Tiga syarat

41 11 1
                                    

Yuk langsung aja yang penasaraan^^

   Vote and coment jangan lupa..

    
               Happy reading..

Claudy segera menatap ke arah Rafa, namun sekarang ia salah tingkah. Rafa ternyata sedang menatapnya juga.

"Lo mau luluhin hati gue?"

"Hah?"

Claudy tidak tau harus menjawab apa, dirinya sedari tadi mematung. Kenapa Rafa tau apa yang dirinya harapkan tadi? Apa dia cenayang? Ah, mana mungkin. Tapi kenapa Rafa bisa tau? Apa sebelumnya Claudy telah memberi tau pria itu? Tapi kapan?

Stop, jangan tanyakan kondisi jantung Claudy untuk saat ini. Antara gugup, aneh, takut, bigung dan lainnya telah tercampur aduk. Bagaimana ini? Harus menjawab apa dirinya? Harus jujur? Tidak mungkin!

Claudy menelan salivanya susah payah, kedua matanya pun masih terkunci dengan tatapan Rafa yang masih menatapnya.

Rasanya Claudy ingin menghilang dari tempat ini! Tolong bawa dirinya pergi dari tempat ini.

Rafa menautkan kedua alisnya, disana tergambar bahwa pria itu menanyakannya untuk kedua kalinya. Namun Claudy masih terus terdiam. Tidak, dirinya tidak mungkin menjawab, lagipula harus menjawab apa?! Ah, tolong bawa Claudy menghilang dari tempat ini.

Drrt.. Drt..

Nah, kenapa tidak sedari tadi!
Suara ponsel Claudy berdering, gadis itu segera merogoh ponselnya di saku jaket milik Rafa dan melihat siapa yang menghubunginya, tertera nama ' Bunda ' disana. Cepat-cepat gadis itu menjauh dari keramaian termasuk dari Rafa. Agak menjauh sedikit.

"Iya bun?"

"Kamu lagi ngapain? Kok kayak rame gitu?"

Claudy menatap sekeliling sebentar, entah kenapa rasa gugupnya terus menguasai dirinya.

"Em, ini bun. Cla lagi nerbangin lampion-lampion gitu sama temen-temen."

"Oh ya? Waah.. bagus dong. Eh jangan lupa makan ya! Ntar sakit bunda yang repot."

"Ish, apaansih bun. Ya nggak lah, kan Cla anak Badgirl."

Terdengar suara kekehan kecil di seberang sana.

"Terus? Emang cuma karena kamu anak badgirl kamu jadi kuat? Kan sakit gak ada yang tau Cla."

"Ya, ya anak badgirl kan kuat."

"Iya deh terserah anak bunda, yaudah jangan tidur malem banget."

"Iya bun."

Tut.

Telepon telah dimatikan sepihak oleh bunda, saat ini Claudy segera membalikkan badannya menghadap semua siswa siswi termasuk Rafa. Syukurlah Rafa sedang menatap ke atas, jujur jika hanya ada dirinya disini pasti ia akan berteriak. Karena cahaya lampion sangaat indah, mewarnai langit yang serasa sedikit gelap.

Claudy memberanikan diri menuju tempat tadi. Kenapa dirinya masih saja gugup? Tidak bisakah jantungnya normal kembali?

Claudy telah ada di depan Rafa, gadis itu menatap kedua mata Rafa yang sedang memandang lampion-lampion yang indah kemudian Claudy segera mengikuti arah pandang Rafa.

"Kenapa?"

Suara serak itu membuat Claudy kembali menatap pada Rafa, pria itu tengah menatapnya juga.

"Kenapa apanya?" tanya Claudy berusaha memberanikan diri.

"Kenapa lo jadi gugup?"

Deg.

Rasanya ia sekarang seperti terciduk, tercekat, bahkan terjepit. Ia tidak tau harus menjawab apa, namun sebisa mungkin ia mengontrol ekspresinya agar tidak terlihat seperti cacing yang kepanasan, mengibas-ngibaskan kedua tangannya pada wajahnya.

FARISSA ( Badgirl )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang