana ingin mencari angin segar, kamarku berada dilantai yang entah lantai berapa, sangat tinggi, membuat pemandanganku menjadi buram hingga kepalaku terasa pening. Reflek kakiku mundur sembari memegang kepala.

Aku kembali kekasur, namun tidak untuk berbaring, melainkan hanya duduk.

K

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

K

emudian aku meraih ponselku yang sepertinya berdebu karena sudah lama tidak digunakan, dibiarkan tergeletak diatas nakas dengan baterai full yang selalu di isi untuk jaga-jaga. Daddy memikirkan segelanya dan mengutamakan keamananku dalam kondisi apapun.

Meskipun sekarang, ada sedikit perasaan takut setiap kali ia berada didekatku.

Kejadian waktu itu masih sangat membekas dalam ingatanku, sisi gelap yang tidak pernah kulihat selama hidup dengannya itu sering terbayang dalam otakku.

Tapi sungguh aku tidak membenci daddy, aku hanya sedikit takut. Sering kali aku mencoba untuk meyakinkan diri bahwa Daddy tidak semenakutkan itu, kemarin dia hanya melakukan kesalahan, tapi tetap saja tubuh dan hatiku berseteru setiap kali dia menyentuhku. Satunya berkata ingin, satunya menolak ingin menghempas jauh.

Sebelumnya aku juga sering begitu,

pertama kali muncul ketika daddy menyentuh dadaku dengan kasar, aku dibuat bingung kenapa dia melakukan itu. Aku sebenarnya mengetahui beberapa hal tentang apa itu dewasa, tapi selama ini memandang daddy yang sangat jenius dan pastinya pintar membuatku berpikir bahwa akulah yang kurang pengetahuan dan menyetujui apa saja yang ia lakukan dan katakan.

Sering kali juga aku merasa seperti berbeda dengan Kyura atau teman teman seusiaku, aku tidak berpikir aku bodoh, karena jelas aku memahami materi pelajaran dengan baik dan sering ranking kelas, hanya saja selalu ada hal yang membuatku merasa hanya aku sendirian yang tidak tau tentang apa yang teman-temanku maksud ketika kami bersama. Hingga mereka melabeli dengan kata gadis polos.

Jujur, aku benci itu.

Aku berpikir bahwa gadis polos sama saja dengan gadis bodoh.

Hingga kadang aku belajar hal hal baru dengan mencari di internet :

cara menjadi gadis yang tidak polos

Aku mencoba menerapkannya dirumah, lebih sering memakai pakaian minim tapi yang kudapat malah Songhee eonnie yang menegurku, atau lebih tepatnya melarangku. Hal itu membuatku teringat pada suatu hari dimana daddy melarangku untuk tidak tidur hanya dengan tanktop saja, padahal waktu itu aku tidak berniat begitu, hanya saja aku merasa panas dan berganti baju.

Hufh, Termenung sendirian seperti ini membuat otakku bekerja dengan kerasa memikirkan banyak hal, itulah mengapa aku lebih suka berteman dan memiliki kegiatan.

Kuputuskan untuk keluar kamar, meski tanpa alas kaki aku berjalan membuka pintu kamarku.

Seorang pria berjas hitam putih yang tidak ku kena, seketika melarangku.

"nona mau kemana? Tidak boleh keluar." ucapnya.

"ahjussi siapa?" tanyaku.

Pria itu kemudian menunjukkan id card yang bergantung dilehernya, aku tidak menyadari keberadaan benda itu sebelumnya. Aku mengangguk kemudian. Dia karyawan daddy yang bertugas untuk menjagaku dari luar ruangan. Bodyguard.

"aku ingin keluar sebentar, menghirup udara segar, kamar ini membuatku sesak." ucapku sembari melanglah.

"maaf nona, tidak bisa." ahjussi ini kembali menahanku. "Tuan Namjoon memerintahkanku untuk tidak membiarkanmu keluar apapun alasannya."

Aku memutar bola mataku dengan malas. "ahjussi temani aku saja kalau takut aku kenapa-kenapa, hanya berjalan-jalan sebentar, kalau lapar aku akan mentraktir ahjussi." ucapku membujuknya, semoga ia setuju.

"hanya sebentar."

Dia kemudian mengangguk, "baiklah, sebentar saja."

Aku kemudian berjalan sembari diikuti olehnya, aku tidak masalah dengan keberadaannya, lagipula aku memang ingin mencari udara segar, bukan berniat kabur atau apa.

"nona, dimana sendal anda?" ucapnya tiba-tiba, terdengar khawatir.

"tidak ada." ucapku, seadanya.

Ia kemudian meraih bahuku untuk berhenti berjalan. "nona, kumohon tunggu disini, akan kucarikan sendal dulu untuk nona, tunggu sebentar, jangan kemana-mana."

Aku hanya mengangguk, tapi jelas tidak benar-benar mengiyakannya. Ia kemudian berlari secepat hewan buas, sementara aku mengikutinya dengan langkah yang lamban.

Aku berjalan lurus kedepan sembari memanjakan mataku dengan kondisi sekitar yang sebenarnya juga tidak benar-benar memanjakan karena disini isinya orang sakit semua.

Aku menghela nafasku, lelah berjalan. Sekarang aku sudah berada dilantai dasar, disebuah taman hijau yang sejuk dan nyaman.

Ini baru memanjakan mata, kutelusuri setiap titik disini mencari-cari kursi untuk duduk karena kakiku pegal sekali.

Penelusuranku membuahkan hasil, haha lucu menyebutnya penelusuran padahal aku hanya melihat-lihat saja. Aku memang seperti ini, berlebihan.

Aku berjalan cepat, menuju bangku panjang berwarna putih yang berada tak jauh didepanku, melewati jalan berbatu kecil, batu yang aman untuk diinjak meskipun tidak memakai alas kaki. Mungkin sengaja pakai batu agar tidak licin.

Jalannya membuatku sedikit tersenyum, karena ditepian batu-batu iti terdapat batu besar berwarna warni yang seolah menjadi pagar rendah agar tidak keluar dari rute berbelok. Lucu sekali, juga cantik. Padahal sebenarnya kalau berjalan lurus mungkin sudah sampai dari tadi. Tampaknya pemilik rumah sakit memang membuat taman ini untuk menghilangkan stress pasiennya. Efektif sekali.

Aku merasakan tubuhku semakin melemah, aku menyadarinya dan membuatku mempercepat langkah untuk meraih bangku itu dan lekas duduk beristirahat.

Namun tiba-tiba, seseorang menabrakku dari belakang hingga aku tersungkur ke tanah, ralat. Ke batu.

Kepalaku menghantam tepian batu besar yang baru saja kupuji karena warnanya cantik, membuat darah mengalir dari pelipisku hingga rasanya pusing sekali.

Seseorang yang menabrakku berusaha menolongku, ia berteriak memanggilku.

"eonnie, maaf, aku tidak sengaja"

Berusaha kuraih bahunya, ternyata dia anak kecil.

Pandanganku semakin buram, tiba-tiba melintas begitu saja diotakku dimana aku pernah merasakan hal yang sama, kejadian yang serupa, seperti deja vu, tapi yang kuingat dulu akulah yang menabrak. Samar-samar wajah pria berjas rapi muncul diingatanku, bersamaan dengan sakit kepala yang berdenyut nyeri hingga akhirnya pandanganku perlahan menggelap.

Aku pingsan.




🙏🙏🙏

Wild Feeling | KNJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang